Klaster RS Sumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di DKI Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Klaster rumah sakit menjadi penyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak di DKI Jakarta pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dari 4 Juni sampai dengan 26 Juli 2020. Kondisi ini tentu memprihatinkan karena berarti rumah sakit belum sepenuhnya disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Selain rumah sakit, klaster lain yang berkontribusi pada penambahan kasus Covid-19 adalah komunitas, anak buah kapal (ABK), pasar, dan perkantoran. Jika tidak ada solusi, bukan tidak mungkin klaster tersebut akan terus menjadi pusat persebaran Covid-19 .
Hingga kemarin, kasus Covid-19 di Tanah Air semakin bertambah. Bahkan, kemarin penambahan tercatat paling tinggi selama tiga pekan terakhir, yakni 2.381 kasus. Dengan demikian, kasus secara nasional saat ini menembus angka 104.432 kasus. (Baca: Kapan Puncak Pandemi Corona di Indonesia? Ini Jawaban Satgas)
“Jadi kontribusinya ini berasal dari klaster-klaster mana saja? Pasien rumah sakit memang masih menempati peringkat pertama sekitar 42%,” ungkap Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin.
Dia menuturkan, untuk kasus komunitas sumbangan terhadap persebaran kasus Covid-19 cukup besar, yakni sebesar 39%. Kemudian ABK ataupun pekerja migran Indonesia (PMI) yang kembali ke Indonesia dan transit di Jakarta menyumbangkan klaster kasus positif Covid-19 sebanyak 5,8%.
Adapun klaster pasar menyumbangkan angka 4,3%, klaster perkantoran menyumbangkan angka sebesar 3,6%. “Selanjutnya, sisanya yang lain ada tenaga kesehatan di rumah sakit, ada di puskesmas dan rutan ini juga semuanya angkanya kecil, tapi juga menyumbangkan kasus positif,” tambah Dewi. (Baca juga: 10 Pegawai Positif Covid-19, Kantor Sudin LH Ditutup 15 Hari)
Untuk klaster perkantoran, dia membeberkan ada sebanyak 90 kantor di DKI Jakarta yang menjadi klaster persebaran Covid-19 , dengan sumbangan sebanyak 459 kasus positif. Dewi menekankan perlunya perhatian pada klaster perkantoran karena mengalami penambahan hampir 10 kali lipat sejak sebelum dilaksanakan masa PSPB.
“Sebelum masa PSBB cuma 43 klaster. Namun, ketika sudah mulai masa PSBB transisi ini meningkat menjadi 459 kasus. Kurang lebih bertambah 416 sekitar 9 kali lebih tinggi,” kata Dewi.
Sebagai informasi, ke-90 klaster, di antaranya tersebar di kantor kementerian sebanyak 20 klaster dengan 139 kasus; di badan atau lembaga sebanyak 10 klaster dengan 25 kasus; kantor di lingkungan Pemprov DKI Jakarta sebanyak 34 klaster dengan 141 kasus positif.
Selanjutnya di instansi kepolisian sebanyak 1 klaster dengan 4 kasus; di lingkungan badan usaha milik negara (BUMN) terdapat 8 klaster dengan 35 kasus; dan di perkantoran swasta sebanyak 14 klaster dengan 92 kasus.
Dewi pun mengingatkan bahwa persebaran Covid-19 di klaster perkantoran ini harus dipastikan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. “Dan ini yang akhirnya kita alert bahwa di mana pun kita berada juga harus dipastikan kita mematuhi protokol kesehatannya,” tegasnya. (Baca juga: HIndari Resesi, Belanja Pemerintah Akan Digeber Buat Ungkit Perekonomian)
Dari klaster yang ada, lokal transmisi di permukiman menyumbangkan klaster terbanyak di DKI Jakarta. Di mana tercatat ada sebanyak 283 klaster dari lokal transmisi di permukiman. Klaster ini, kata Dewi, tercatat mulai ada kasus positif Covid-19 pada 4 Juni 2020.
“Ada 283 kluster bertemu klaster dalam satu tempat, satu wilayah yang kurang lebih sama. Namun, memang catatannya hanya kasus aktif dimulai sejak 4 Juni,” kata Dewi.
Sementara itu, berdasar data penambahan kasus yang dipublikasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di https://www.covid19.go.id, kemarin DKI Jakarta mencatatkan penambahan kasus paling banyak, yakni 577 kasus.
Selanjutnya diikuti Jawa Timur dengan penambahan 359 kasus baru, Jawa Tengah (313 kasus ), Sumatera Utara (241 kasus), Sulawesi Selatan (128 kasus), Kalimantan Selatan (102 kasus), Gorontalo (102 kasus), Jawa Barat (96 kasus), Bali (61 kasus), Kalimantan Timur (57 kasus), dan Sulawesi Utara (58 kasus).
Sejauh ini pemerintah terus melakukan tracking. Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak 30.261 spesimen telah diperiksa untuk temukan kasus Covid-19 . Jumlah ini telah memenuhi target dari Presiden Joko Widodo sebanyak 30.000 spesimen per hari. (Lihat videonya: Akibat Hubungan Arus Pendek Listrik, Gudang Penyimpanan Beras Terbakar)
Data ini dilaporkan Kemenkes melalui laman https://www.kemkes.go.id/. Jadi, total sebanyak 1.447.583 spesimen yang sudah diperiksa hingga hari ini. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode real time PCR dan tes cepat molekuler (TCM). (Binti Mufarida)
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
Selain rumah sakit, klaster lain yang berkontribusi pada penambahan kasus Covid-19 adalah komunitas, anak buah kapal (ABK), pasar, dan perkantoran. Jika tidak ada solusi, bukan tidak mungkin klaster tersebut akan terus menjadi pusat persebaran Covid-19 .
