Semua Rumah Sakit di Kota Bogor Penuh, Bima Ngaku Tak Bisa Berbuat Banyak
Selasa, 29 Juni 2021 - 18:35 WIB
BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut semua rumah sakit di wilayahnya hampir penuh akibat lonjakan kasus COVID-19. Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit sudah mencapai 83%.
"BOR-nya saya belum update ya, tapi di RSUD Kota Bogor sudah 91%, secara umum 83%. Tapi gini, faktanya penuh itu aja. Jadi nggak usah bicara angka BOR lagi, faktanya penuh," kata Bima, kepada wartawan di RSUD Kota Bogor, Selasa (29/6/2021).
Bima mengaku, banyak warganya yang mengadukan atau mengeluhkan kondisi tersebut. Tetapi, dirinya tak bisa berbuat banyak karena situasinya semua sama. (Baca juga; Covid-19 Melonjak, Ketersediaan Tempat Tidur di RS Kota Bogor Tinggal 7 Persen )
"Sekarang siapa pun sulit. Saya Wali Kota, tiap hari diminta oleh warga dan nggak bisa apa-apa, nggak mungkin saya meminta cut karena yang mengantre di sini sudah banyak. Nggak mungkin. Jadi Wali Kota pun tidak bisa apa-apa," ungkapnya.
Karena itu, Bima berharap kepada masyarakat untuk berempati kepada tenaga kesehatan karena tak sedikit yang terpapar. Termasuk mematuhi protokol kesehatan agar penularan tidak semakin parah.
"Makanya pengertian kepada warga, tolong empati kepada nakes semuanya. Patuhi protokol kesehatan. Jadi nggak usah liat angka BOR, seperti ini faktanya penuh. Yang bisa saya katakan itu," terangnya.
Saat ini, Pemkot Bogor terus berupaya untuk menambah tempat tidur dan pusat isolasi bagi pasien COVID-19. Apabila tempat-tempat tersebut sudah bertambah banyak diharapkan angka BOR kembali turun dan pasien bisa terlayani dengan baik.
"Mudah-mudahan, minggu depan begitu kita operasionalkan pusat isolasi dan lain-lain, BOR bisa kita tekan lagi di bawah 70%. Kalau itu terjadi signalnya akan bagus," ungkap Bima.
Sementara, terkait zona Kota Bogor masih kategori oranye, Bima mengingatkan, agar semua tidak berpaku kepada indikator tersebut karena kondisi di lapangan sedang darurat. (Baca juga; IGD RSUD Kabupaten Bekasi Penuh Pasien COVID-19, Terpaksa Bangun Tenda Darurat )
"Masih (oranye). Sekali lagi, gak usah berpatokan pada indikator-indikator kaku. Kita lihat di lapangan, kita lihat kondisinya seperti apa, kondisinya darurat, rumah sakit penuh, nakes bertumbangan," tutupnya.
"BOR-nya saya belum update ya, tapi di RSUD Kota Bogor sudah 91%, secara umum 83%. Tapi gini, faktanya penuh itu aja. Jadi nggak usah bicara angka BOR lagi, faktanya penuh," kata Bima, kepada wartawan di RSUD Kota Bogor, Selasa (29/6/2021).
Bima mengaku, banyak warganya yang mengadukan atau mengeluhkan kondisi tersebut. Tetapi, dirinya tak bisa berbuat banyak karena situasinya semua sama. (Baca juga; Covid-19 Melonjak, Ketersediaan Tempat Tidur di RS Kota Bogor Tinggal 7 Persen )
"Sekarang siapa pun sulit. Saya Wali Kota, tiap hari diminta oleh warga dan nggak bisa apa-apa, nggak mungkin saya meminta cut karena yang mengantre di sini sudah banyak. Nggak mungkin. Jadi Wali Kota pun tidak bisa apa-apa," ungkapnya.
Karena itu, Bima berharap kepada masyarakat untuk berempati kepada tenaga kesehatan karena tak sedikit yang terpapar. Termasuk mematuhi protokol kesehatan agar penularan tidak semakin parah.
"Makanya pengertian kepada warga, tolong empati kepada nakes semuanya. Patuhi protokol kesehatan. Jadi nggak usah liat angka BOR, seperti ini faktanya penuh. Yang bisa saya katakan itu," terangnya.
Saat ini, Pemkot Bogor terus berupaya untuk menambah tempat tidur dan pusat isolasi bagi pasien COVID-19. Apabila tempat-tempat tersebut sudah bertambah banyak diharapkan angka BOR kembali turun dan pasien bisa terlayani dengan baik.
"Mudah-mudahan, minggu depan begitu kita operasionalkan pusat isolasi dan lain-lain, BOR bisa kita tekan lagi di bawah 70%. Kalau itu terjadi signalnya akan bagus," ungkap Bima.
Sementara, terkait zona Kota Bogor masih kategori oranye, Bima mengingatkan, agar semua tidak berpaku kepada indikator tersebut karena kondisi di lapangan sedang darurat. (Baca juga; IGD RSUD Kabupaten Bekasi Penuh Pasien COVID-19, Terpaksa Bangun Tenda Darurat )
"Masih (oranye). Sekali lagi, gak usah berpatokan pada indikator-indikator kaku. Kita lihat di lapangan, kita lihat kondisinya seperti apa, kondisinya darurat, rumah sakit penuh, nakes bertumbangan," tutupnya.
(wib)
tulis komentar anda