Kronologi Sekuriti Meninggal Usai Berhasil Padamkan Kebakaran di SMAN 6 Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Staf Tata Usaha (TU) SMAN 6 Jakarta Selatan, Dedi, mengungkapkan detik-detik petugas sekuriti bernama Cecep Kohar (45), meninggal dunia dalam insiden kebakaran di sekolah tersebut Jumat (29/9/2023) pagi.
Cecep menjadi pahlawan dalam peristiwa kebakaran itu setelah berhasil memadamkan api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Kejadian bermula ketika muncul percikan api di ruangan panel listrik yang berlokasi di bagian depan sekolah. Cecep kemudian mencari APAR yang disimpan di bawah tangga.
"Kita berusaha untuk cari APAR, itu akhirnya kita dapat. Ya sudah, enggak sampai lima menit sudah mati itu apinya," kata Dedi kepada wartawan.
Setelah selesai melakukan pemadaman, Dedi, Cecep, dan satu rekannya Willy, mengecek ke dalam ruang panel listrik untuk memastikan tidak ada titik api yang tersisa.
Pengecekan di ruang panel listrik tidak berlangsung lama, karena lokasi itu masih dipenuhi asap bekas kebakaran.
Mereka bertiga kemudian keluar dari ruang panel listrik. Namun, Cecep tiba-tiba memilih bersandar di tiang yang ada di area parkir motor.
Saat itu korban mengeluh pusing. Tak lama setelahnya ambruk hingga tidak sadarkan diri.
"Korban mengatakan cuma pusing. Terus dia bersandar di tiang, kemudian dia pingsan," ungkap Dedi.
Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno mengatakan, korban meninggal dunia diduga akibat menghirup gas karbon yang disemprotkan dari APAR. Sebab APAR berukuran besar itu sudah kedaluwarsa.
"Sudah kedaluwarsa dari tahun 2016," kata dia.
Diketahui, kebakaran pertama kali diketahui oleh seorang kuli bangunan bernama Rahmat Hidayat yang mendengar suara ledakan ketika sedang memasang keramik di dekat panel listrik.
Rahmat selanjutnya memanggil korban Cecep yang langsung mengambil APAR untuk memadamkan api di panel listrik tersebut.
"Selanjutnya korban langsung masuk ke dalam ruangan panel listrik dan langsung menyemprotkan tabung APAR besar sehingga api dapat dikuasai," kata Tribuana.
Cecep menjadi pahlawan dalam peristiwa kebakaran itu setelah berhasil memadamkan api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Kejadian bermula ketika muncul percikan api di ruangan panel listrik yang berlokasi di bagian depan sekolah. Cecep kemudian mencari APAR yang disimpan di bawah tangga.
"Kita berusaha untuk cari APAR, itu akhirnya kita dapat. Ya sudah, enggak sampai lima menit sudah mati itu apinya," kata Dedi kepada wartawan.
Setelah selesai melakukan pemadaman, Dedi, Cecep, dan satu rekannya Willy, mengecek ke dalam ruang panel listrik untuk memastikan tidak ada titik api yang tersisa.
Pengecekan di ruang panel listrik tidak berlangsung lama, karena lokasi itu masih dipenuhi asap bekas kebakaran.
Mereka bertiga kemudian keluar dari ruang panel listrik. Namun, Cecep tiba-tiba memilih bersandar di tiang yang ada di area parkir motor.
Saat itu korban mengeluh pusing. Tak lama setelahnya ambruk hingga tidak sadarkan diri.
"Korban mengatakan cuma pusing. Terus dia bersandar di tiang, kemudian dia pingsan," ungkap Dedi.
Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno mengatakan, korban meninggal dunia diduga akibat menghirup gas karbon yang disemprotkan dari APAR. Sebab APAR berukuran besar itu sudah kedaluwarsa.
"Sudah kedaluwarsa dari tahun 2016," kata dia.
Diketahui, kebakaran pertama kali diketahui oleh seorang kuli bangunan bernama Rahmat Hidayat yang mendengar suara ledakan ketika sedang memasang keramik di dekat panel listrik.
Rahmat selanjutnya memanggil korban Cecep yang langsung mengambil APAR untuk memadamkan api di panel listrik tersebut.
"Selanjutnya korban langsung masuk ke dalam ruangan panel listrik dan langsung menyemprotkan tabung APAR besar sehingga api dapat dikuasai," kata Tribuana.
(thm)