Wasiat Romantis Jenderal Hoegeng Minta Dimakamkan di Tajur Halang Bogor, Ada Pesan Unik di Nisannya

Jum'at, 26 Maret 2021 - 05:30 WIB
Pemakaman Umum Giri Tama, Kelurahan Tonjong, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. SINDOnews/Wasis Wibowo
BOGOR - Dari sosok Kapolri ke-5, almarhum Jenderal Polisi (Purn) Drs H Hoegeng Iman Santoso, banyak pelajaran dan kisah menarik untuk digali. Integritas dan kejujurannya adalah teladan bagi semua, sisi humanis dan romantisnya pun menggetarkan hati.

Jenderal Polisi Hoegeng wafat pada 14 Juli 2004 karena sakit setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Dia dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Kelurahan Tonjong, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor , Jawa Barat.

Makam Jenderal Hoegeng tepat berada di Blok D, Taman Dahlia. Cungkup makamnya sederhana berwarna hitam, tepat di bawah pohon yang teduh dan berbunga ungu. Pada salah satu sisi cungkup makam bagian atas terdapat Lambang Polri Sewakottama dan tanda bintang empat (Jenderal). (Baca juga; Penuhi Syarat, Hoegeng, Kariadi dan Soegarda Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional )



Makam Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso. SINDOnews/Wasis Wibowo



Dalam buku "Hoegeng. Polisi dan menteri Teladan" terungkap alasan Jenderal Hoegeng dimakamkan di sini. Sebelum meninggal dia berpesan kepada keluarganya agar tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Meskipun alasannya sederhana, ada romatisme dalam wasiat Jenderal Hoegeng.

“Kalau Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Meri tak bisa dimakamkan disamping saya. Hoegeng ingin Meri selalu mendampingi," begitu katanya. Meri yang dimaksud adalah istri Jenderal Hoengeng, yaitu Meriyati Roeslani. (Baca juga; Besuk Meriyati Hoegeng, Haris Pertama: Pendamping Setia Jenderal Jujur )

Wasiat yang sederhana ini sebenarnya lumrah saja, namun dari catatan reputasi Jenderal Hoegeng yang dikenal sebagai pejabat tidak bisa disuap , sederhana, dan jujur, tentu bukan sekadar romantisme sesaat. Meriyati Roeslani yang menikah dengan Hoegeng pada 31 Oktober 1946 di Yogyakarta, pastinya juga bukan perempuan biasa.

Sebagai istri polisi, Meri tak menuntut apa-apa dari sang suami. Dia menunjukkan rasa cintanya dengan tetap mendukung Hoegeng untuk terus bersikap jujur meskipun harus hidup pas-pasan. Kekagumannya terhadap sosok Hoegeng tak pudar karena silau harta, meskipun suaminya menjabat kapolri pada periode 1968-1971. (Baca juga; Ini Sosok Hoegeng, Polisi yang Disebut Gus Dur Tidak Mempan Disogok )
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More