Kisah Pengepungan Mabes Polri di Tahun 1968 Akibat Komandan Brimob Dicopot
Rabu, 03 Agustus 2022 - 12:31 WIB
JAKARTA - Mabak atau Mabes Polri pernah dikepung anggota Pelopor Brimob pada tahun 1968 lantaran Komandan Resimen Pelopor Brimob Kombes Pol Anton Soedjarwo dicopot. Pergantian Anton Soedjarwo pada saat itu menimbulkan kecurigaan.
Wakil Komandan Resimen Pelopor Brimob AKBP Soetrisno Ilham memimpin langsung pengepungan Mabes Polri dengan membawa seluruh Pelopor menggunakan truk. Tuntutan mereka hanya satu yakni pencabutan Surat Keputusan (SK) penggantian Kombes Pol Anton Soedjarwo atau pasukan akan terus mengepung Mabes Polri hingga batas waktu tidak ditentukan.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan
Dituliskan dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, AKBP Soetrisno Ilham yang tiba di Mabes Polri langsung memerintahkan pasukannya menutup seluruh akses menuju Mabes Polri.
Dia juga menempatkan penembak jitu atau sniper di beberapa titik strategis lalu memerintahkan mereka melepaskan tembakan peringatan kepada siapa pun yang keluar dari Mabes Polri, termasuk Kapolri Jenderal Pol Soetjipto Joedodihardjo.
Suasana di Mabes Polri begitu mencekam. Beberapa kali pasukan Pelopor melepaskan tembakan peringatan ketika ada perwira Polri yang nekat keluar dari kompleks Mabes. Untuk mencegah konflik yang lebih besar, Mabes Polri akhirnya memenuhi tuntutan tersebut.
Terlebih dalam situasi politik yang tidak menentu, konflik antaranggota Polri akan berakibat sangat tidak menguntungkan bagi institusi Polri. Buntut pengepungan Pelopor Brimob yakni mundurnya Kapolri Jenderal Pol Soetjipto Joedodihardjo.
Sementara, bagi personel Resimen Pelopor, peristiwa pengepungan membawa efek yang tidak menguntungkan jika ditimbang secara politis.
Mundurnya Kapolri Soetjipto setelah pengepungan Brimob merupakan akumulasi dari ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Soetjipto sejak paruh kedua tahun 1967. Kapolri Soetjipto menjabat mulai 9 Mei 1965-15 Mei 1968.
Wakil Komandan Resimen Pelopor Brimob AKBP Soetrisno Ilham memimpin langsung pengepungan Mabes Polri dengan membawa seluruh Pelopor menggunakan truk. Tuntutan mereka hanya satu yakni pencabutan Surat Keputusan (SK) penggantian Kombes Pol Anton Soedjarwo atau pasukan akan terus mengepung Mabes Polri hingga batas waktu tidak ditentukan.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan
Dituliskan dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, AKBP Soetrisno Ilham yang tiba di Mabes Polri langsung memerintahkan pasukannya menutup seluruh akses menuju Mabes Polri.
Dia juga menempatkan penembak jitu atau sniper di beberapa titik strategis lalu memerintahkan mereka melepaskan tembakan peringatan kepada siapa pun yang keluar dari Mabes Polri, termasuk Kapolri Jenderal Pol Soetjipto Joedodihardjo.
Suasana di Mabes Polri begitu mencekam. Beberapa kali pasukan Pelopor melepaskan tembakan peringatan ketika ada perwira Polri yang nekat keluar dari kompleks Mabes. Untuk mencegah konflik yang lebih besar, Mabes Polri akhirnya memenuhi tuntutan tersebut.
Terlebih dalam situasi politik yang tidak menentu, konflik antaranggota Polri akan berakibat sangat tidak menguntungkan bagi institusi Polri. Buntut pengepungan Pelopor Brimob yakni mundurnya Kapolri Jenderal Pol Soetjipto Joedodihardjo.
Sementara, bagi personel Resimen Pelopor, peristiwa pengepungan membawa efek yang tidak menguntungkan jika ditimbang secara politis.
Mundurnya Kapolri Soetjipto setelah pengepungan Brimob merupakan akumulasi dari ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Soetjipto sejak paruh kedua tahun 1967. Kapolri Soetjipto menjabat mulai 9 Mei 1965-15 Mei 1968.
tulis komentar anda