BMKG Prediksi Bogor Dilanda Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Begini Tanda-tandanya
Rabu, 22 September 2021 - 17:43 WIB
BOGOR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Citeko memprediksi wilayah Bogor berpotensi dilanda cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan. Hal itu dipicu peralihan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan.
"Masuk musim hujan dan puncaknya biasanya terjadi pada Desember-Januari. Justru kecenderungan cuaca ekstrem terjadi di bulan-bulan peralihan musim seperti September dan Oktober," ungkap Kepala BMKG Citeko, Fatuhri kepada wartawan, Rabu (22/9/2021).
BMKG pun mencatat, rata-rata curah hujan tinggi terjadi di wilayah Bogor dan Depok kemarin di atas 100 mm per hari atau di atas 20 mm per jam. Jumlah itu di atas rata-rata normal yakni 50 mm per hari.
"Hembusan angin kemarin rata-rata 42 kilometer per jam. Normalnya 20 kilometer per jam," ujarnya.Di samping itu, lanjut Fatuhri, masyarakat diminta untuk mewaspadai tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrem. Fenomena itu secara kasat mata ditandai siang terik dan muncul awan berbentuk bunga kol.
"Tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrem, satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Siang sangat terik dan hembusan angin cukup kencang," katanya.
Umumnya, udara atau suhu mulai terasa panas mulai pukul 10.00 pagi. Saat itu, terlihat awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu yang menjulang tinggi.
"Tahap berikutnya awan itu akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus (CB). Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri, ada dahan atau ranting mulai bergoyang cepat karena embusan angin," katanya.
Lalu, udara akan mulai terasa dingin setelah terjadi fenomena tersebut. Biasanya, cuaca ekstrem diawali dengan hujan yang sangat lebat dibarengi angin puting beliung tetapi jika hujan diawali hanya gerimis, kecil kemungkinan terjadi angin kencang.
"Jika 1 sampai 3 hari tidak ada hujan pada masa pancaroba, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun akan diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori cuaca ekstrem," jelasnya.
Untuk pekan awal September ini, tambah Fatuhri, memang ada gangguan atmosfer di wilayah Indonesia sehingga curah hujan meningkat di beberapa wilayah termasuk Bogor. Jika uap air yang terkandung cukup banyak, maka curah hujan yang lebat dapat disertai angin kencang dan petir.
"Jadi berpotensi pada daerah-daerah yang dikelilingi oleh pegunungan seperti daerah Bogor seperti di Puncak dan sekitarnya. Kondisi curah hujan diperkuat oleh faktor lokal (pegunungan)," ucap Fatuhri.
"Masuk musim hujan dan puncaknya biasanya terjadi pada Desember-Januari. Justru kecenderungan cuaca ekstrem terjadi di bulan-bulan peralihan musim seperti September dan Oktober," ungkap Kepala BMKG Citeko, Fatuhri kepada wartawan, Rabu (22/9/2021).
BMKG pun mencatat, rata-rata curah hujan tinggi terjadi di wilayah Bogor dan Depok kemarin di atas 100 mm per hari atau di atas 20 mm per jam. Jumlah itu di atas rata-rata normal yakni 50 mm per hari.
"Hembusan angin kemarin rata-rata 42 kilometer per jam. Normalnya 20 kilometer per jam," ujarnya.Di samping itu, lanjut Fatuhri, masyarakat diminta untuk mewaspadai tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrem. Fenomena itu secara kasat mata ditandai siang terik dan muncul awan berbentuk bunga kol.
"Tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrem, satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Siang sangat terik dan hembusan angin cukup kencang," katanya.
Umumnya, udara atau suhu mulai terasa panas mulai pukul 10.00 pagi. Saat itu, terlihat awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu yang menjulang tinggi.
"Tahap berikutnya awan itu akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus (CB). Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri, ada dahan atau ranting mulai bergoyang cepat karena embusan angin," katanya.
Lalu, udara akan mulai terasa dingin setelah terjadi fenomena tersebut. Biasanya, cuaca ekstrem diawali dengan hujan yang sangat lebat dibarengi angin puting beliung tetapi jika hujan diawali hanya gerimis, kecil kemungkinan terjadi angin kencang.
"Jika 1 sampai 3 hari tidak ada hujan pada masa pancaroba, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun akan diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori cuaca ekstrem," jelasnya.
Untuk pekan awal September ini, tambah Fatuhri, memang ada gangguan atmosfer di wilayah Indonesia sehingga curah hujan meningkat di beberapa wilayah termasuk Bogor. Jika uap air yang terkandung cukup banyak, maka curah hujan yang lebat dapat disertai angin kencang dan petir.
"Jadi berpotensi pada daerah-daerah yang dikelilingi oleh pegunungan seperti daerah Bogor seperti di Puncak dan sekitarnya. Kondisi curah hujan diperkuat oleh faktor lokal (pegunungan)," ucap Fatuhri.
(hab)
tulis komentar anda