Hujan di Musim Kemarau, Ini Penjelasan dari BMKG
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa hari belakangan ini wilayah Jabodetabek diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Padahal, pada Juli biasanya Indonesia sudah masuk ke dalam musim kemarau.
"Kemarau bukan berarti tidak ada hujan itu yang perlu diketahui. Kita lihat, sifat hujannya seperti apa. Apakah di atas rata-rata atau di atas normal, atau di bawah normal," kata Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, Rabu (15/7/2020).
Hary menjelaskan, pada Juli hingga Agustus merupakan puncak musim kemarau. Namun, hujan yang selama ini mengguyur Jabodetabek masih dalam kondisi normal. (Baca juga; BMKG Peringatkan Kekeringan di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara )
"Yang perlu dipelajari syarat dan ketentuan hujan saat kemarau, mulai dari suhunya, kelembapan, pola angin dan supply uap air. Kalau itu terpenuhi semua, maka potensi hujan terjadi," tutup Hary.
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
"Kemarau bukan berarti tidak ada hujan itu yang perlu diketahui. Kita lihat, sifat hujannya seperti apa. Apakah di atas rata-rata atau di atas normal, atau di bawah normal," kata Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, Rabu (15/7/2020).
Hary menjelaskan, pada Juli hingga Agustus merupakan puncak musim kemarau. Namun, hujan yang selama ini mengguyur Jabodetabek masih dalam kondisi normal. (Baca juga; BMKG Peringatkan Kekeringan di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara )
"Yang perlu dipelajari syarat dan ketentuan hujan saat kemarau, mulai dari suhunya, kelembapan, pola angin dan supply uap air. Kalau itu terpenuhi semua, maka potensi hujan terjadi," tutup Hary.
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
(wib)