Anies: DKI Jakarta Tak Pernah Tutupi Jumlah Pasien Isoman Meninggal
Minggu, 25 Juli 2021 - 17:34 WIB
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menegaskan, pihaknya tidak pernah menutupi data jumlah pasien isolasi mandiri . Termasuk data pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia.
"Saya rasa perlu digarisbawahi kami di Jakarta tidak pernah menutupi data, tidak pernah mengurangi, tidak pernah menambahi, bila ada yang meninggal kita laporkan, bisa selamat kita laporkan, tidak pernah ditutup-tutupi," kata Anies saat menghadiri Vaksinasi Kadin bersama TNI Polri, dikutip dari laman YouTube Kadin Indonesia, Minggu (25/07/2021)
Anies menambahkan, DKI Jakarta merupakan satu-satunya provinsi yang mempunyai data status pasien yang menjalani isolasi mandiri. Hal tersebut lantaran dirinya telah meminta jajaran untuk mendata siapa saja warga yang tengah menjalani isolasi mandiri.
"Mengapa kita punya? Ini hasil rapat-rapat kita bahwa Tim Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas itu harus tahu siapa positif, siapa isolasi mandiri di setiap wilayahnya," tambahnya. (Baca juga; PPKM Level 4 di DKI Jakarta Bakal Diperpanjang? Ini kata Wagub DKI )
Menurut Anies, kasus kematian akibat ada masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Diketahui pada periode Juni hingga Juli kapasitas rumah sakit penuh. (Baca juga; Anies Sebut Kasus COVID-19 di Jakarta Turun, Padahal Jumlah Pengetesan di Atas Standar WHO )
"Banyak dari warga yang seharusnya mendapatkan pelayanan di rumah sakit tidak bisa masuk rumah sakit, karena tempatnya memang terbatas. Nah itulah kemudian salah satu sebab kontribusi terhadap kasus mereka yang isolasi, tidak bisa terselamatkan karena mereka seharusnya ada di rumah sakit," ujarnya
Lebih lanjut Anies mengklaim pada setiap 100% kasus COVID-19 maka dibutuhkan sekitar 4-5% ruang ICU untuk menangani gejala berat. Sementara, ketersediaan tempat tidur ICU yang ada di DKI Jakarta hanya sebanyak 1.500.
"Kira-kira rumus sederhananya begini, kalau ada 100% kasus COVID, sekitar 4 sampai 5% itu butuh ICU itu berat. Nah, kalau Anda ada 100.000 kasus, kita pernah 100.000, berarti kira-kira 4 sampai 5.000 orang itu perlu ICU," paparnya
"Sementara ICU kita adanya1.500, dari situ sudah terlihat bahwa ada gap. Jadi ini berbeda dengan isolasi mandiri yang gejala ringan, sedang, ini adalah mereka-mereka yang seharusnya bisa, seharusnya masuk dapat perawatan tapi tempat kita, kemarin tidak cukup," tutupnya.
"Saya rasa perlu digarisbawahi kami di Jakarta tidak pernah menutupi data, tidak pernah mengurangi, tidak pernah menambahi, bila ada yang meninggal kita laporkan, bisa selamat kita laporkan, tidak pernah ditutup-tutupi," kata Anies saat menghadiri Vaksinasi Kadin bersama TNI Polri, dikutip dari laman YouTube Kadin Indonesia, Minggu (25/07/2021)
Anies menambahkan, DKI Jakarta merupakan satu-satunya provinsi yang mempunyai data status pasien yang menjalani isolasi mandiri. Hal tersebut lantaran dirinya telah meminta jajaran untuk mendata siapa saja warga yang tengah menjalani isolasi mandiri.
"Mengapa kita punya? Ini hasil rapat-rapat kita bahwa Tim Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas itu harus tahu siapa positif, siapa isolasi mandiri di setiap wilayahnya," tambahnya. (Baca juga; PPKM Level 4 di DKI Jakarta Bakal Diperpanjang? Ini kata Wagub DKI )
Menurut Anies, kasus kematian akibat ada masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Diketahui pada periode Juni hingga Juli kapasitas rumah sakit penuh. (Baca juga; Anies Sebut Kasus COVID-19 di Jakarta Turun, Padahal Jumlah Pengetesan di Atas Standar WHO )
"Banyak dari warga yang seharusnya mendapatkan pelayanan di rumah sakit tidak bisa masuk rumah sakit, karena tempatnya memang terbatas. Nah itulah kemudian salah satu sebab kontribusi terhadap kasus mereka yang isolasi, tidak bisa terselamatkan karena mereka seharusnya ada di rumah sakit," ujarnya
Lebih lanjut Anies mengklaim pada setiap 100% kasus COVID-19 maka dibutuhkan sekitar 4-5% ruang ICU untuk menangani gejala berat. Sementara, ketersediaan tempat tidur ICU yang ada di DKI Jakarta hanya sebanyak 1.500.
"Kira-kira rumus sederhananya begini, kalau ada 100% kasus COVID, sekitar 4 sampai 5% itu butuh ICU itu berat. Nah, kalau Anda ada 100.000 kasus, kita pernah 100.000, berarti kira-kira 4 sampai 5.000 orang itu perlu ICU," paparnya
"Sementara ICU kita adanya1.500, dari situ sudah terlihat bahwa ada gap. Jadi ini berbeda dengan isolasi mandiri yang gejala ringan, sedang, ini adalah mereka-mereka yang seharusnya bisa, seharusnya masuk dapat perawatan tapi tempat kita, kemarin tidak cukup," tutupnya.
(wib)
tulis komentar anda