Trauma Korban Banjir Kampung Pulo, Buka Luka Lama hingga Takut Tidur Nyenyak
A
A
A
JAKARTA - Musibah banjir yang melanda kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, pada Rabu 1 Januari 2020 lalu, membuka luka lama warga setempat bernama Ida (50). Pasalnya peristiwa banjir itu mengingatkannya kepada tragedi masa silam di 2011 yang merenggut nyawa adik tercinta.
Kala itu sang adiknya terseret derasnya air yang menerjang permukiman di Kampung Pulo. "Banjir kali ini saya keingat adik saya, dia meninggal saat banjir bandang 2011, keseret arus air yang kenceng banget," ujar wanita paruh baya itu, di posko pengungsian korban terdampak banjir di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).
Saat menceritakan peristiwa memilukan itu, Ida tak kuasa menahan air mata yang membasahi pipinya. Dia dan keluarga tak menyangka sang adik pergi meninggalkannya dengan cara seperti itu.
"Namanya ajal ya, enggak ada yang tahu bagaimana caranya, tapi kami sudah ikhlaskan kepergiannya," kata Ida sambil terbata-bata.
Ida mengatakan, setiap Kampung Pulo dilanda banjir, warga hanya bisa pasrah menerima semua takdir kehidupan, sambil berdoa semoga banjir tidak memakan korban jiwa. Sebab kehilangan keluarga disaat terjadinya musibah banjir merupakan cobaan yang menyakitkan.
"Bagaimana ya, enggak enak lah pokoknya. Saat kita lagi kena musibah kebanjiran, terus ada keluarga yang jadi korban, itu rasanya pedih. Jangan sampailah peristiwa adik saya kena ke orang lain," ucapnya.
Ida menuturkan, ketinggian air di Kampung Pulo pada Rabu 1 Januari lalu sempat mencapai 140 meter. "Ini seleher saya airnya. Kalau lagi begini (banjir), saya ingat adik," ujar Ida lagi sembari menghela napas.
Selain kisah memilukan saat terkena banjir, Ida pun kerap dilanda penyakit vertigo yang membuat dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak. "Kalau dengar air ngalir begitu deras suka kagetan saja, khawatir air naik lagi," kata Ida.
Atas musibah banjir yang kerap melanda Jakarta saat musim penghujan tiba, khususnya di kawasan Kampung Pulo, Ida berharap agar pemerintah, baik pusat dan daerah agar segera menyelesaikan permasalahan yang muncul setiap tahun.
"Harapannya semoga saya dan warga Kampung Pulo, khususnya RW 03 dan sekitarnya, tidak lagi rasakan banjir," tukasnya.
Kala itu sang adiknya terseret derasnya air yang menerjang permukiman di Kampung Pulo. "Banjir kali ini saya keingat adik saya, dia meninggal saat banjir bandang 2011, keseret arus air yang kenceng banget," ujar wanita paruh baya itu, di posko pengungsian korban terdampak banjir di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).
Saat menceritakan peristiwa memilukan itu, Ida tak kuasa menahan air mata yang membasahi pipinya. Dia dan keluarga tak menyangka sang adik pergi meninggalkannya dengan cara seperti itu.
"Namanya ajal ya, enggak ada yang tahu bagaimana caranya, tapi kami sudah ikhlaskan kepergiannya," kata Ida sambil terbata-bata.
Ida mengatakan, setiap Kampung Pulo dilanda banjir, warga hanya bisa pasrah menerima semua takdir kehidupan, sambil berdoa semoga banjir tidak memakan korban jiwa. Sebab kehilangan keluarga disaat terjadinya musibah banjir merupakan cobaan yang menyakitkan.
"Bagaimana ya, enggak enak lah pokoknya. Saat kita lagi kena musibah kebanjiran, terus ada keluarga yang jadi korban, itu rasanya pedih. Jangan sampailah peristiwa adik saya kena ke orang lain," ucapnya.
Ida menuturkan, ketinggian air di Kampung Pulo pada Rabu 1 Januari lalu sempat mencapai 140 meter. "Ini seleher saya airnya. Kalau lagi begini (banjir), saya ingat adik," ujar Ida lagi sembari menghela napas.
Selain kisah memilukan saat terkena banjir, Ida pun kerap dilanda penyakit vertigo yang membuat dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak. "Kalau dengar air ngalir begitu deras suka kagetan saja, khawatir air naik lagi," kata Ida.
Atas musibah banjir yang kerap melanda Jakarta saat musim penghujan tiba, khususnya di kawasan Kampung Pulo, Ida berharap agar pemerintah, baik pusat dan daerah agar segera menyelesaikan permasalahan yang muncul setiap tahun.
"Harapannya semoga saya dan warga Kampung Pulo, khususnya RW 03 dan sekitarnya, tidak lagi rasakan banjir," tukasnya.
(thm)