Menyeramkan, Kuntilanak Merah Penunggu TPU Petamburan yang Kerap Sapa Penjaga Makam
loading...
A
A
A
Namun kejahilan cukup terasa, khususnya di Selasa dan Kamis sehabis hujan.
Kong Iir bercerita, suatu hari setelah petugas para pengantar jenazah lelah bekerja dan tak berkumpul. Akhirnya di malam itu, sehabis menyopir mengantar jenazah pasien Covid-19, mereka memutuskan berkumpul dahulu di satu ruangan kantor.
Dengan pembicaraan serius, seorang sopir jenazah menceritakan masalah di keluarga dan meminta saran dari teman-temannya. Saat cerita belum tuntas, cekikian ketawa dari luar ruangan terdengar jelas. Saling bertatap wajah, empat sopir bersama Kong Iir langsung pergi meninggalkan ruangan itu. “Bukan hanya saya yang mendengar, tapi orang lain di sana juga,” cerita Kong Iir ke Sofyan.
Di lain hari, hal tak jauh beda terjadi. Usai berkumpul di areal tengah makam. Mereka kemudian bermaksud meneduh setelah hujan rintik turun. Berlari sambil menutupi kepala yang basah, mereka melintas di pohon asem di tengah makam. Saat berlari sayup-sayup suara menyapa terdengar dari atas pohon asem yang bergoyang.
“Mau pada ke mana,” tanya makhluk dari atas pohon yang belakangan diketahui wanita bergaun merah. Seketika, langkah kaki kian cepat menjauh pohon asem itu. Jalanan yang licin mereka trabas.
Menurut Kong Iir, selain di pohon Asem dan areal blok A. Wanita bergaun merah yang biasa mereka sebut kuntilanak merah itu kerap terlihat di tembok sisi kiri, Mausoleum, toren, hingga gerbang pintu masuk. “Dia tak menampakkan diri secara jelas. Palingan jahil-jahil kecil aja,” katanya.
Kong Iir bercerita, suatu hari setelah petugas para pengantar jenazah lelah bekerja dan tak berkumpul. Akhirnya di malam itu, sehabis menyopir mengantar jenazah pasien Covid-19, mereka memutuskan berkumpul dahulu di satu ruangan kantor.
Dengan pembicaraan serius, seorang sopir jenazah menceritakan masalah di keluarga dan meminta saran dari teman-temannya. Saat cerita belum tuntas, cekikian ketawa dari luar ruangan terdengar jelas. Saling bertatap wajah, empat sopir bersama Kong Iir langsung pergi meninggalkan ruangan itu. “Bukan hanya saya yang mendengar, tapi orang lain di sana juga,” cerita Kong Iir ke Sofyan.
Di lain hari, hal tak jauh beda terjadi. Usai berkumpul di areal tengah makam. Mereka kemudian bermaksud meneduh setelah hujan rintik turun. Berlari sambil menutupi kepala yang basah, mereka melintas di pohon asem di tengah makam. Saat berlari sayup-sayup suara menyapa terdengar dari atas pohon asem yang bergoyang.
“Mau pada ke mana,” tanya makhluk dari atas pohon yang belakangan diketahui wanita bergaun merah. Seketika, langkah kaki kian cepat menjauh pohon asem itu. Jalanan yang licin mereka trabas.
Menurut Kong Iir, selain di pohon Asem dan areal blok A. Wanita bergaun merah yang biasa mereka sebut kuntilanak merah itu kerap terlihat di tembok sisi kiri, Mausoleum, toren, hingga gerbang pintu masuk. “Dia tak menampakkan diri secara jelas. Palingan jahil-jahil kecil aja,” katanya.
(hab)