PDAM Tirta Benteng Terapkan Sistem Pembayaran Nontunai
Jum'at, 20 November 2020 - 07:31 WIB
TANGERANG - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Benteng (TB) Kota Tangerang mulai menerapkan sistem pembayaran tagihan air secara cashless atau nontunai. Khusus untuk pelanggan yang punya tunggakan 2–3 bulan lebih, PDAM TB tetap menyiapkan satu loket khusus untuk setoran tunai. Sedikitnya ada sekira 15% pelanggan PDAM yang memiliki tunggakan pembayaran.
Direktur PDAM TB Sumarya menyatakan saat ini PDAM TB sudah memasuki era sistem pembayaran nontunai. Semua sistem tagihan pembayaran dibuka melalui semua saluran. "Untuk yang bulan berjalan, termasuk cicilan pemasangan sambungan langganan air, masyarakat bisa membayar melalui beberapa paymen point yang kita tunjuk," katanya kemarin. (Baca: Doa-doa Para Nabi yang Tercantum Dalam Alquran)
Dengan sistem cashless, pelanggan PDAM TB bisa membayar tagihan di mana saja. Bisa di grup Alfamart Indomart, Lowsen, dan Dan Dan. Lalu bisa juga melalui PT Pos Indonesia dan pembayaran melalui PPOB payment point. "Jadi masyarakat bisa bekerja sama dengan perbankan di warung-warung, di rumah bisa bayar PDAM. Kemudian dengan perbankan BJB untuk industri, bank Mandiri melalui ATM, dan melalui aplikasi yang ada," paparnya.
Tercatat sejumlah aplikasi yang telah diajak bekerja sama oleh PDAM terdiri atas Link Aja Telkom hingga Tokopedia. Semua jaringan itu kini bekerja sama dengan PDAM. "Jadi masyarakat yang tidak perlu datang ke kantor maupum ke Alfa Indomart lagi, tapi bisa melalui aplikasi, klik saja. Pada saat hari terakhir pembayaran dan malam-malam baru inget, jadi bisa pakai aplikasi itu," ungkapnya.
Melalui sistem cashless yang memudahkan ini diharapkan masyarakat tidak lagi menunda tagihan pembayaran airnya. Langkah ini dirasa cukup efektif dalam menekan angka tunggakan pembayaran yang ada selama ini. "Program ini sebenarnya sudah jalan lama. Kalau dengan pembayaran, ada beberapa yang mau kita kerja samakan juga, misalnya dengan BTN. Jadi kalau ada masyarakat bayar BTN bisa sekalian bayar air," jelasnya.
Kendati mendapat sambutan baik dan dirasa berhasil menggenjot tagihan pembayaran air masyarakat, nyatanya angka penunggak pembayaran hingga 2–3 bulan masih terjadi. (Baca juga: Menggagas Pengganti Terbaik UN)
Pihaknya pun tidak mau kalah strategi dalam menghadapi para pengutang itu. Mulai dari teguran ringan sampai ancaman penyegelan hingga penghentian saluran air pun dilakukan. Namun tetap saja ada yang nakal.
Kepada para penunggak itu, PDAM membuka satu loket khusus untuk pembayaran tagihan masyarakat. Loket ini hanya ada di kantor PDAM TB dan masih melayani uang tunai. "Sekarang kan eranya sudah cashless. Tapi kita ada loket di PDAM ini, untuk 65.000 pelanggan ini, kita hanya ada satu loket di PDAM untuk setoran tunai. Ini tetap kita sediakan terkait dengan tunggakan," katanya.
Kepada para penunggak, pihak PDAM TB pun tidak bisa mengambil sikap tegas. Alhasil rasio pendapatan PDAM TB pun mengalami peningkatan, dari yang 75–80% menjadi 92%. "Untuk pembayaran, kita ada rasio tagihan. Dengan kemudahan pembayaran itu, rasio pembayaran semakin besar. Dari yang hanya 75–80%, sekarang bisa sampai 92%. Pengutang pun semakin sedikit," ungkapnya.
Sementara itu Dedi, warga Koang Encle, RT03/04, Kecamatan Karawaci, mengatakan dirinya telah menunggak pembayaran air 3 bulan dan baru bisa membayar hari ini.
