Pengusaha Dukung Sistem Kanalisasi Jalur Puncak, Sopir Angkot Menolak

Senin, 28 Oktober 2019 - 00:05 WIB
Pengusaha Dukung Sistem Kanalisasi Jalur Puncak, Sopir Angkot Menolak
Pengusaha Dukung Sistem Kanalisasi Jalur Puncak, Sopir Angkot Menolak
A A A
BOGOR - Uji coba sistem kanalisasi 2-1 yang diberlakukan untuk menggantikan one way sebagai solusi kemacetan di jalur Puncak , khususnya saat akhir pekan terus menuai kontroversi dari sejumlah kalangan. Ada yang mendukung bahkan meminta segera dipermanenkan, ada juga yang menolak lantaran tak efektif.

Sebagian besar yang mendukung adalah kalangan pengusaha wisata, hotel, dan restoran di Kawasan Puncak , dikarenakan dengan diberlakukannya sistem 2-1, dapat meningkatkan tingkat kunjungan. Para pengunjung atau tamu bisa lebih leluasa untuk mengujungi Puncak, tanpa harus menunggu jadwal buka tutup jalur atau one way.

"Tentu kita sangat mendukung sekali program dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan terkait sistem 2-1 dalam menggantikan one way. Sebab, pengunjung bisa diberikan pilihan, kalau one way kasihan pengunjung yang terjebak penutupan jalur ketika hendak buang air atau lapar terjebak di tol susah, bahkan harus menunggu hingga 4-5 jam," ungkap Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor Jansen Manangsang, Minggu (27/10/2019).

Menurut dia, dalam sistem kanalisasi 2-1 ini, meski macet tapi tetap kendaraan bisa jalan merayap dan pengunjung jika terjebak kemacetan bisa mampir ke rest area atau restoran yang ada di sepanjang jalur Puncak."Artinya terserah para pengunjung bisa memilah hendak mampir ke mana, restoran atau tempat wisata mana saja yang ada di Puncak. Tanpa harus khawatir terjebak penutupan jalan hingga berjam-jam," ujarnya.

Lain halnya dengan Maman (45), sopir angkot Cisarua-Sukasari. Dia mengaku lebih menguntungkan sistem one way ketimbang kanalisasi 2-1. Itu terbukti saat one way bisa mengangkut penumpang banyak dan tak harus mengeluarkan bahan bakar karena saat jalur dibuka satu arah jalan lancar.

"Sedangkan kanalisasi saya hanya dapat satu rit sehari karena sejak pagi dari atas terjebak macet merayap, pastinya bahan bakar lebih banyak terbuang akibat macet merayap begini," ujarnya saat terjebak macet di Cipayung, Megamendung, Kabupaten Bogor.

Sementara itu, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor AKP M Fadli Amri menjelaskan, alasan pihaknya kembali memberlakukan one way pada pukul 13.30 WIB, karena rekayasa lalu lintas berupa kanalisasi 2-1 sangat tak efektif.
"Tadi kita sudah coba menerapkan Kanalisasi 2-1 pada jam 6 pagi sampai jam 12 kondusif," katanya saat ditemui di Pos Polisi Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Minggu (27/10/2019).

Fadli menambahkan, hari Minggu memang kendaraan lebih sedikit dibandingkan pada Sabtu, 26 Oktober 2019 kemarin. Akan tetapi, menjelang siang pada pukul 13.30 WIB animo masyarakat yang hendak turun tidak bisa ditahan lagi.

"Sampai-sampai ekor antrean sudah sampai di Puncak Pas, kurang lebih antrean panjang kendaraan sekitar 20 Km," jelasnya. Menurutnya, jika sistem kanalisasi 2-1 terus dipaksakan, masyarakat yang akan turun dari Puncak bisa sampai malam hari.

Pihaknya pun sudah berkordinasi dengan BPTJ, Pemkab Bogor serta Dishub Kabupaten Bogor maka dari itu Satlantas Polres Bogor melakukan mengambil kebijakan darurat (Diskresi) tutup rekayasa."Alhamdulillah setelah terbuka one way arus lalu lintas yang tadinya merah ketika dilihat di Google Map ketika diberlakukan satu arah sudah hijau," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5047 seconds (0.1#10.140)