Ini Penyebab 163 KK Penghuni Rusunawa DKI Menunggak Bayar Sewa

Sabtu, 12 Agustus 2017 - 08:05 WIB
Ini Penyebab 163 KK Penghuni Rusunawa DKI Menunggak Bayar Sewa
Ini Penyebab 163 KK Penghuni Rusunawa DKI Menunggak Bayar Sewa
A A A
JAKARTA - Sedikitnya 163 kepala keluarga (KK) di dua rumah susun sederhana sewa (rusunawa) milik Pemprov DKI di Jakarta Barat, yakni Rusunawa Flamboyan dan Rusunawa Tambora, bakal diusir paksa. Penyebabnya mereka menunggak sewa hingga berbulan bulan.

Usut punya usut, seratusan penunggak sewa rusunawa itu ternyata bukan semata mata dikarenakan kesalahan mereka. Beberapa di antara keluarga penyewa diketahui memanfaatkan sistem autodebit Bank DKI yang lemah dalam pembayaran sewa.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Tambora, Ahmad Fauzi, mengatakan, penyewa biasanya melakukan setoran uang tunai di Bank DKI yang menjadi rekening debitnya. Biasanya deposit itu besarannya tiga kali tarif retribusi sewa rusunawa. Misalnya, harga sewa Rp500.000 maka deposit harus Rp1.500.000. Aturan ini berlaku untuk rusunawa umum, seperti Rusunawa Flamboyan dan Rusunawa Tambora.

Nantinya pihak Bank DKI akan memotong dana tabungan (defosit) tersebut sesuai besaran tarif sewa per bulan. "Sayangnya, proses pemotongan tarif sewa itu tidak seketika dilakukan ketika penghuni rusun sudah menyetor biaya sewa. Mungkin siang sekitar pukul 13.00 -14.00 baru terpotong saldonya," ujar Ahmad, Jumat (11/8/2017).

Ia mengatakan, jeda waku penyetoran tarif sewa dengan pemotongan saldo oleh bank tersebut acap kali dimanfaatkan para penghuni rusun 'nakal'. Mereka menunjukan setoran rekening yang telah diprint sebagai bukti sudah bayar. "Mereka menarik uang melalui ATM sebelum autodebit dilakukan," tuturnya.

Kondisi demikian baru terungkap setelah ditelusuri detail dan pengudetan data. Terungkap adanya kebohongan melalui CMS Bank. "Mereka mencoba menipu kami, tapi ya tetap saja hitungannya menunggak sewa. Kan jadi mereka yang rugi sendiri," tuturnya.

Sementara itu, seorang penghuni Rusunawa Tambora, Nani (56) enggan disalahkan gara-gara sistem itu, lantaran pembayaran rusunawa dilakukan oleh anaknya yang lebih paham tata cara setoran di bank. "Saya kan orang tua, nggak paham yang beginian, jadi saya serahkan ke anak," tuturnya.

Jadi, mengenai belum dibayarnya sewa rusunawa, Nani berdalih hal itu akibat kelakuan si anak yang suka mengambil uang di ATM. Jadinya, ketika akan diautodebit oleh bank tidak bisa karena saldo di ATM memang kosong.

Soal ancaman bakal diusir, Nani hanya bisa pasrah. Meski demikian, ia berhadap kebijakan dari pengelolah rusunawa untuk memberikan waktu kepada dirinya melunasi tunggakan sewa.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3878 seconds (0.1#10.140)