Modus Potong Saldo Dobel Kembali Marak di Transjakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Transjakarta merupakan moda transportasi massal favorit warga Jakarta. Selain karena tarifnya yang terjangkau, fasilitas halte Transjakarta dan armada bus yang telah diperbarui, membuat Transjakarta semakin nyaman untuk digunakan.
Saat ini, Transjakarta melayani satu juta penumpang per hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jakarta menyebutkan, sepanjang Januari 2024 jumlah penumpang Transjakarta mencapai 30,93 juta orang, sedangkan sepanjang Maret 2024 mencapai 30,08 juta orang.
PT Transjakarta sebagai operator sistem angkutan yang dulu populer dengan sebutan Busway itu menerapkan kebijakan satu kartu untuk satu penumpang dan pengenaan biaya perjalanan dibebankan saat penumpang menempelkan kartu di gate out halte Transjakarta pada akhir 2022.
Pada awal penerapannya 2022, sistem baru itu menghadirkan masalah bagi masyarakat. Beberapa pengguna Transjakarta harus membayar dobel karena saldo di kartu pembayaran terpotong dua kali saat melakukan tap in maupun tap out. Satu setengah tahun berjalan, masalah tersebut masih kerap di Jumpai.
Di halte Transjakarta Masjid Agung Jalan Sisingamangaraja misalnya, beberapa penumpang mengaku kerap mengalami pemotongan saldo di kartu pembayaran sebanyak dua kali di koridor I yang melayani rute Blok M-Kota itu. “Anak saya isi saldo kartu Rp40.000 digunakan dua kali langsung habis,”ujar seorang ibu kepada SINDOnews di halte Transjakarta Masjid Agung beberapa waktu lalu, Senin (7/5/2024).
SINDOnews pun mencoba beberapa kali melakukan perjalanan menggunakan Transjakarta dengan empat kartu dari bank yang berbeda. E-Money terbitan Bank Mandiri, Flazz dari BCA, TapCash yang diterbitkan BNI maupun Brizzi, kartu pembayaran yang diterbitkan BRI.
Pada awalnya, proses tap in dan tap out berjalan normal. Namun, di waktu-waktu tertentu, mesin tap in melakukan reset dan memotong saldo. Saat melakukan tap out pun saldo kembali terpotong. Dua mesin tap in dan tap out tersebut berada di Halte Masjid Agung dan Sarinah. Alhasil, kartu-kartu yang terreset otomatis di mesin tap in akan mengalami pemotongan dua kali di mesin tap in maupun tap out meskipun yang digunakan adalah kartu baru.
Ishadi, pengguna Transjakarta juga mengalami hal serupa. Kartunya terreset saat melakukan tap in. “Padahal sebelumnya sudah tap out. Pas perjalanan selanjutnya, tertulis reset dan tap in. Alhasil saldo jadi kepotong dua kali per trip/perjalanan,”keluhnya.
Sasa, pengguna Transjakarta pada 3 Mei 2024 melakukan perjalanan dari Halte Kota Bambu (tap in) menuju Halte Pondok Indah Mal (PIM). Saldo di kartu Sasa terpotong dua kali saat melakukan tap in dan tap out. Sasa pun menyampaikan keluhannya ke Transjakarta melalui akun sosial media Transjakarta yang dibanjiri keluhan serupa.
Sementara Titus Diandra mengalami pemotongan saldo dua kali di tiga perjalanan yang dilakukannya. “Saya sudah sampaikan komplain sejak tanggal 25 belum ada penyelesaiannya,”ujarnya.
Titus menimpali keluhan pengguna Transjakarta lainnya Saski, yang mepertanyakan Saldonya terpotong Rp14.000 saat melakukan tap in di Halte Tanjung Duren Jalan Letjen S Parman pada 2 Mei 2024 pukul 07:20 WIB dan kembali terpotong dengan tarif normal di mesin tap out Halte Widya Candra Jalan Gatot Subroto pukul 07:48 Wib. Hal yang sama juga dialami seorang pengguna Transjakarta yang menyertakan bukti melakukan tap in di Halte JCC Senayan, saldonya terpotong Rp14.000 saat melakukan tap in.
Pemerhati Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menduga ada unsur kesengajaan, mengingat hal itu terjadi di banyak Koridor Transjakarta dan dialami banyak penumpang. Dia pun mendesak dilakukan audit terhadap alat maupun sistem pembayaran TransJakarta.
“Patut diduga ada kesengajaan karena sistem ini sudah berjalan cukup lama. Seharusnya tak lagi ada masalah seperti itu. Harus ada audit tak bisa didiamkan,”ujarnya kepada SINDOnews.
Trubus meminta Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono turun tangan dan mengevaluasi Dinas Perhubungan (Dishub) dan Transjakarta terkait sistem pembayaran yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat. “Jangan sampai ada perilaku koruptif yang dibiarkan dan merugikan masyarakat dan negara. Jakarta itu jadi role model nasional. Apalagi nanti statusnya menjadi kawasan Aglomerasi hingga Cianjur,”tegasnya.