Hingga kemarin, kasus Covid-19 di Tanah Air semakin bertambah. Bahkan, kemarin penambahan tercatat paling tinggi selama tiga pekan terakhir, yakni 2.381 kasus. Dengan demikian, kasus secara nasional saat ini menembus angka 104.432 kasus. (Baca: Kapan Puncak Pandemi Corona di Indonesia? Ini Jawaban Satgas)
“Jadi kontribusinya ini berasal dari klaster-klaster mana saja? Pasien rumah sakit memang masih menempati peringkat pertama sekitar 42%,” ungkap Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin.
Dia menuturkan, untuk kasus komunitas sumbangan terhadap persebaran kasus Covid-19 cukup besar, yakni sebesar 39%. Kemudian ABK ataupun pekerja migran Indonesia (PMI) yang kembali ke Indonesia dan transit di Jakarta menyumbangkan klaster kasus positif Covid-19 sebanyak 5,8%.
Adapun klaster pasar menyumbangkan angka 4,3%, klaster perkantoran menyumbangkan angka sebesar 3,6%. “Selanjutnya, sisanya yang lain ada tenaga kesehatan di rumah sakit, ada di puskesmas dan rutan ini juga semuanya angkanya kecil, tapi juga menyumbangkan kasus positif,” tambah Dewi. (Baca juga: 10 Pegawai Positif Covid-19, Kantor Sudin LH Ditutup 15 Hari)
Untuk klaster perkantoran, dia membeberkan ada sebanyak 90 kantor di DKI Jakarta yang menjadi klaster persebaran Covid-19 , dengan sumbangan sebanyak 459 kasus positif. Dewi menekankan perlunya perhatian pada klaster perkantoran karena mengalami penambahan hampir 10 kali lipat sejak sebelum dilaksanakan masa PSPB.
“Sebelum masa PSBB cuma 43 klaster. Namun, ketika sudah mulai masa PSBB transisi ini meningkat menjadi 459 kasus. Kurang lebih bertambah 416 sekitar 9 kali lebih tinggi,” kata Dewi.
Sebagai informasi, ke-90 klaster, di antaranya tersebar di kantor kementerian sebanyak 20 klaster dengan 139 kasus; di badan atau lembaga sebanyak 10 klaster dengan 25 kasus; kantor di lingkungan Pemprov DKI Jakarta sebanyak 34 klaster dengan 141 kasus positif.
Selanjutnya di instansi kepolisian sebanyak 1 klaster dengan 4 kasus; di lingkungan badan usaha milik negara (BUMN) terdapat 8 klaster dengan 35 kasus; dan di perkantoran swasta sebanyak 14 klaster dengan 92 kasus.
Dewi pun mengingatkan bahwa persebaran Covid-19 di klaster perkantoran ini harus dipastikan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. “Dan ini yang akhirnya kita alert bahwa di mana pun kita berada juga harus dipastikan kita mematuhi protokol kesehatannya,” tegasnya. (Baca juga: HIndari Resesi, Belanja Pemerintah Akan Digeber Buat Ungkit Perekonomian)
Dari klaster yang ada, lokal transmisi di permukiman menyumbangkan klaster terbanyak di DKI Jakarta. Di mana tercatat ada sebanyak 283 klaster dari lokal transmisi di permukiman. Klaster ini, kata Dewi, tercatat mulai ada kasus positif Covid-19 pada 4 Juni 2020.
“Ada 283 kluster bertemu klaster dalam satu tempat, satu wilayah yang kurang lebih sama. Namun, memang catatannya hanya kasus aktif dimulai sejak 4 Juni,” kata Dewi.
Sementara itu, berdasar data penambahan kasus yang dipublikasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di https://www.covid19.go.id, kemarin DKI Jakarta mencatatkan penambahan kasus paling banyak, yakni 577 kasus.
Selanjutnya diikuti Jawa Timur dengan penambahan 359 kasus baru, Jawa Tengah (313 kasus ), Sumatera Utara (241 kasus), Sulawesi Selatan (128 kasus), Kalimantan Selatan (102 kasus), Gorontalo (102 kasus), Jawa Barat (96 kasus), Bali (61 kasus), Kalimantan Timur (57 kasus), dan Sulawesi Utara (58 kasus).
Sejauh ini pemerintah terus melakukan tracking. Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak 30.261 spesimen telah diperiksa untuk temukan kasus Covid-19 . Jumlah ini telah memenuhi target dari Presiden Joko Widodo sebanyak 30.000 spesimen per hari. (Lihat videonya: Akibat Hubungan Arus Pendek Listrik, Gudang Penyimpanan Beras Terbakar)
Data ini dilaporkan Kemenkes melalui laman https://www.kemkes.go.id/. Jadi, total sebanyak 1.447.583 spesimen yang sudah diperiksa hingga hari ini. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode real time PCR dan tes cepat molekuler (TCM). (Binti Mufarida)
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
(ysw)