Selain Ekonomi Bergairah, Kemacetan Diperkirakan Berkurang

Selasa, 11 Desember 2018 - 14:00 WIB
Selain Ekonomi Bergairah, Kemacetan Diperkirakan Berkurang
Selain Ekonomi Bergairah, Kemacetan Diperkirakan Berkurang
A A A
BOGOR - Dengan beroperasinya Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi) Seksi I (Ciawi–Cigombong) sepanjang 15,3 kilometer sejak awal Desember lalu, selain membuat ekonomi sekitar mulai bergairah, diprediksi kemacetan dan angka kecelakaan di ruas jalur reguler Bogor-Sukabumi atau Jalan Raya Mayjen HE Sukma berkurang.

Pasalnya, Tol Bocimi dapat memberikan pilihan bagi masyarakat, khususnya pengendara roda empat atau lebih dalam melintas dari arah Ciawi menuju Cigombong. Bahkan, para pengemudi angkutan umum antarkota dalam provinsi rela mengeluarkan biaya lebih, asalkan ruas jalan yang dilintasinya bebas macet.

Tak sedikit pula dari awak angkutan umum lintas wilayah ini mengusulkan pada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan penyesuaian tarif Rp1.000/penumpang. Adi Nurjaeni, 57, sopir L300 jurusan Bogor-Sukabumi menuturkan, titik kepadatan lalu lintas arah Bogor–Sukabumi atau sebaliknya memang berada di ruas Jalan Ciawi–Cigombong.

“Macetnya memang di daerah situ. Selain banyak persimpangan, juga banyak truk dan kon disi jalan naikturun. Bila dari Cigom bong–Sukabumi paling macet hanya di daerah Cicurug dan Cibadak,” tuturnya saat ditemui di kawasan Terminal Baranangsiang, Kota Bogor, kemarin.

Bahkan, kata dia, kemacetan parah terjadi saat akhir pekan sehingga memaksanya melintas menggunakan jalur alternatif Batu Tulis–Caringin–Cijeruk– Cigo bong. “Kami berharap ongkos L300 Bogor–Sukabumi yang semula Rp25.000, bisa naik menjadi Rp27.000/penumpang,” katanya.

Hal sama diungkapkan Endang Gunawan, 35, sopir angkot 02 Sukasari-Cicurug, yang setiap hari mencari nafkah harus berjibaku melintasi kemacetan di Jalan Raya Mayjen HE Sukma (Jalur Bogor–Sukabumi). Menurutnya, per ja lan an akibat macet bisa lebih dari sekitar 1,5 jam, bahkan bisa mencapai tiga jam dari Bogor ke Terminal Cicurug, Sukabumi.

“Nah, Alhamdulillah, sejak ada tol, truk-truk besar itu kan lewat tol. Diresmikan tol sih, jalan nontol (reguler) sudah agak longgar. Bila cepat, penumpang juga banyak dan enggak mau naik transportasi onlinelagi,” katanya.

Harapan gairah ekonomi dengan meningkatnya pendapatan juga diungkapkan Herman, 45, sopir bus Bogor-Pelabuhan Ratu. Menurutnya, jika merujuk pada tarif tol yang diperkirakan sekitar Rp15 ribu.

“Ya dari ongkos asalnya Rp30.000, naik jadi Rp31.000 atau Rp32.000, kan lewat tol. Saya rasa penumpang juga nggak keberatan asal cepat nyampe,” katanya.

Tak hanya pengemudi angkutan umum, senyum semringah dan harapan dengan dioperasikannya Tol Bocimi diungkapkan Maryadi, 37, salah satu sopir truk ekspedisi yang setiap hari melintas Jalan Raya Ciawi–Cigombong–Sukabumi. Bagaimana tak kesal, jarak sekitar 120 kilometer dari pelabuhan peti kemas Tanjung Priuk, Jakarta, hingga tujuannya pabrik garmen di kawasan Cicurug, Sukabumi, bisa ditempuh berjam-jam.

“Biasanya untuk jarak Ciawi selepas Tol Jagorawi, sekitar 21 kilometer bisa ditempuh 2 hingga 4 jam. Bahkan, jika melintas malam pun risikonya lebih tinggi, karena jalan yang naik-turun,” katanya.

Jalan nasional jalur Bogor–Sukabumi (nontol/reguler) mempunyai lebar enam meter dengan dua jalur. Selain dikenal sebagai jalan tiada hari tanpa kemacetan, juga sudah familier sebagai jalur tengkorak.

Berdasarkan data dari Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Bogor, Januari–November 2018 sebanyak 145 korban meninggal dunia, 156 luka berat, dan 166 orang luka ringan.

“Dari total 227 kejadian kecelakaan, kendaraan roda dua yang terlibat mencapai 216 unit, sedangkan roda empat 155 unit,” kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor AKP Hasby Ristama. Dia menjelaskan, faktor dominan kecelakaan disebabkan kelalaian pengemudi karena mengantuk atau juga kendaraan yang tidak layak jalan.

“Jumlah kecelakaan terbesar di wilayah Bogor memang berada di jalur Bogor–Ciawi–Sukabumi,” katanya.

Menurutnya, hal ini disebabkan jalur kawasan industri itu yang sempit dan arus kendaraan padat, tetapi ada juga pengendara tidak tertib hingga terjadi kecelakaan lalu lintas. Selain itu, kecelakaan juga disebabkan banyak pengendara belum mengenal medan jalan, sempit, berkelok, dan menanjak.

“Kerugian material akibat 227 kecelakaan sendiri diperkirakan mencapai Rp2 miliar. Kami berharap dengan adanya tol selain kemacetan, angka kecelakaan lalu lintas di jalur Bogor–Sukabumi bisa berkurang,” ujarnya. (Haryudi)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5214 seconds (0.1#10.140)