Audit, lanjut dia, harus dilakukan untuk mencegah peluang perilaku koruptif dari oknum di Transjakarta. “Jika dibiarkan perilaku koruptif bisa memicu distrust publik. Masyarakat menjadi tak percaya dengan layanan publik di Jakarta,”kata Trubus.
Terkait pemotongan saldo dua kali di halte TransJakarta, Lembaga Perkumpulan Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia pernah melaporkan Manajemen Transjakarta ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Laporan yang dilayangkan pada 2022 itu terkait pembuatan proyek sistem kartu dan gate Tap In - Tap Out Transjakarta.
Senada dengan Trubus, Munandar, petugas Transjakarta di Halte Masjid Agung kepada SINDOnews beberapa waktu lalu mengakui kartu penumpang ada yang terpotong saat melakukan tap in dan ada yang tidak. “Memang ada yang langsung terpotong, ada yang tidak,”katanya.
Namun Munandar tak bisa menjelaskan sebab terpotongnya saldo beberapa penumpang di mesin tap in tersebut. “Untuk masalah itu saya tidak tahu,”katanya.
Sedangkan petugas wanita di halte Masjid Agung mengatakan, pengguna Transjakarta harus mengganti kartu apabila kartu yang digunakan kerap mengalami pemotongan saldo dua kali. “Harus ganti kartu,”ujarnya kepada SINDOnews Jumat, 3/4/2024). Artinya, kartu normal yang kemudian terreset misterius di halte Transjakarta, tak bisa terbaca normal kembali.
Munandar pun berdalih penumpang tak melakukan tap out sehingga saldo terpotong saat tap in. Senada dengan Munandar, petugas Transjakarta di halte Sarinah, Ikhsan bahkan menuduh penumpang yang saldonya terpotong dua kali tak melakukan tap out alias belum melakukan pembayaran saat melakukan perjalanan menggunakan bus Non BRT seperti Metro Trans.
Padahal, sistem pembayaran Metro Trans langsung memotong saldo penumpang saat tap in, berbeda dengan Transjakarta yang memotong saldo saat tap out. Penumpang pun tak bisa keluar halte jika tak melakukan tap out. “Bisa jadi belum tap out di Non BRT,”dalih Ikhsan.
Halte Sarinah yang dijaga Ikhsan memiliki mesin tap in yang kerap mereset kartu saat penumpang Transjakarta melakukan tap in di waktu tertentu. Dari perjalanan yang dilakukan SINDOnews, proses reset terjadi di jam pulang kantor di rentang pukul 17:00 hingga 20:00 WIB. Sedangkan pada pagi hari di Halte Transjakarta Masjid Agung, reset kartu secara misterius itu terjadi di jam berangkat kerja.
Saat ini, Transjakarta melayani satu juta penumpang per hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jakarta menyebutkan, sepanjang Januari 2024 jumlah penumpang Transjakarta mencapai 30,93 juta orang, sedangkan sepanjang Maret 2024 mencapai 30,08 juta orang.
PT Transjakarta sebagai operator sistem angkutan yang dulu populer dengan sebutan Busway itu menerapkan kebijakan satu kartu untuk satu penumpang dan pengenaan biaya perjalanan dibebankan saat penumpang menempelkan kartu di gate out halte Transjakarta pada akhir 2022.
Pada awal penerapannya 2022, sistem baru itu menghadirkan masalah bagi masyarakat. Beberapa pengguna Transjakarta harus membayar dobel karena saldo di kartu pembayaran terpotong dua kali saat melakukan tap in maupun tap out. Satu setengah tahun berjalan, masalah tersebut masih kerap di Jumpai.
Di halte Transjakarta Masjid Agung Jalan Sisingamangaraja misalnya, beberapa penumpang mengaku kerap mengalami pemotongan saldo di kartu pembayaran sebanyak dua kali di koridor I yang melayani rute Blok M-Kota itu. “Anak saya isi saldo kartu Rp40.000 digunakan dua kali langsung habis,”ujar seorang ibu kepada SINDOnews di halte Transjakarta Masjid Agung beberapa waktu lalu, Senin (7/5/2024).
SINDOnews pun mencoba beberapa kali melakukan perjalanan menggunakan Transjakarta dengan empat kartu dari bank yang berbeda. E-Money terbitan Bank Mandiri, Flazz dari BCA, TapCash yang diterbitkan BNI maupun Brizzi, kartu pembayaran yang diterbitkan BRI.
Pada awalnya, proses tap in dan tap out berjalan normal. Namun, di waktu-waktu tertentu, mesin tap in melakukan reset dan memotong saldo. Saat melakukan tap out pun saldo kembali terpotong. Dua mesin tap in dan tap out tersebut berada di Halte Masjid Agung dan Sarinah. Alhasil, kartu-kartu yang terreset otomatis di mesin tap in akan mengalami pemotongan dua kali di mesin tap in maupun tap out meskipun yang digunakan adalah kartu baru.
