Kebakaran Marak saat Ramadan, Anggota DPRD DKI Kenneth: Warga Harus Terus Diberi Edukasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebakaran di Jakarta masih kerap terjadi, terlebih saat bulan Ramadan ini. Banyak warga yang terkadang lupa mematikan kompor usai memasak. Begitupun juga aliran listrik yang kerap korsleting karena penyambungan kabel tidak sesuai dengan aturan.
Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, terdapat 33 kejadian kebakaran di Ibu Kota selama sepekan bulan Ramadan sejak 28 Maret 2023 atau 6 Ramadhan 1444 Hijriah.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth mengatakan, masyarakat perlu diberikan edukasi serta sosialisasi yang intens terkait dengan bahaya kebakaran.
"Masyarakat kita masih sangat apatis, terutama terhadap kebiasaan ibu-ibu yang lupa mematikan kompor ketika memasak untuk berbuka puasa ataupun pada saat sahur. Lalu sembarangan memasang kabel listrik, terutama di daerah permukiman padat yang jaringan listrik di dalam rumah tidak pernah dilakukan pengecekan," kata Kenneth dalam keterangannya, Sabtu (8/4/2023)
Untuk itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta ini meminta kepada Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta serta PLN untuk melakukan edukasi serta sosialisasi secara intens terkait risiko bahaya kebakaran. Hal ini mengingat potensi bahaya kebakaran yang akan muncul selama bulan Ramadan dan juga ditambah pada saat mudik nanti.
"Gulkarmat DKI dan PLN harus bekerja sama terus memberikan edukasi dan sosialisasi, serta mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya bencana kebakaran yang mengancam, terutama saat bulan suci Ramadan. Pada saat bulan Ramadan ini kita harus lebih extra waspada lagi, karena bahaya kebakaran bisa mengancam siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itulah saya minta masyarakat juga untuk terus waspada," beber pria yang akrab disapa Bang Kent itu.
Selain itu, sambung Kent, perangkat Camat, Lurah hingga RT dan RW juga harus berperan aktif lebih masif lagi di tatanan masyarakat bawah untuk sering sering memberikan pemahaman terkait dampak bahaya kebakaran, dan menumbuhkan rasa peduli terhadap keselamatan sesama.
"Menurut saya bencana kebakaran ini adalah fenomena yang berulang yang sering sekali terjadi, terutama di permukiman padat dan yang bagaimanapun harus segera dipikirkan jalan keluarrnya. Jadi jangan terkesan seperti ada pembiaran," tukasnya.
"Saran saya sebagai salah satu stakeholder, pihak PLN bisa berkolaborasi dengan pemerintah DKI Jakarta dalam memberikan pemahaman soal instalasi pemasangan listrik yang benar supaya masyarakat tidak sembarangan menyambung kabel yang tidak sesuai aturan, karena dampaknya yang sangat berbahaya dan PLN harus berperan aktif terkait hal ini," sambung Kent.
Kent juga meminta kepada Pemprov DKI Jakarta agar bisa memberikan terobosan baru agar bencana kebakaran di Jakarta bisa semakin berkurang, seperti memonitor pembangunan rumah yang layak agar sistem kelistrikan tidak berantakan.
"Pemprov DKI harus berpikir solutif, buat terobosan yang baru cara menanggulangi bencana kebakaran. Jelaskan bahaya serta ancaman hukumannya jika masyarakat yang memasang kabel listrik tidak sesuai aturan, apalagi yang berpotensi menimbulkan konsleting listrik hingga mengakibatkan kebakaran," tegas Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI ini.
Menurut Kent, kebakaran umumnya banyak disebabkan oleh kelalaian manusia dan berdampak sistemik, berdampak pada kerugian harta benda, stagnasi atau terhentinya usaha, terhambatnya perekonomian dan pemerintahan, bahkan berkemungkinan timbulnya korban jiwa.
:Kebakaran ini bisa membuat orang kehilangan tempat tinggal hingga nyawa, jangan lantas terkesan nyawa manusia itu murah sekali. Saya minta Pemprov DKI harus tegas terkait hal ini," tegasnya.
Lalu, sambung Kent, Pemprov DKI Jakarta juga harus melakukan mapping sumber air di lokasi permukiman padat penduduk yang akan digunakan untuk proses pemadaman. Pasalnya banyak pemukiman yang jauh dari lokasi sumber air jika terjadi kebakaran. Hal itu bisa disiasati dengan pembuatan sumur resapan.
"Mapping semua lokasi pemukiman padat penduduk, apakah ada sumber air atau tidak? jika tidak ada ke depannya bisa dibangun sumur resapan untuk menjadi salah satu solusi yang nantinya bisa dijadikan sumber air jika sewaktu-waktu adanya bencana kebakaran di wilayah tersebut," beber Kent.
Kent pun mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada dan siaga terhadap bencana kebakaran yang kapan saja bisa terjadi. Lalu harus rutin mengecek kompor dan instalasi listrik di rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya kebakaran.
