Mantan Wadanjen Kopassus Ini Gagas Transjakarta hingga Sekeren Sekarang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siapa penggagas moda transportasi massal Transjakarta ? Ya, benar, Letjen TNI (Purn) Sutiyoso alias Bang Yos. Mantan Wadanjen Kopassus itu mencetuskan sebuah sistem transportasi baru di Ibu Kota ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Gubernur DKI dua periode yakni 1997-2002 dan 2002-2007 itu berhasil membuka koridor 1 Transjakarta yang melayani jalur Blok M-Kota. Transjakarta mulai beroperasi pada Februari 2004.
Baca juga: Penampakan Halte Transjakarta Kwitang Usai Direvitalisasi
Awalnya Transjakarta diprotes keras oleh berbagai pihak. Namun, berkat ketegasan dan kegigihan Bang Yos untuk membenahi sistem transportasi di Jakarta akhirnya pihak-pihak yang menentangnya mulai memahami pembangunan moda transportasi tersebut.
Sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang dioperasikan di Bogota, Kolombia.
Kini jalur Transjakarta terus berkembang sampai penambahan armadanya yang semakin canggih. Hingga pada kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (2017-2022), Transjakarta memiliki 13 koridor yang siap melayani masyarakat setiap harinya.
Masyarakat bisa menikmati layanan Transjakarta hanya dengan membayar Rp3.500 untuk sekali perjalanan.
Baca juga: Cerita Mantan Gubernur DKI Sutiyoso Dimaki Gara-gara Bus Transjakarta
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) juga sudah menyediakan ruang khusus perempuan di bagian depan bus dan kamera pengawas atau CCTV di setiap bus. Tujuannya menekan bahkan menghapuskan tindak pelecehan seksual di transportasi umum.
Sekadar kilas balik. Sebelum bus Transjakarta, angkutan umum di Jakarta ada yang namanya mikrolet. Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo yang mengenalkan mikrolet pada tahun 1979.
Sayangnya, tidak banyak penumpang yang nyaman menggunakan mikrolet sehingga eksistensinya makin berkurang.
Ada juga bus kota yang menjamur pada era terdahulu. Dulu, bus kota lebih dikenal dengan nama Kopaja dan Metromini. Metromini mampu mengangkut lebih banyak orang dan menjadi transportasi favorit.
Namun, izin pengoperasian Metromini dan Kopaja dicabut pada tahun 2019. Keputusan itu karena Metromini dan Kopaja lekat dengan perilaku sopir yang selalu ugal-ugalan dan terkesan tidak mementingkan aspek keselamatan.
Gubernur DKI dua periode yakni 1997-2002 dan 2002-2007 itu berhasil membuka koridor 1 Transjakarta yang melayani jalur Blok M-Kota. Transjakarta mulai beroperasi pada Februari 2004.
Baca juga: Penampakan Halte Transjakarta Kwitang Usai Direvitalisasi
Awalnya Transjakarta diprotes keras oleh berbagai pihak. Namun, berkat ketegasan dan kegigihan Bang Yos untuk membenahi sistem transportasi di Jakarta akhirnya pihak-pihak yang menentangnya mulai memahami pembangunan moda transportasi tersebut.
Sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang dioperasikan di Bogota, Kolombia.
Kini jalur Transjakarta terus berkembang sampai penambahan armadanya yang semakin canggih. Hingga pada kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (2017-2022), Transjakarta memiliki 13 koridor yang siap melayani masyarakat setiap harinya.
Masyarakat bisa menikmati layanan Transjakarta hanya dengan membayar Rp3.500 untuk sekali perjalanan.
Baca juga: Cerita Mantan Gubernur DKI Sutiyoso Dimaki Gara-gara Bus Transjakarta
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) juga sudah menyediakan ruang khusus perempuan di bagian depan bus dan kamera pengawas atau CCTV di setiap bus. Tujuannya menekan bahkan menghapuskan tindak pelecehan seksual di transportasi umum.
Sekadar kilas balik. Sebelum bus Transjakarta, angkutan umum di Jakarta ada yang namanya mikrolet. Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo yang mengenalkan mikrolet pada tahun 1979.
Sayangnya, tidak banyak penumpang yang nyaman menggunakan mikrolet sehingga eksistensinya makin berkurang.
Ada juga bus kota yang menjamur pada era terdahulu. Dulu, bus kota lebih dikenal dengan nama Kopaja dan Metromini. Metromini mampu mengangkut lebih banyak orang dan menjadi transportasi favorit.
Namun, izin pengoperasian Metromini dan Kopaja dicabut pada tahun 2019. Keputusan itu karena Metromini dan Kopaja lekat dengan perilaku sopir yang selalu ugal-ugalan dan terkesan tidak mementingkan aspek keselamatan.
(jon)