Tavasya Tirtha Dharma, perwakilan Antihoax Student yang turut menjadi salah satu pemateri diskusi ini menyampaikan bahwa pentingnya para pelajar memiliki kesadaran dan kecerdasan dalam berinteraksi digital. Termasuk dalam penggunaan gadget dan internet sehingga bisa memilah informasi dengan benar. Baca juga: MUI Keluarkan Fatwa Buzzer, Pengamat: Warning Neraka untuk Cebong-Kadrun
Tavasya pun berbagi tips bagaimana mengenali konten yang sifatnya hoaks atau berita bohong. "Saya diminta harus berbagi tips dengan perspektif siswa. Karena kan saya masih sekolah jadi untuk kalangan pelajar. Yang pertama bagaimana kita lihat kontennya dulu kira-kira patut dipercaya atau tidak," kata Tavasya kepada wartawan di sela-sela acara di Ballroom Global Persada Mandiri, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (22/2/2021).
.
Dalam mengenali berita bohong , Tavasya coba menjabarkannya dengan metode (current, reputable, author, dan purpose). Dalam pola ini harus mengetahui definisi dan akar masalah radikalisme dalam penyebaran berita palsu.
“Current (saat ini). Harus lihat informasi itu kapan di-publish. Reputable (terkemuka). Siapa yang memberi informasi ini. Apakah terpercaya atau tidak. Author (penulis). Siapa yang menulis ini. Apakah bisa dipercaya atau tidak. Purpose (tujuan). Penulisan ini untuk siapa. Apakah untuk pelajar atau bukan,” lanjutnya.
Baca Juga:
Dampak hoaks di masyarakat, kata dia, antara lain adalah perundungan (bullying), menyebabkan stres, penyesatan (misleading), dan masalah pada kehidupan berdemokrasi. Baca juga: Hari Pers Nasional, Kapolri Minta Media Bantu Tangkal Hoaks
Dalam talkshow tersebut, narasumber lainnya adalah Perwakilan Jabar Saber Hoaks, Alfianto Yustinova; Perwakilan Subnit Kontra Propaganda BNPT Indonesia, Ferdy Nourika; Antihoax Student, Tavasya Tirtha Dharma; dan Puteri Indonesia Sulawesi Barat 2020, Euodia Octavia. Kemudian praktisi pendidikan serta Pendiri Pesantren Motivasi Indonesia, Ayah Enha, dan Relawan Malidi yang juga bekerja di Uni Emirat Arab Kapten Nanang Rido.
(poe)