Sungai Jaletreng Berwarna Coklat, DLH: Hasil Uji Lab Masih Kategori Aman
Senin, 21 September 2020 - 07:35 WIB
TANGERANG SELATAN - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, menyatakan, Sungai Jaletreng Riverpark, masih memenuhi standar air baku permukaan.
Hal ini terungkap berdasarkan hasil uji lab sampel air yang dilakukan oleh DLH Tangsel dan dituangkan ke dalam bentuk kajian ilmiah. Hasilnya, sungai Jaletreng masih dalam kategori aman alias tidak tercemar limbah.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pembinaan Lingkungan, DLH Kota Tangsel Tedi Krisna mengatakan, ada tiga titik di Sungai Jaletreng yang diambil sampelnya oleh tim. (Baca juga: Sekarang Pantau Pencemaran Lingkungan Bisa lewat Proper)
"Pertama di hulu, di ujung. Semua parameter memenuhi baku mutu yang ada. Lalu di tengah pun sama, dan hilir pun sama. Ada tengah, hulu dan hilir," kata Tedi, kepada SINDOnews, di Serpong, Minggu (20/9/2020).
Pengambilan sampel air dilakukan pada Juni 2020 dan hanya sekali dalam setahun. Jadi, jauh sebelum pembuangan limbah di kawasan Taman Tekno BSD City. Hasil uji lab tentang baku mutu kualitas air permukaan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2001 tentang Air.
"Sungai Jaletreng dalam kategori aman, tidak tercemar, dan masih memenuhi baku mutu lingkungan. Karena semua parameter yang ada, masih di bawah baku mutu normal semuanya," tegas Tedi. (Baca juga: Buang Limbah ke Cisadane, Izin Kawasan Taman Tekno Bisa Dicabut)
Sesuai dengan hasil perhitungan, tahun 2019 ada perhitungan Sungai Jaletreng masih kategori tercemar berat, yakni berwarna merah. Pencemaran itu dengan perhitungan BOD Biochemical Oxygen Demand dan COD atau Chemical Oxygen Demand yang tinggi. Namun, mengalami perbaikan setelah ada pembinaan pihak LH kepada Taman Tekno.
"Alhamsdullilah setelah melakukan pengawasan, turun drastis. Awalnya berat, lalu jadi ringan, dan normal lagi. Untuk kekeruhan, kandungan kimia dalam air, kandungan biologi dalam air, semua normal," jelasnya.
Sementara untuk kekeruhan nonlogam, kata dia, itu diakibatkan adanya pembuangan limbah kotoran manusia atau tinja ke dalam Sungai Jaletreng. Bahkan, masyarakat banyak yang membuang limbah tinja ke dalam sungai itu.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, tampak air Sungai Jaletreng keruh dan berwarna coklat pekat. Kondisi hujan membuat permukaan air lebih tinggi dari sebelumnya.
Hal ini terungkap berdasarkan hasil uji lab sampel air yang dilakukan oleh DLH Tangsel dan dituangkan ke dalam bentuk kajian ilmiah. Hasilnya, sungai Jaletreng masih dalam kategori aman alias tidak tercemar limbah.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pembinaan Lingkungan, DLH Kota Tangsel Tedi Krisna mengatakan, ada tiga titik di Sungai Jaletreng yang diambil sampelnya oleh tim. (Baca juga: Sekarang Pantau Pencemaran Lingkungan Bisa lewat Proper)
"Pertama di hulu, di ujung. Semua parameter memenuhi baku mutu yang ada. Lalu di tengah pun sama, dan hilir pun sama. Ada tengah, hulu dan hilir," kata Tedi, kepada SINDOnews, di Serpong, Minggu (20/9/2020).
Pengambilan sampel air dilakukan pada Juni 2020 dan hanya sekali dalam setahun. Jadi, jauh sebelum pembuangan limbah di kawasan Taman Tekno BSD City. Hasil uji lab tentang baku mutu kualitas air permukaan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2001 tentang Air.
"Sungai Jaletreng dalam kategori aman, tidak tercemar, dan masih memenuhi baku mutu lingkungan. Karena semua parameter yang ada, masih di bawah baku mutu normal semuanya," tegas Tedi. (Baca juga: Buang Limbah ke Cisadane, Izin Kawasan Taman Tekno Bisa Dicabut)
Sesuai dengan hasil perhitungan, tahun 2019 ada perhitungan Sungai Jaletreng masih kategori tercemar berat, yakni berwarna merah. Pencemaran itu dengan perhitungan BOD Biochemical Oxygen Demand dan COD atau Chemical Oxygen Demand yang tinggi. Namun, mengalami perbaikan setelah ada pembinaan pihak LH kepada Taman Tekno.
"Alhamsdullilah setelah melakukan pengawasan, turun drastis. Awalnya berat, lalu jadi ringan, dan normal lagi. Untuk kekeruhan, kandungan kimia dalam air, kandungan biologi dalam air, semua normal," jelasnya.
Sementara untuk kekeruhan nonlogam, kata dia, itu diakibatkan adanya pembuangan limbah kotoran manusia atau tinja ke dalam Sungai Jaletreng. Bahkan, masyarakat banyak yang membuang limbah tinja ke dalam sungai itu.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, tampak air Sungai Jaletreng keruh dan berwarna coklat pekat. Kondisi hujan membuat permukaan air lebih tinggi dari sebelumnya.
(thm)
tulis komentar anda