Ingin Ubah Nasib, Pemulung Bintara Jaya Bekasi Butuh Program Keterampilan
loading...
A
A
A
BEKASI - Pemulung di Kampung Sawah, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Bekasi membutuhkan program keterampilan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik. Warga setempat biasa memulung sampah kemudian dijual ke pengepul untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Mungkin pemerintah bisa menilai bagaimana kondisi orang Kampung Sawah, harusnya dibantu, jangan cuma dilihat doang," ujar Khairul Fahmi, warga pemulung di Kampung Sawah, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Bekasi saat berbincang di Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia yang didukung Partai Perindo , Senin (27/2/2023).
Bantuan tersebut berupa program keterampilan. Khairul pun mengaku ingin ikut program tersebut jika benar-benar ada. "Semoga pemerintah bisa dengar, perlu bantuan kita," katanya.
Baca juga: Podcast Aksi Nyata Perindo: Warga Jakarta Makin Gemari Pencak Silat
Dia sehari-harinya berkeliling mencari sampah yang bisa dijual. Paling banyak sampah didapat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi tak jauh dari Kampung Sawah.
Uang yang dihasilkan dari jual sampah hanya cukup untuk makan dan minum sehari-hari. Kalau untuk diberikan ke keluarga di kampungnya yang berada di Purwokerto tak cukup.
"Belum cukup, rasanya pengen lebih dari ini. Mana bisa kirim uang ke kampung, kita saja pas-pasan," ucapnya.
Entin, warga pemulung lainnya menganggap memulung sampah sebagai sebuah bekas karena sampah tak melulu barang tidak berguna dan dibuang begitu saja. "Botol bekas terus besi apa saja yang penting jadi uang," katanya.
Misalnya, dia memulung besi yang merupakan benda paling mahal dari sampah lainnya. "Kalau botol per kg paling mahal Rp3.000. Kalau besi sekitar Rp4.000 per kg," ujarnya.
Jumlah sampah yang dipungutnya tidak pasti. Namun, yang paling berat dia bawa untuk dijual pernah mencapai 25 kg. Manurut dia, uang yang dihasilkan dari sampah cukup untuk makan sehari-hari.
Kendati hidup di tengah keterbatasan tak membuat Entin patah arang. Dia tetap bersyukur menjalani hidup. Terbukti anaknya bernama Mirna kini menjadi seorang guru pendamping di Yayasan Balarenik.
"Alhamdulillah, biar anak kita sukses ke depannya. Saya SD saja nggak tamat sampai kelas 3 SD," ucapnya.
"Mungkin pemerintah bisa menilai bagaimana kondisi orang Kampung Sawah, harusnya dibantu, jangan cuma dilihat doang," ujar Khairul Fahmi, warga pemulung di Kampung Sawah, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Bekasi saat berbincang di Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia yang didukung Partai Perindo , Senin (27/2/2023).
Bantuan tersebut berupa program keterampilan. Khairul pun mengaku ingin ikut program tersebut jika benar-benar ada. "Semoga pemerintah bisa dengar, perlu bantuan kita," katanya.
Baca juga: Podcast Aksi Nyata Perindo: Warga Jakarta Makin Gemari Pencak Silat
Dia sehari-harinya berkeliling mencari sampah yang bisa dijual. Paling banyak sampah didapat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi tak jauh dari Kampung Sawah.
Uang yang dihasilkan dari jual sampah hanya cukup untuk makan dan minum sehari-hari. Kalau untuk diberikan ke keluarga di kampungnya yang berada di Purwokerto tak cukup.
"Belum cukup, rasanya pengen lebih dari ini. Mana bisa kirim uang ke kampung, kita saja pas-pasan," ucapnya.
Entin, warga pemulung lainnya menganggap memulung sampah sebagai sebuah bekas karena sampah tak melulu barang tidak berguna dan dibuang begitu saja. "Botol bekas terus besi apa saja yang penting jadi uang," katanya.
Misalnya, dia memulung besi yang merupakan benda paling mahal dari sampah lainnya. "Kalau botol per kg paling mahal Rp3.000. Kalau besi sekitar Rp4.000 per kg," ujarnya.
Jumlah sampah yang dipungutnya tidak pasti. Namun, yang paling berat dia bawa untuk dijual pernah mencapai 25 kg. Manurut dia, uang yang dihasilkan dari sampah cukup untuk makan sehari-hari.
Kendati hidup di tengah keterbatasan tak membuat Entin patah arang. Dia tetap bersyukur menjalani hidup. Terbukti anaknya bernama Mirna kini menjadi seorang guru pendamping di Yayasan Balarenik.
"Alhamdulillah, biar anak kita sukses ke depannya. Saya SD saja nggak tamat sampai kelas 3 SD," ucapnya.
(jon)