Kerap Timbulkan Kecelakaan, Perlintasan Sebidang Masih Minim Perhatian

Sabtu, 22 Desember 2018 - 13:03 WIB
Kerap Timbulkan Kecelakaan, Perlintasan Sebidang Masih Minim Perhatian
Kerap Timbulkan Kecelakaan, Perlintasan Sebidang Masih Minim Perhatian
A A A
JAKARTA - Pengamat Transportasi Publik Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai persoalan perlintasan sebidang yang kerap menimbulkan kecelakaan disebabkan berbagai faktor. Lemahnya perhatian dari Pemerintah Daerah (Pemda) maupun pemerintah pusat akan penyelesaian persoalan tersebut salah satunya.

"Perlintasan sebidang itu tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah cuma banyak abai dianggap itu bukan kewajiban dia," kata Djoko kepada wartawan baru-baru ini.

Menurutnya, tak hanya di Jakarta, persoalan perlintasan sebidang juga masih menjadi momok di berbagai daerah di Indonesia. Dalam kasus ini keselamatan warga masih belum menjadi prioritas bagi pemerintah atau masih dikesampingkan.

Dia melanjutkan, Pemprov DKI Jakarta harus menjadikan persoalan itu menjadi salah satu fokus kerja. Di sisi lain perlintasan sebidang yang membahayakan bagi warga agar segera ditutup, guna mengantisipasi kecelakaan.

"Di Jakarta beberapa sudah ditutup permanen contohnya di Kemayoran sempat tarik ulur (sama warga) tapi demi keselamatan, kelancaran, arus lalu lintas juga, ini jadi persoalan jika dibuka kembali apalagi warga banyak di bantaran itu tugas gubernur DKI," paparnya.

Lebih jauh Dia mengungkapkan, seperti kasus perlintasan sebidang KA Roxy itu, selain perlintasan sebidang tanpa palang juga dipenuhi warga yang tinggal di bantaran rel. Banyak anak-anak kecil bermain di rel yang seharusnya bersih dari warga.

"Antara stasiun BNI sampe Satasiun Duri itu banyak anak-anak main ke rel itu enggak boleh (ada rumah warga,) di sepanjang rel itu harus bersih itu untuk keamanan. Kita malu loh seperti itu, saya sering lewat itu ngeri anak-anak itu banyak yang main antara Stasiun Karet sampai Stasiun Tanah Abang," ungkapnya.

Selain itu, para pengendara yang kerap melanggar peraturan juga menjadi persoalan lain yang harus dihadapi. Kebiasaan menerobos sudah seperti sudah menjadi budaya di Indonesia. Padahal kata Djoko, perlintasan sebidang juga ada di negara maju seperti Jepang, Korea, dan Eropa namun masyarakatnya menjunjung tinggi sikap tertib.

"Beberapa ada perlintasan sebidang masih ada cuma mereka tertib biasanya daerah pinggiran kalo tengah kota enggak ada, Jepang masih ada (perlintasan sebidang) tapi daerah pinggiran yang lalu lintas mereka Eropa juga ada, jadi kita itu belum tertib di jalan raya," terangnya.

Djoko menyarankan untuk mengantisipasi warga yang tidak disiplin, pemerintah memasang CCTV mereka yang melanggar ditilang seperti sistem E-TLE. "E-tilang diperluas sampai dengan perlintasan sebidang, karena kita enggak mungkin lagi pasang polisi banyak-banyak jd kena sanksi," tukasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3127 seconds (0.1#10.140)