Pasar Senen, 3 Abad Tak Lekang Dilindas Zaman
Selasa, 08 September 2020 - 07:15 WIB
Penduduk pun mulai berdatangan dan kegiatan ekonomi meningkat. Dosen Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, masyarakat tentunya memerlukan pasar untuk menukar komoditasnya. Pemerintah Kolonial pun mengizinkan kepada orang-orang yang mempunyai modal dan tanah untuk mendirikan pasar.
Pada 1745, Yustinus Vinck mengajukan izin mendirikan pasar di kawasan Tanah Abang dan Senen. “Sebenarnya bukan hanya Yustinus Vinck, tapi ada beberapa orang Belanda lain yang mengajukan izin membuka pasar. Pasar Senen itu sebagian tanahnya milik Cornelis Chasteleindan. Tapi mungkin Yustinus Vinck beli sendiri, yang sekarang menjadi pasar,” paparnya.
Seiring berjalannya waktu, penduduk makin bertambah dan kegiatan ekonomi meningkat. Pasar ini pun buka setiap hari. Di era pergerakan, pasar ini menjadi tempat berkumpulnya tokoh pergerakan, seperti Chaerul Saleh, Adam Malik, Soekarno, dan M Hatta. Pada tahun 1950-an, seniman, seperti Ajib Rosidi, Sukarno M Noor, dan HB Yasin pun sering berkumpul di sini. “Dulu ada banyak restoran padang yang enak-enak. Buka 24 jam, orang-orang bisa duduk-duduk, makan, minum kopi, dan ngobrol-ngobrol masalah kebudayaan. Jadi tempat favorit untuk seniman dan budayawan,” jelas Bondan. (Baca juga: India Kalahkan Brasil Dalam jumlah Infeksi Virus Corona)
One Stop Market
Kawasan Pasar ini membentang dari Terminal hingga perempatan lampu merah Senen. Pasar Senen ini terdiri dari enam blok. Blok I dan II sedang dalam proses pembangunan setelah mengalami kebakaran besar pada 19 Januari 2017. PT Jaya Real Property akan membangun 2.087 ruang usaha di dalam enam lantai dua blok itu. Pembangunan ulang itu diprediksi baru akan selesai pada April 2022.
Blok III dan VI dikelola oleh PD Pasar Jaya. Blok IV dan V dikelola Senen Jaya. Asisten Manager Usaha dan Operasi Area I Pasar Senen Saifulah mengungkapkan, ada 3.531 kios di Blok III dengan jumlah pedagang 2.442 orang. Blok III ini memiliki luas 17.086 meter persegi dan baru beroperasi kembali pada awal 2018. Blok ini mengalami kebakaran pada 25 April 2014.
Saifulah menerangkan, keunggulan Pasar Senen adalah pada kompletnya barang yang dijual dan pakaian second. Selaku pengelola, PD Pasar Jaya aktif melakukan promosi melalui media sosial (medsos) untuk menarik konsumen. Dengan bangunan baru ini, para calon pembeli pun tidak perlu khawatir akan kesulitan parkir. Sekarang area parkir mobil dan motor sangat luas.
Kesan Pasar Senen yang kumuh pun sudah hilang di blok ini. Lantai basement difungsikan untuk los basah dan kelontong. Lantai dasar untuk para pedagang pakaian jadi, tas, dan koper. Lantai I itu alat-alat kantor, seragam, reklame, dan bordir. Di lantai 2 khusus pakaian second. Pembeli yang ingin beristirahat dan mengisi perut selepas berkeliling pasar bisa ke foodcourt di lantai 3.
Saifulah mengatakan pembeli di Pasar Senen tidak hanya berasal dari Jabodetabek. Banyak pembeli yang datang dari luar kota dan pulau. “Kalau perputaran (uang) bisa puluhan juta satu pedagang. Keseluruhan ya miliaran per hari,” ujarnya. (Baca juga: Bisnis Esek-Esek Terancam Tinggal Cerita Gara-Gara Teledildonik)
Pada 1745, Yustinus Vinck mengajukan izin mendirikan pasar di kawasan Tanah Abang dan Senen. “Sebenarnya bukan hanya Yustinus Vinck, tapi ada beberapa orang Belanda lain yang mengajukan izin membuka pasar. Pasar Senen itu sebagian tanahnya milik Cornelis Chasteleindan. Tapi mungkin Yustinus Vinck beli sendiri, yang sekarang menjadi pasar,” paparnya.
Seiring berjalannya waktu, penduduk makin bertambah dan kegiatan ekonomi meningkat. Pasar ini pun buka setiap hari. Di era pergerakan, pasar ini menjadi tempat berkumpulnya tokoh pergerakan, seperti Chaerul Saleh, Adam Malik, Soekarno, dan M Hatta. Pada tahun 1950-an, seniman, seperti Ajib Rosidi, Sukarno M Noor, dan HB Yasin pun sering berkumpul di sini. “Dulu ada banyak restoran padang yang enak-enak. Buka 24 jam, orang-orang bisa duduk-duduk, makan, minum kopi, dan ngobrol-ngobrol masalah kebudayaan. Jadi tempat favorit untuk seniman dan budayawan,” jelas Bondan. (Baca juga: India Kalahkan Brasil Dalam jumlah Infeksi Virus Corona)
One Stop Market
Kawasan Pasar ini membentang dari Terminal hingga perempatan lampu merah Senen. Pasar Senen ini terdiri dari enam blok. Blok I dan II sedang dalam proses pembangunan setelah mengalami kebakaran besar pada 19 Januari 2017. PT Jaya Real Property akan membangun 2.087 ruang usaha di dalam enam lantai dua blok itu. Pembangunan ulang itu diprediksi baru akan selesai pada April 2022.
Blok III dan VI dikelola oleh PD Pasar Jaya. Blok IV dan V dikelola Senen Jaya. Asisten Manager Usaha dan Operasi Area I Pasar Senen Saifulah mengungkapkan, ada 3.531 kios di Blok III dengan jumlah pedagang 2.442 orang. Blok III ini memiliki luas 17.086 meter persegi dan baru beroperasi kembali pada awal 2018. Blok ini mengalami kebakaran pada 25 April 2014.
Saifulah menerangkan, keunggulan Pasar Senen adalah pada kompletnya barang yang dijual dan pakaian second. Selaku pengelola, PD Pasar Jaya aktif melakukan promosi melalui media sosial (medsos) untuk menarik konsumen. Dengan bangunan baru ini, para calon pembeli pun tidak perlu khawatir akan kesulitan parkir. Sekarang area parkir mobil dan motor sangat luas.
Kesan Pasar Senen yang kumuh pun sudah hilang di blok ini. Lantai basement difungsikan untuk los basah dan kelontong. Lantai dasar untuk para pedagang pakaian jadi, tas, dan koper. Lantai I itu alat-alat kantor, seragam, reklame, dan bordir. Di lantai 2 khusus pakaian second. Pembeli yang ingin beristirahat dan mengisi perut selepas berkeliling pasar bisa ke foodcourt di lantai 3.
Saifulah mengatakan pembeli di Pasar Senen tidak hanya berasal dari Jabodetabek. Banyak pembeli yang datang dari luar kota dan pulau. “Kalau perputaran (uang) bisa puluhan juta satu pedagang. Keseluruhan ya miliaran per hari,” ujarnya. (Baca juga: Bisnis Esek-Esek Terancam Tinggal Cerita Gara-Gara Teledildonik)
tulis komentar anda