RSL Covid-19 Resmi Dioperasikan, Bima Arya: Kondisi Kota Bogor Sudah Sangat Darurat
loading...
A
A
A
"Rumah Sakit Lapangan ini bukan yang terakhir. Kepada Satgas saya meminta untuk mempercepat juga hotel atau tempat lain untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) dan juga persiapan untuk menghadapi situasi terburuk akibat pandemi Covid-19. Dinkes dan RSUD, saya meminta untuk menyusun skenario simulasi suasana atau situasi terburuk. Kami tidak ingin main-main " tegas Bima Arya.
Kepada semua pihak maupun warga Kota Bogor, Bima Arya menyampaikan situasi saat ini kritis. Ia merasa prihatin mengingat masih adanya warga yang tidak disiplin. Untuk itu, secara tegas Bima Arya memerintahkan jajaran Pemkot Bogor untuk mengurangi acara-acara seremonial yang tidak penting. "Kurangi mobilitas dan hindari kerumunan. Ini pesan kami, karena kasihan dengan tenaga kesehatan kita. Liburan berbanding lurus dengan korban tenaga kesehatan dan ini satu ironi," tegasnya.
Peresmian RSL ini diikuti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil secara virtual dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat Achmad Ru'yat yang secara langsung hadir. "Menghadapi situasi akibat Covid-19 kita harus berinisiatif terhadap kondisi-kondisi yang ada, karena seringkali serba baru," kata Kang Emil sapaan akrabnya.
Menurut Kang Emil, pada awal tahun 2021 ada dua hal yang mengemuka yakni ketersediaan ruang isolasi semakin terbatas dan vaksin sudah hadir. Beberapa hal diingatkan Kang Emil, diantaranya pasien Covid-19 dengan sedang dan berat bisa dirawat di Rumah Sakit.
"Seiring waktu, mudah-mudahan tahun 2021 adalah tahun pulih pandemi dengan adanya vaksin dan juga pulih ekonomi. Jaga diri, keluarga dan negara dengan disiplin karena hanya itu kuncinya," harap Kang Emil.
Adapun Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Achmad Ru'yat, mengatakan, RS Covid-19 Kota Bogor ini inovasi yang sangat solutif dan gagasan yang sangat cerdas dalam penanganan pandemi Covid-19 di Kota Bogor.
Sementara Kepala Pusdiklat PB BNPB Berton Panjaitan mengungkapkan, Satgas Covid-19 Nasional membuat struktur baru, yakni bidang perlindungan tenaga kesehatan. Kepada pemerintah daerah Ia berharap membuat hal serupa untuk menjaga dan membuat perlindungan khusus kepada tenaga kesehatan.
Di samping itu ada tantangan yang perlu dihadapi berupa turunnya persepsi masyarakat atas besarnya resiko penularan Covid-19. "Oktober 2020, pemakaian masker ada di angka 84,77 persen dan pada Desember 2020 turun menjadi 55,02 persen. Jaga jarak 69,04 persen turun menjadi 39,51 persen. Dampaknya angka penularan dan kematian meningkat tajam di akhir tahun Demikian juga kematian dokter dari 24 orang pada Oktober menjadi 52 orang pada Desember," kata Berton Panjaitan.
(thm)