"Harus rutin melakukan pengecekan mulai dari kompor hingga instalasi listrik. Dan harus mengganti instalasi listrik yang sudah rusak maupun yang sudah tua ataupun yang sudah usang. Bahkan, minimal ada pengecekan dari tenaga yang berkompeten," pungkasnya
Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, terdapat 33 kejadian kebakaran di Ibu Kota selama sepekan bulan Ramadan sejak 28 Maret 2023 atau 6 Ramadhan 1444 Hijriah.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth mengatakan, masyarakat perlu diberikan edukasi serta sosialisasi yang intens terkait dengan bahaya kebakaran.
"Masyarakat kita masih sangat apatis, terutama terhadap kebiasaan ibu-ibu yang lupa mematikan kompor ketika memasak untuk berbuka puasa ataupun pada saat sahur. Lalu sembarangan memasang kabel listrik, terutama di daerah permukiman padat yang jaringan listrik di dalam rumah tidak pernah dilakukan pengecekan," kata Kenneth dalam keterangannya, Sabtu (8/4/2023)
Untuk itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta ini meminta kepada Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta serta PLN untuk melakukan edukasi serta sosialisasi secara intens terkait risiko bahaya kebakaran. Hal ini mengingat potensi bahaya kebakaran yang akan muncul selama bulan Ramadan dan juga ditambah pada saat mudik nanti.
"Gulkarmat DKI dan PLN harus bekerja sama terus memberikan edukasi dan sosialisasi, serta mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya bencana kebakaran yang mengancam, terutama saat bulan suci Ramadan. Pada saat bulan Ramadan ini kita harus lebih extra waspada lagi, karena bahaya kebakaran bisa mengancam siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itulah saya minta masyarakat juga untuk terus waspada," beber pria yang akrab disapa Bang Kent itu.
Selain itu, sambung Kent, perangkat Camat, Lurah hingga RT dan RW juga harus berperan aktif lebih masif lagi di tatanan masyarakat bawah untuk sering sering memberikan pemahaman terkait dampak bahaya kebakaran, dan menumbuhkan rasa peduli terhadap keselamatan sesama.
"Menurut saya bencana kebakaran ini adalah fenomena yang berulang yang sering sekali terjadi, terutama di permukiman padat dan yang bagaimanapun harus segera dipikirkan jalan keluarrnya. Jadi jangan terkesan seperti ada pembiaran," tukasnya.
"Saran saya sebagai salah satu stakeholder, pihak PLN bisa berkolaborasi dengan pemerintah DKI Jakarta dalam memberikan pemahaman soal instalasi pemasangan listrik yang benar supaya masyarakat tidak sembarangan menyambung kabel yang tidak sesuai aturan, karena dampaknya yang sangat berbahaya dan PLN harus berperan aktif terkait hal ini," sambung Kent.
Kent juga meminta kepada Pemprov DKI Jakarta agar bisa memberikan terobosan baru agar bencana kebakaran di Jakarta bisa semakin berkurang, seperti memonitor pembangunan rumah yang layak agar sistem kelistrikan tidak berantakan.
"Pemprov DKI harus berpikir solutif, buat terobosan yang baru cara menanggulangi bencana kebakaran. Jelaskan bahaya serta ancaman hukumannya jika masyarakat yang memasang kabel listrik tidak sesuai aturan, apalagi yang berpotensi menimbulkan konsleting listrik hingga mengakibatkan kebakaran," tegas Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI ini.
Menurut Kent, kebakaran umumnya banyak disebabkan oleh kelalaian manusia dan berdampak sistemik, berdampak pada kerugian harta benda, stagnasi atau terhentinya usaha, terhambatnya perekonomian dan pemerintahan, bahkan berkemungkinan timbulnya korban jiwa.
:Kebakaran ini bisa membuat orang kehilangan tempat tinggal hingga nyawa, jangan lantas terkesan nyawa manusia itu murah sekali. Saya minta Pemprov DKI harus tegas terkait hal ini," tegasnya.
Lalu, sambung Kent, Pemprov DKI Jakarta juga harus melakukan mapping sumber air di lokasi permukiman padat penduduk yang akan digunakan untuk proses pemadaman. Pasalnya banyak pemukiman yang jauh dari lokasi sumber air jika terjadi kebakaran. Hal itu bisa disiasati dengan pembuatan sumur resapan.
"Mapping semua lokasi pemukiman padat penduduk, apakah ada sumber air atau tidak? jika tidak ada ke depannya bisa dibangun sumur resapan untuk menjadi salah satu solusi yang nantinya bisa dijadikan sumber air jika sewaktu-waktu adanya bencana kebakaran di wilayah tersebut," beber Kent.
Kent pun mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada dan siaga terhadap bencana kebakaran yang kapan saja bisa terjadi. Lalu harus rutin mengecek kompor dan instalasi listrik di rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya kebakaran.
"Harus rutin melakukan pengecekan mulai dari kompor hingga instalasi listrik. Dan harus mengganti instalasi listrik yang sudah rusak maupun yang sudah tua ataupun yang sudah usang. Bahkan, minimal ada pengecekan dari tenaga yang berkompeten," pungkasnya
(thm)