Ishadi, pengguna Transjakarta juga mengalami hal serupa. Kartunya terreset saat melakukan tap in. “Padahal sebelumnya sudah tap out. Pas perjalanan selanjutnya, tertulis reset dan tap in. Alhasil saldo jadi kepotong dua kali per trip/perjalanan,”keluhnya.
Sasa, pengguna Transjakarta pada 3 Mei 2024 melakukan perjalanan dari Halte Kota Bambu (tap in) menuju Halte Pondok Indah Mal (PIM). Saldo di kartu Sasa terpotong dua kali saat melakukan tap in dan tap out. Sasa pun menyampaikan keluhannya ke Transjakarta melalui akun sosial media Transjakarta yang dibanjiri keluhan serupa.
Sementara Titus Diandra mengalami pemotongan saldo dua kali di tiga perjalanan yang dilakukannya. “Saya sudah sampaikan komplain sejak tanggal 25 belum ada penyelesaiannya,”ujarnya.
Titus menimpali keluhan pengguna Transjakarta lainnya Saski, yang mepertanyakan Saldonya terpotong Rp14.000 saat melakukan tap in di Halte Tanjung Duren Jalan Letjen S Parman pada 2 Mei 2024 pukul 07:20 WIB dan kembali terpotong dengan tarif normal di mesin tap out Halte Widya Candra Jalan Gatot Subroto pukul 07:48 Wib. Hal yang sama juga dialami seorang pengguna Transjakarta yang menyertakan bukti melakukan tap in di Halte JCC Senayan, saldonya terpotong Rp14.000 saat melakukan tap in.
Pemerhati Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menduga ada unsur kesengajaan, mengingat hal itu terjadi di banyak Koridor Transjakarta dan dialami banyak penumpang. Dia pun mendesak dilakukan audit terhadap alat maupun sistem pembayaran TransJakarta.
“Patut diduga ada kesengajaan karena sistem ini sudah berjalan cukup lama. Seharusnya tak lagi ada masalah seperti itu. Harus ada audit tak bisa didiamkan,”ujarnya kepada SINDOnews.
Trubus meminta Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono turun tangan dan mengevaluasi Dinas Perhubungan (Dishub) dan Transjakarta terkait sistem pembayaran yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat. “Jangan sampai ada perilaku koruptif yang dibiarkan dan merugikan masyarakat dan negara. Jakarta itu jadi role model nasional. Apalagi nanti statusnya menjadi kawasan Aglomerasi hingga Cianjur,”tegasnya.
Audit, lanjut dia, harus dilakukan untuk mencegah peluang perilaku koruptif dari oknum di Transjakarta. “Jika dibiarkan perilaku koruptif bisa memicu distrust publik. Masyarakat menjadi tak percaya dengan layanan publik di Jakarta,”kata Trubus.
Terkait pemotongan saldo dua kali di halte TransJakarta, Lembaga Perkumpulan Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia pernah melaporkan Manajemen Transjakarta ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Laporan yang dilayangkan pada 2022 itu terkait pembuatan proyek sistem kartu dan gate Tap In - Tap Out Transjakarta.
Senada dengan Trubus, Munandar, petugas Transjakarta di Halte Masjid Agung kepada SINDOnews beberapa waktu lalu mengakui kartu penumpang ada yang terpotong saat melakukan tap in dan ada yang tidak. “Memang ada yang langsung terpotong, ada yang tidak,”katanya.
Namun Munandar tak bisa menjelaskan sebab terpotongnya saldo beberapa penumpang di mesin tap in tersebut. “Untuk masalah itu saya tidak tahu,”katanya.
Sedangkan petugas wanita di halte Masjid Agung mengatakan, pengguna Transjakarta harus mengganti kartu apabila kartu yang digunakan kerap mengalami pemotongan saldo dua kali. “Harus ganti kartu,”ujarnya kepada SINDOnews Jumat, 3/4/2024). Artinya, kartu normal yang kemudian terreset misterius di halte Transjakarta, tak bisa terbaca normal kembali.
Munandar pun berdalih penumpang tak melakukan tap out sehingga saldo terpotong saat tap in. Senada dengan Munandar, petugas Transjakarta di halte Sarinah, Ikhsan bahkan menuduh penumpang yang saldonya terpotong dua kali tak melakukan tap out alias belum melakukan pembayaran saat melakukan perjalanan menggunakan bus Non BRT seperti Metro Trans.
Padahal, sistem pembayaran Metro Trans langsung memotong saldo penumpang saat tap in, berbeda dengan Transjakarta yang memotong saldo saat tap out. Penumpang pun tak bisa keluar halte jika tak melakukan tap out. “Bisa jadi belum tap out di Non BRT,”dalih Ikhsan.
Halte Sarinah yang dijaga Ikhsan memiliki mesin tap in yang kerap mereset kartu saat penumpang Transjakarta melakukan tap in di waktu tertentu. Dari perjalanan yang dilakukan SINDOnews, proses reset terjadi di jam pulang kantor di rentang pukul 17:00 hingga 20:00 WIB. Sedangkan pada pagi hari di Halte Transjakarta Masjid Agung, reset kartu secara misterius itu terjadi di jam berangkat kerja.
(cip)