Anies: Alarm Tanda Bahaya Dibunyikan, Jakarta Butuh Perhatian Ekstra
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta warga DKI harus ekstra hati-hati dalam menghadapi kasus lonjakan covid-19 beberapa hari terakhir. Alarm bahaya itu, telah dibunyikan sejak 10 hari lalu saat apel siaga Patroli sekala besar gabungan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan.
"Alarm tanda bahaya itu telah dibunyikan sejak 10 hari yang lalu, ketika apel siaga Patroli Skala Besar Gabungan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan. Pada 13 Juni mulai terjadi lonjakan kasus aktif dan positivity rate COVID-19 di Jakarta," kata Anies seperti dikutip dalam postingan Facebook-nya, Jumat (25/6/2021).
Anies memperlihatkan kurva data jumlah tempat tidur dan pasien isolasi Covid-19 di ratusan rumah sakit yang ada di DKI Jakarta. Ia memaparkan, terjadi lonjakan yang signifikan pada garis warna hitam atau jumlah tempat tidur khusus pasien Covid di dan warna biru adalah jumlah pasien covid di kamar isolasi, dan warna merah adalah jumlah pasien covid di ICU.
"Seandainya kita tidak segera merespon alarm itu, mungkin DKI Jakarta hari ini sudah kolaps. Saat ini kita telah melampaui puncak kasus aktif pada Januari lalu. Ibu kota saat ini dalam kondisi yang memerlukan perhatian ekstra," lanjut Anies.
Dikatakannya, Pemprov DKI telah dan akan terus bekerja keras menambah kapasitas pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan ini. Di awal Juni ada 106 RS rujukan COVID-19 di Jakarta, sekarang ditambah jadi 140 RS. Dari 6694 tempat tidur utk isolasi, ditambah jadi 8524.
"Tapi itu semua tak cukup, setelah ditambah pun langsung terisi hingga 90%. Dengan adanya varian baru virus corona, laju penularan jauh lebih cepat dari peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan," ujarnya.
Dia menuturkan, pemerintah tak bisa bekerja sendirian, perlu intervensi bersama masyarakat untuk mengurani lonjakan kasus Covid-19. Masyarakat harus lebih disiplin 3M (mencuci tangan/ memakai masker/ menjaga jarak) dan segera divaksinasi. Pemerintah terus melaksanakan 3T (testing/ tracing/ treatment) dan bersama penegak hukum akan terus mendisiplinkan dan lakukan penindakan, penegakan aturan protokol kesehatan PPKM Mikro di seluruh wilayah DKI Jakarta.
"Jakarta amat serius dalam melakukan testing, yang saat ini 13,5 kali lipat dari standard minimal WHO. Tujuannya agar cepat mendeteksi dan menyelamatkan orang-orang yg berisiko," katanya.
"Kami tidak mau mengurangi testing agar terkesan baik-baik saja. Jakarta memang sedang tidak baik-baik saja. Keseriusan testing dan tracing ini terlihat di data hari ini, 45% dari kegiatan testing di seluruh Indonesia ada di DKI Jakarta. Ini semua dikerjakan demi melindungi dan demi keselamatan warga Ibu kota.
Mari kita #JagaJakarta sebaik-baiknya dan bersama, Insya Allah kita bisa mengalahkan pandemi ini," ucapnya.
"Alarm tanda bahaya itu telah dibunyikan sejak 10 hari yang lalu, ketika apel siaga Patroli Skala Besar Gabungan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan. Pada 13 Juni mulai terjadi lonjakan kasus aktif dan positivity rate COVID-19 di Jakarta," kata Anies seperti dikutip dalam postingan Facebook-nya, Jumat (25/6/2021).
Anies memperlihatkan kurva data jumlah tempat tidur dan pasien isolasi Covid-19 di ratusan rumah sakit yang ada di DKI Jakarta. Ia memaparkan, terjadi lonjakan yang signifikan pada garis warna hitam atau jumlah tempat tidur khusus pasien Covid di dan warna biru adalah jumlah pasien covid di kamar isolasi, dan warna merah adalah jumlah pasien covid di ICU.
"Seandainya kita tidak segera merespon alarm itu, mungkin DKI Jakarta hari ini sudah kolaps. Saat ini kita telah melampaui puncak kasus aktif pada Januari lalu. Ibu kota saat ini dalam kondisi yang memerlukan perhatian ekstra," lanjut Anies.
Dikatakannya, Pemprov DKI telah dan akan terus bekerja keras menambah kapasitas pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan ini. Di awal Juni ada 106 RS rujukan COVID-19 di Jakarta, sekarang ditambah jadi 140 RS. Dari 6694 tempat tidur utk isolasi, ditambah jadi 8524.
"Tapi itu semua tak cukup, setelah ditambah pun langsung terisi hingga 90%. Dengan adanya varian baru virus corona, laju penularan jauh lebih cepat dari peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan," ujarnya.
Dia menuturkan, pemerintah tak bisa bekerja sendirian, perlu intervensi bersama masyarakat untuk mengurani lonjakan kasus Covid-19. Masyarakat harus lebih disiplin 3M (mencuci tangan/ memakai masker/ menjaga jarak) dan segera divaksinasi. Pemerintah terus melaksanakan 3T (testing/ tracing/ treatment) dan bersama penegak hukum akan terus mendisiplinkan dan lakukan penindakan, penegakan aturan protokol kesehatan PPKM Mikro di seluruh wilayah DKI Jakarta.
"Jakarta amat serius dalam melakukan testing, yang saat ini 13,5 kali lipat dari standard minimal WHO. Tujuannya agar cepat mendeteksi dan menyelamatkan orang-orang yg berisiko," katanya.
"Kami tidak mau mengurangi testing agar terkesan baik-baik saja. Jakarta memang sedang tidak baik-baik saja. Keseriusan testing dan tracing ini terlihat di data hari ini, 45% dari kegiatan testing di seluruh Indonesia ada di DKI Jakarta. Ini semua dikerjakan demi melindungi dan demi keselamatan warga Ibu kota.
Mari kita #JagaJakarta sebaik-baiknya dan bersama, Insya Allah kita bisa mengalahkan pandemi ini," ucapnya.
(hab)