Begini Persiapan Jakarta Sebagai Kota Global Setelah Tak Jadi Ibu Kota
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagaimana persiapan Jakarta sebagai Kota Global ketika tidak jadi ibu kota negara ? Sebagai langkah awal, Bank Indonesia (BI) perwakilan Jakarta telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak dan instansi mulai dari Pemprov DKI Jakarta hingga beberapa lembaga lainnya.
"Jakarta perlu tetap menjaga relevansinya sebagai pusat ekonomi dan bisnis nasional yang secara strategis menjadi motor penggerak ekonomi bagi daerah lain dengan memperkuat posisinya sebagai kota global (global city)," ujar Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jakarta Arlyana Abubakar, Kamis (16/11/2023).
Merujuk Global Power City Index yang diterbitkan Mori-M Foundation, Jakarta masuk dalam peringkat ke-45 dari 48 negara. Peringkat tersebut lebih rendah dibandingkan kota-kota sekawasan seperti Kuala Lumpur di peringkat 41, Bangkok peringkat 40, serta Singapura peringkat 5.
Sejauh ini, dari enam dimensi utama yang menjadi parameter kota global yakni Ekonomi, R&D, Interaksi Budaya, Livability/Kualitas Hidup, Lingkungan, dan Aksesibilitas, Jakarta memiliki peringkat yang cukup baik pada dimensi kualitas hidup dengan nilai 29 dan memiliki peringkat terbawah pada dimensi lingkungan dengan nilai 46.
Untuk dimensi ekonomi berada pada peringkat 40, dimensi R&D peringkat 45, dimensi interaksi budaya pada peringkat 42, serta dimensi aksesibilitas pada peringkat 45.
Karena itu, dia mendorong peringkat Jakarta sebagai kota global dalam berbagai dimensi dibutuhkan beberapa usulan yaitu memperkuat posisi Jakarta sebagai daerah kekhususan melalui pengesahan RUU kekhususan Jakarta, melanjutkan peningkatan fasilitas publik, salah satu integrasi antarmoda, TOD, dan green space sesuai standard kota global, yang juga mencakup daerah Bodetabek sebagai daerah penyangga.
Arlyana juga menyarankan membentuk Jakarta Exhibition and Convention Bureau atau Forum Koordinasi untuk promosi dan pemasaran pariwisata secara terintegrasi. Kemudian, melakukan penataan kembali fungsi bangunan bersejarah maupun bangunan milik pemerintah pusat di Jakarta dengan memperhatikan best and mix use yang optimal.
"Terakhir mendorong investasi yang bersumber dari creative financing baik bersumber dari Luar Negeri (LN) maupun Dalam Negeri (DN)," tambahnya.
Meski demikian dibandingkan kota lainnya, Jakarta berpeluang memperkuat posisinya sebagai kota global. Hal itu terlihat modalitas yang dimiliki Jakarta yaitu dari berbagai sisi.
Salah satunya ketersediaan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara dengan standar internasional. Ketersediaan transportasi publik yang beragam dan terintegrasi antara lain MRT, LRT Jabodebek, dan Transjakarta yang terintegrasi melalui Jaklingko.
Kemudian, ketersediaan tenaga kerja dan SDM berkualitas. Selain itu, posisi DKI Jakarta yang sangat strategis yaitu sebagai hub didukung oleh wilayah sekitarnya sebagai megacities (Bodetabek) semakin memperkuat posisi Jakarta untuk menjadi pusat ekonomi dan perdagangan global.
"Jakarta perlu tetap menjaga relevansinya sebagai pusat ekonomi dan bisnis nasional yang secara strategis menjadi motor penggerak ekonomi bagi daerah lain dengan memperkuat posisinya sebagai kota global (global city)," ujar Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jakarta Arlyana Abubakar, Kamis (16/11/2023).
Merujuk Global Power City Index yang diterbitkan Mori-M Foundation, Jakarta masuk dalam peringkat ke-45 dari 48 negara. Peringkat tersebut lebih rendah dibandingkan kota-kota sekawasan seperti Kuala Lumpur di peringkat 41, Bangkok peringkat 40, serta Singapura peringkat 5.
Sejauh ini, dari enam dimensi utama yang menjadi parameter kota global yakni Ekonomi, R&D, Interaksi Budaya, Livability/Kualitas Hidup, Lingkungan, dan Aksesibilitas, Jakarta memiliki peringkat yang cukup baik pada dimensi kualitas hidup dengan nilai 29 dan memiliki peringkat terbawah pada dimensi lingkungan dengan nilai 46.
Untuk dimensi ekonomi berada pada peringkat 40, dimensi R&D peringkat 45, dimensi interaksi budaya pada peringkat 42, serta dimensi aksesibilitas pada peringkat 45.
Karena itu, dia mendorong peringkat Jakarta sebagai kota global dalam berbagai dimensi dibutuhkan beberapa usulan yaitu memperkuat posisi Jakarta sebagai daerah kekhususan melalui pengesahan RUU kekhususan Jakarta, melanjutkan peningkatan fasilitas publik, salah satu integrasi antarmoda, TOD, dan green space sesuai standard kota global, yang juga mencakup daerah Bodetabek sebagai daerah penyangga.
Arlyana juga menyarankan membentuk Jakarta Exhibition and Convention Bureau atau Forum Koordinasi untuk promosi dan pemasaran pariwisata secara terintegrasi. Kemudian, melakukan penataan kembali fungsi bangunan bersejarah maupun bangunan milik pemerintah pusat di Jakarta dengan memperhatikan best and mix use yang optimal.
"Terakhir mendorong investasi yang bersumber dari creative financing baik bersumber dari Luar Negeri (LN) maupun Dalam Negeri (DN)," tambahnya.
Meski demikian dibandingkan kota lainnya, Jakarta berpeluang memperkuat posisinya sebagai kota global. Hal itu terlihat modalitas yang dimiliki Jakarta yaitu dari berbagai sisi.
Salah satunya ketersediaan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara dengan standar internasional. Ketersediaan transportasi publik yang beragam dan terintegrasi antara lain MRT, LRT Jabodebek, dan Transjakarta yang terintegrasi melalui Jaklingko.
Kemudian, ketersediaan tenaga kerja dan SDM berkualitas. Selain itu, posisi DKI Jakarta yang sangat strategis yaitu sebagai hub didukung oleh wilayah sekitarnya sebagai megacities (Bodetabek) semakin memperkuat posisi Jakarta untuk menjadi pusat ekonomi dan perdagangan global.
(jon)