Gereja Katedral Jakarta Ternyata Nama Lainnya Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Jum'at, 25 Desember 2020 - 12:54 WIB
(Baca juga : Hati-hati, Dalam Sebulan Kasus Aktif Covid-19 Naik Dobel )
Denah gereja berbentuk salib dengan menghadap ke barat. Satu-satunya gereja bergaya gotik di Jakarta ini bisa dilihat dari ciri khas kerangka struktur plafon gotik yang terkenal dengan sebutan vaulted rib yang membentuk ruang-ruang prismatik. Di sini dapat kita lihat prinsip arsitektur gotik dalam menyalurkan gaya beban dari atas ke bawah dengan struktur yang jelas.
Sekaligus memberi irama yang dinamis pada ruangan-ruangan di gereja. Selain itu, pada railing tangga, engsel, dan kunci gereja ini bergaya Art & Craft yang berkualitas tinggi.
Situs Cagar Budaya Gereja Katedral yang ada saat ini bukan merupakan gedung gereja yang asli. Gereja yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung gereja terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Kemudian pada 31 Mei 1890 gereja itu juga sempat roboh. (Baca juga: Polisi Sebut Misa Natal di Gereja Katedral Dijalankan dengan Prokes Ketat)
Pada 1 November 1890 disepakati kerja sama antara Monseigneur Claessens dengan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata untuk keperluan gereja baru. Kesepakatan ini dilakukan karena melihat kerusakan gereja yang sangat parah sehingga para iman dan umat menginginkan adanya gereja baru. Pembelian batu bata tersebut dikirim tiap bulan sebanyak 70.000 bata.
Pertengahan 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan gereja baru. Orang yang ditunjuk untuk menjadi perencana dan arsitek pembangun gereja adalah Antonius Dijkmans.
Setelah kurang lebih setahun pembangunan yang dimulai peletakan batu pertamanya oleh Provicaris Carolus Wenneker pembuatan gereja pun terhambat dikarenakan masalah biaya. Tahun 1894 masalah pembangunan gereja semakin rumit ketika Antonius Dijkmans harus pulang ke Belanda karena sakit.
Tahun 1898 dalam melanjutkan pembangunan gereja Uskup Monseignor Edmundus Sybradus Luypen SJ mengumpulkan berbagai bantuan dana di Belanda. Selain bantuan dari Belanda, dana juga terkumpul dari sumbangan umat gereja katolik tersebut.
Pada 1899 keberlanjutan pembangunan gereja dipimpin oleh insinyur MJ Hulswit. Batu pertama diletakkan pada 16 Januari 1899 sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja. Pembangunan gereja baru pun akhirnya selesai pada 21 April 1901 dan diresmikan oleh Monseignor Edmundus Sybradus Luypen SJ. (Baca juga: Ini Jadwal Ibadat Natal 2020 Gereja Katedral Jakarta)
Denah gereja berbentuk salib dengan menghadap ke barat. Satu-satunya gereja bergaya gotik di Jakarta ini bisa dilihat dari ciri khas kerangka struktur plafon gotik yang terkenal dengan sebutan vaulted rib yang membentuk ruang-ruang prismatik. Di sini dapat kita lihat prinsip arsitektur gotik dalam menyalurkan gaya beban dari atas ke bawah dengan struktur yang jelas.
Sekaligus memberi irama yang dinamis pada ruangan-ruangan di gereja. Selain itu, pada railing tangga, engsel, dan kunci gereja ini bergaya Art & Craft yang berkualitas tinggi.
Situs Cagar Budaya Gereja Katedral yang ada saat ini bukan merupakan gedung gereja yang asli. Gereja yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung gereja terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Kemudian pada 31 Mei 1890 gereja itu juga sempat roboh. (Baca juga: Polisi Sebut Misa Natal di Gereja Katedral Dijalankan dengan Prokes Ketat)
Pada 1 November 1890 disepakati kerja sama antara Monseigneur Claessens dengan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata untuk keperluan gereja baru. Kesepakatan ini dilakukan karena melihat kerusakan gereja yang sangat parah sehingga para iman dan umat menginginkan adanya gereja baru. Pembelian batu bata tersebut dikirim tiap bulan sebanyak 70.000 bata.
Pertengahan 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan gereja baru. Orang yang ditunjuk untuk menjadi perencana dan arsitek pembangun gereja adalah Antonius Dijkmans.
Setelah kurang lebih setahun pembangunan yang dimulai peletakan batu pertamanya oleh Provicaris Carolus Wenneker pembuatan gereja pun terhambat dikarenakan masalah biaya. Tahun 1894 masalah pembangunan gereja semakin rumit ketika Antonius Dijkmans harus pulang ke Belanda karena sakit.
Tahun 1898 dalam melanjutkan pembangunan gereja Uskup Monseignor Edmundus Sybradus Luypen SJ mengumpulkan berbagai bantuan dana di Belanda. Selain bantuan dari Belanda, dana juga terkumpul dari sumbangan umat gereja katolik tersebut.
Pada 1899 keberlanjutan pembangunan gereja dipimpin oleh insinyur MJ Hulswit. Batu pertama diletakkan pada 16 Januari 1899 sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja. Pembangunan gereja baru pun akhirnya selesai pada 21 April 1901 dan diresmikan oleh Monseignor Edmundus Sybradus Luypen SJ. (Baca juga: Ini Jadwal Ibadat Natal 2020 Gereja Katedral Jakarta)
tulis komentar anda