Interaksi Sosial Jadi Alasan Klise Wali Kota Jakbar pada Kasus Kematian Satu Keluarga di Kalideres

Minggu, 13 November 2022 - 18:31 WIB
Rumah satu keluarga tewas di Citra Garden 1 Extension RT 07 RW 15 Blok AC5/7, Kalideres, Jakarta Barat. Foto: MPI/Achmad Al Fiqri
JAKARTA - Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko mengungkapkan satu keluarga yang tewas di Kalideres diduga kelaparan itu dikenal sangat tertutup. Bahkan, diduga kurang bersosialisasi.

Ini karena keluarga tersebut kurang berinteraksi sosial dengan warga sekitar kediaman mereka di Citra Garden 1 Extension RT 07 RW 15 Blok AC5/7, Kalideres, Jakarta Barat.

“Saya dapat dari lingkungan sekitar RT/RW bahwa memang keluarga ini tertutup, tidak berinteraksi. Padahal, interaksi sosial itu penting,” ujar Yani usai menyambangi rumah satu keluarga tewas di Kalideres.



Baca juga: Kesaksian Saudara Soal Satu Keluarga di Kalideres Tewas Mengenaskan

Menyikapi ini, Ketua Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia DKI Jakarta Martha Tiana Hermawan menilai pernyataan wali kota Jakbar yang menduga korban kematian satu keluarga di Kalideres sebagai warga yang kurang sosialisasi sangat tidak etis.

“Seharusnya sebagai pamong, wali kota Jakbar tidak tergesa-gesa menuduh orang yang meninggal dengan tuduhan negatif. Secara etika sebagai seorang pejabat itu tidak etis, orang sudah meninggal kok dituduh negatif,” ujar Tian, sapaan akrab Martha Tiana Hermawan.

Menurut dia, wali kota Jakbar sebelum mengeluarkan pernyataan harus memiliki data lengkap dari hasil mitigasi dan investigasi masalah. Dengan begitu, wali kota bisa menjelaskan secara lengkap apa penyebab kematian satu keluarga di Kalideres itu.

“Tuduhan keluarga yang meninggal dunia sebagai warga kurang sosialisasi jelas tidak menjawab apa penyebab kematian satu keluarga tersebut,” kata Tian.

Apalagi dalam ilmu sosial yang menerangkan tentang kurangnya sosialisasi memiliki banyak sebab, tidak hanya karena faktor personal tapi bisa juga disebabkan faktor lingkungan.

Dalam proses interaksi sosial, karena dia merupakan hubungan sosial tentu terkadang mengalami kendala. Permasalahan tersebut bisa mengubah interaksi sosial menjadi disosiatif bukan antisosial.

“Proses ini merupakan keadaan yang dihasilkan karena adanya pertentangan antaranggota masyarakat. Proses sosial disosiatif juga disebut proses sosial disintegratif atau disjungtif,” ungkapnya.

Banyak bentuk dari disosiatif seperti persaingan, kontravensi, dan konflik. “Kalau hanya asal sebut karena antisosial itu alasan klise untuk menutupi wali kota Jakbar tidak memiliki wawasan soal apa itu interaksi sosial,” kata Tian.
(jon)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More