Belum adanya sistem aplikasi untuk bayar tunggakan membuat dirinya terpaksa harus datang ke PDAM TB. Dedi sendiri mengaku tidak masalah datang ke PDAM karena letaknya dengan rumahnya tidak begitu jauh. "Kalau untuk dendanya fluktuatif, misal sebulan ada yang Rp5.000 hingga Rp25.000. Kalau penalti, setelah 7 bulan tidak bayar, kena denda Rp250 ribu. Lewat dari 7 bulan, baru saluran airnya diputus," ungkapnya. (Lihat videonya: Bupati Bogor Ade Yasin Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Dedi merupakan keluarga biasa. Kebutuhan airnya pun tidak banyak, hanya digunakan untuk sehari-hari seperti mencuci, masak, dan mandi. Sebulan dia bayar air Rp75.000. "Kalau bayar air sebulan tergantung rata-rata pemakaian, gak bisa ditentuin berapanya. Tapi kalau saya standarnya Rp75.000 sampai Rp100.000 sebulan. Tidak pasti, naik turun. Tergantung pemakaiannya," ucapnya. (Hasan Kurniawan)
Direktur PDAM TB Sumarya menyatakan saat ini PDAM TB sudah memasuki era sistem pembayaran nontunai. Semua sistem tagihan pembayaran dibuka melalui semua saluran. "Untuk yang bulan berjalan, termasuk cicilan pemasangan sambungan langganan air, masyarakat bisa membayar melalui beberapa paymen point yang kita tunjuk," katanya kemarin. (Baca: Doa-doa Para Nabi yang Tercantum Dalam Alquran)
Dengan sistem cashless, pelanggan PDAM TB bisa membayar tagihan di mana saja. Bisa di grup Alfamart Indomart, Lowsen, dan Dan Dan. Lalu bisa juga melalui PT Pos Indonesia dan pembayaran melalui PPOB payment point. "Jadi masyarakat bisa bekerja sama dengan perbankan di warung-warung, di rumah bisa bayar PDAM. Kemudian dengan perbankan BJB untuk industri, bank Mandiri melalui ATM, dan melalui aplikasi yang ada," paparnya.
Tercatat sejumlah aplikasi yang telah diajak bekerja sama oleh PDAM terdiri atas Link Aja Telkom hingga Tokopedia. Semua jaringan itu kini bekerja sama dengan PDAM. "Jadi masyarakat yang tidak perlu datang ke kantor maupum ke Alfa Indomart lagi, tapi bisa melalui aplikasi, klik saja. Pada saat hari terakhir pembayaran dan malam-malam baru inget, jadi bisa pakai aplikasi itu," ungkapnya.
Melalui sistem cashless yang memudahkan ini diharapkan masyarakat tidak lagi menunda tagihan pembayaran airnya. Langkah ini dirasa cukup efektif dalam menekan angka tunggakan pembayaran yang ada selama ini. "Program ini sebenarnya sudah jalan lama. Kalau dengan pembayaran, ada beberapa yang mau kita kerja samakan juga, misalnya dengan BTN. Jadi kalau ada masyarakat bayar BTN bisa sekalian bayar air," jelasnya.
Kendati mendapat sambutan baik dan dirasa berhasil menggenjot tagihan pembayaran air masyarakat, nyatanya angka penunggak pembayaran hingga 2–3 bulan masih terjadi. (Baca juga: Menggagas Pengganti Terbaik UN)
Pihaknya pun tidak mau kalah strategi dalam menghadapi para pengutang itu. Mulai dari teguran ringan sampai ancaman penyegelan hingga penghentian saluran air pun dilakukan. Namun tetap saja ada yang nakal.
Kepada para penunggak itu, PDAM membuka satu loket khusus untuk pembayaran tagihan masyarakat. Loket ini hanya ada di kantor PDAM TB dan masih melayani uang tunai. "Sekarang kan eranya sudah cashless. Tapi kita ada loket di PDAM ini, untuk 65.000 pelanggan ini, kita hanya ada satu loket di PDAM untuk setoran tunai. Ini tetap kita sediakan terkait dengan tunggakan," katanya.
Kepada para penunggak, pihak PDAM TB pun tidak bisa mengambil sikap tegas. Alhasil rasio pendapatan PDAM TB pun mengalami peningkatan, dari yang 75–80% menjadi 92%. "Untuk pembayaran, kita ada rasio tagihan. Dengan kemudahan pembayaran itu, rasio pembayaran semakin besar. Dari yang hanya 75–80%, sekarang bisa sampai 92%. Pengutang pun semakin sedikit," ungkapnya.
Sementara itu Dedi, warga Koang Encle, RT03/04, Kecamatan Karawaci, mengatakan dirinya telah menunggak pembayaran air 3 bulan dan baru bisa membayar hari ini.
Belum adanya sistem aplikasi untuk bayar tunggakan membuat dirinya terpaksa harus datang ke PDAM TB. Dedi sendiri mengaku tidak masalah datang ke PDAM karena letaknya dengan rumahnya tidak begitu jauh. "Kalau untuk dendanya fluktuatif, misal sebulan ada yang Rp5.000 hingga Rp25.000. Kalau penalti, setelah 7 bulan tidak bayar, kena denda Rp250 ribu. Lewat dari 7 bulan, baru saluran airnya diputus," ungkapnya. (Lihat videonya: Bupati Bogor Ade Yasin Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Dedi merupakan keluarga biasa. Kebutuhan airnya pun tidak banyak, hanya digunakan untuk sehari-hari seperti mencuci, masak, dan mandi. Sebulan dia bayar air Rp75.000. "Kalau bayar air sebulan tergantung rata-rata pemakaian, gak bisa ditentuin berapanya. Tapi kalau saya standarnya Rp75.000 sampai Rp100.000 sebulan. Tidak pasti, naik turun. Tergantung pemakaiannya," ucapnya. (Hasan Kurniawan)
(ysw)
tulis komentar anda