BNPT Lakukan Kunjungan Silaturahmi ke Keuskupan Agung Jakarta
Selasa, 22 Desember 2020 - 22:00 WIB
JAKARTA - Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar beserta jajaran mengunjungi Keuskupan Agung Jakarta di Gereja Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Jajaran BNPT disambut langsung oleh Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Ignatius Kardinal Suharyo.
Dalam kunjungan itu, Kepala BNPT didampingi Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis; Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Budiono Sandi; dan Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol Eddy Hartono SIk MH. (Baca juga; Masih Pandemi COVID-19, Pemprov DKI Rayakan Natal 2020 Secara Sederhana )
Kepala BNPT menjelaskan, kunjungan itu sebagai silaturahmi dan menjalin komunikasi BNPT dengan tokoh lintas agama. Kunjungan silaturahmi ini juga sebagai sarana membangun kesepahaman untuk terus semangat membangun kehidupan beragama, kehidupan bertoleransi dan mewujudkan kehidupan yang rukun. (Baca juga; Natal di Tengah Pandemi COVID-19, Lansia di Panti Wredha Menerima Berkah )
“Kita bersilaturahmi berkomunikasi dengan pemuka agama, BNPT juga sudah membentuk gugus pemuka agama kita inginkan adanya tukar menukar informasi, jika ada yang perlu kita diskusikan bersama sehingga tidak ada mispersepsi terkait isu radikal intoleran dan terorisme, semoga silatuhami dan komunikasi ini bisa terus kita pelihara dalam membangun indonesia yang damai dan sejahtera,” ujar Boy Rafli Amar, Selasa (22/12/2020).
Kardinal Suharyo mengapresiasi tugas penuh risiko yang diemban BNPT. Doa-doa dan dukungan dari KAJ akan mengiringi perjuangan dalam mendidik masyarakat agar tidak terjerumus dalam pusara radikal intoleran maupun radikal terorisme. Dia juga menyampaikan upaya KAJ terkait isu-isu tersebut, yang berlandasan Dokumen Abu Dhabi yang kini menjadi pegangan pendidikan gereja.
“Di sini kami menghaturkan 1 buku kepada BNPT yang judulnya dokumen Abu Dhabi, telah ditandatangi Imam Besar Al-Azhar dan Paus Fransiskus. Salah satu yang disebut di sana yang harus dilawan bersama-sama oleh siapapun adalah terorisme dalam bentuk apa pun, khususnya terorisme yang menggunakan agama sebagai pembenaran, ini diterima oleh komunitas beragama internasional, dan dalam GKI ini menjadi pegangan pendidikan,” pungkas Kardinal Suharyo.
Dalam kunjungan itu, Kepala BNPT didampingi Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis; Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Budiono Sandi; dan Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol Eddy Hartono SIk MH. (Baca juga; Masih Pandemi COVID-19, Pemprov DKI Rayakan Natal 2020 Secara Sederhana )
Kepala BNPT menjelaskan, kunjungan itu sebagai silaturahmi dan menjalin komunikasi BNPT dengan tokoh lintas agama. Kunjungan silaturahmi ini juga sebagai sarana membangun kesepahaman untuk terus semangat membangun kehidupan beragama, kehidupan bertoleransi dan mewujudkan kehidupan yang rukun. (Baca juga; Natal di Tengah Pandemi COVID-19, Lansia di Panti Wredha Menerima Berkah )
“Kita bersilaturahmi berkomunikasi dengan pemuka agama, BNPT juga sudah membentuk gugus pemuka agama kita inginkan adanya tukar menukar informasi, jika ada yang perlu kita diskusikan bersama sehingga tidak ada mispersepsi terkait isu radikal intoleran dan terorisme, semoga silatuhami dan komunikasi ini bisa terus kita pelihara dalam membangun indonesia yang damai dan sejahtera,” ujar Boy Rafli Amar, Selasa (22/12/2020).
Kardinal Suharyo mengapresiasi tugas penuh risiko yang diemban BNPT. Doa-doa dan dukungan dari KAJ akan mengiringi perjuangan dalam mendidik masyarakat agar tidak terjerumus dalam pusara radikal intoleran maupun radikal terorisme. Dia juga menyampaikan upaya KAJ terkait isu-isu tersebut, yang berlandasan Dokumen Abu Dhabi yang kini menjadi pegangan pendidikan gereja.
“Di sini kami menghaturkan 1 buku kepada BNPT yang judulnya dokumen Abu Dhabi, telah ditandatangi Imam Besar Al-Azhar dan Paus Fransiskus. Salah satu yang disebut di sana yang harus dilawan bersama-sama oleh siapapun adalah terorisme dalam bentuk apa pun, khususnya terorisme yang menggunakan agama sebagai pembenaran, ini diterima oleh komunitas beragama internasional, dan dalam GKI ini menjadi pegangan pendidikan,” pungkas Kardinal Suharyo.
(wib)
tulis komentar anda