Kisah Pilu Korban Banjir di Ciganjur hingga Kehilangan Modal Usaha
Senin, 12 Oktober 2020 - 21:37 WIB
JAKARTA - Supratman, warga terdampak longsor dan banjir di Jalan Damai, Ciganjur, Jakarta Selatan, mengaku kehilangan harta benda dan modal usahanya. Supratman menjadi salah satu korban banjir dan longsor yang menimpa wilayahnya pada Sabtu 10 Oktober 2020 malam.
Supratman menggambarkan bagaimana kondisi yang begitu menakutkan pada malam itu. Selepas ibadah salat magrib, dia bersama istri dan 6 orang anak, serta 1 cucunya berkumpul di ruang tamu. Makin malam, hujan semakin deras. ( )
"Kebetulan ibu (istrinya) abis selesai salat magrib dia buru-buru memang kan hujan tambah deras terus dia keluar kemudian dengar suara gemuruh, kayak getaran longsor, langsung seketika ini (tembok) jatuh," kata Supratman saat ditemui di depan kediamannya, Jalan Damai, Ciganjur, Jakarta, Senin (12/10/2020).
Tak berselang lama, kata dia, sungai yang berada persis di samping rumahnya pun langsung meluap karena sudah terbentuknya bendungan 'dadakan' akibat material bangunan yang sebelumnya runtuh. Dengan cepatnya, aliran air sungai itu pun mulai masuk dan menjalar ke dalam rumahnya.
Tanpa pikir panjang, Supratman dan istri langsung menyelamatkan 6 orang anak dan 1 cucunya untuk meninggalkan rumah yang dia yakini akan terendam dalam waktu yang sangat cepat. Benar saja, saat berhasil keluar, yang dia lihat air sudah menggenang hingga setinggi pintu depan rumahnya yang diperkirakan mencapai 1,2 meter.
Saat itu, Supratman sudah tak bisa berpikir lagi menyelamatkan harta benda seperti sepeda motor, ijazah, hingga barang berharga lain yang masih berada di dalam rumah. Yang dia pikirkan saat itu keselamatan anak istri dan cucu tercintanya.
"Enggak bawa apa-apa. Terus terang aja istri jualan sayur ya, modal aja sampe lupa enggak kebawa, enggak ke selamet, terendam semua," ujarnya pilu. ( )
Hingga saat ini, dia bersama keluarganya sementara tinggal di posko pengungsian yang tak jauh dari kediamannya. Hal itu dipilih agar dia masih bisa melihat kondisi rumah dan menyelamatkan sisaan barang-barang yang dianggap masih bisa digunakan kembali nantinya.
Supratman menggambarkan bagaimana kondisi yang begitu menakutkan pada malam itu. Selepas ibadah salat magrib, dia bersama istri dan 6 orang anak, serta 1 cucunya berkumpul di ruang tamu. Makin malam, hujan semakin deras. ( )
"Kebetulan ibu (istrinya) abis selesai salat magrib dia buru-buru memang kan hujan tambah deras terus dia keluar kemudian dengar suara gemuruh, kayak getaran longsor, langsung seketika ini (tembok) jatuh," kata Supratman saat ditemui di depan kediamannya, Jalan Damai, Ciganjur, Jakarta, Senin (12/10/2020).
Tak berselang lama, kata dia, sungai yang berada persis di samping rumahnya pun langsung meluap karena sudah terbentuknya bendungan 'dadakan' akibat material bangunan yang sebelumnya runtuh. Dengan cepatnya, aliran air sungai itu pun mulai masuk dan menjalar ke dalam rumahnya.
Tanpa pikir panjang, Supratman dan istri langsung menyelamatkan 6 orang anak dan 1 cucunya untuk meninggalkan rumah yang dia yakini akan terendam dalam waktu yang sangat cepat. Benar saja, saat berhasil keluar, yang dia lihat air sudah menggenang hingga setinggi pintu depan rumahnya yang diperkirakan mencapai 1,2 meter.
Saat itu, Supratman sudah tak bisa berpikir lagi menyelamatkan harta benda seperti sepeda motor, ijazah, hingga barang berharga lain yang masih berada di dalam rumah. Yang dia pikirkan saat itu keselamatan anak istri dan cucu tercintanya.
"Enggak bawa apa-apa. Terus terang aja istri jualan sayur ya, modal aja sampe lupa enggak kebawa, enggak ke selamet, terendam semua," ujarnya pilu. ( )
Hingga saat ini, dia bersama keluarganya sementara tinggal di posko pengungsian yang tak jauh dari kediamannya. Hal itu dipilih agar dia masih bisa melihat kondisi rumah dan menyelamatkan sisaan barang-barang yang dianggap masih bisa digunakan kembali nantinya.
(mhd)
tulis komentar anda