Meningkatkan Ketangguhan Masyarakat Menghadapi Gempa Megathrust
Jum'at, 22 November 2024 - 16:13 WIB
JAKARTA - Klaster Riset Kebijakan Sosial dan Ketahanan Masyarakat Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Pasar Minggu menyelenggarakan Seminar Kesiapan Menghadapi Risiko Bencana Gempa Megathrust Jawa. Kegiatan ini dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana gempa bumi.
Acara ini berlangsung di Gedung Ichtus GPIB Pasar Minggu sebagai bagian dari aktivitas Pengabdian Masyarakat SKSG UI, Sabtu (16/11/2024). Turut berpartisipasi dalam seminar ini jemaat gereja dan masyarakat umum Kelurahan Pasar Minggu.
Acara ini menghadirkan dua narasumber. Cecilia Nonifili Yuanita dari Resilience Development Initiative memaparkan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi . “Kita tidak perlu takut gempa, tetapi harus siap,” katanya.
Yuanita juga menggarisbawahi peran gereja dalam dua aspek penting. Pertama sebagai bangunan yang dapat difungsikan sebagai tempat evakuasi darurat. Kedua sebagai komunitas yang memobilisasi dukungan psikososial dan pelatihan kebencanaan.
Narasumber kedua, Shofwan Poernomo dari BPBD DKI Jakarta menjelaskan potensi gempa di kawasan Jakarta dan strategi mitigasi yang telah dilakukan pemerintah. “Gempa adalah satu-satunya bencana yang tidak dapat diprediksi, sehingga kesiapan adalah kunci,” ujarnya.
BPBD DKI Jakarta juga telah memperkuat regulasi dan sosialisasi kesiapsiagaan melalui simulasi, literasi edukasi kebencanaan, serta penilaian struktur bangunan tahan gempa. Sekretaris Lurah Pasar Minggu menambahkan informasi mengenai kesiapan titik evakuasi di RPTRA Pasar Minggu sebagai bagian dari rencana kontinjensi lokal.
Moderator dari SKSG Universitas Indonesia Irene Sondang Fitrinitia menyoroti bahwa hanya 8% masyarakat perkotaan yang benar-benar siap menghadapi bencana gempa. Oleh karena itu, acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pembelajaran praktis. ”Seperti teknik mitigasi struktural, simulasi drop, cover, and hold on," jelasnya.
Perwakilan Komisi Litbang GPIB Pasar Minggu Yulius Antokida menekankan pentingnya gereja sebagai bagian inklusif dari masyarakat kota. “Gereja bukan sesuatu yang eksklusif, tetapi inklusif sebagai bagian dari kehidupan kota,” ujarnya.
Melalui kolaborasi antara gereja, pemerintah, dan masyarakat, seminar ini diharapkan mampu menjadi langkah strategis untuk membangun ketangguhan masyarakat kota dalam menghadapi ancaman gempa megathrust.
Acara ini berlangsung di Gedung Ichtus GPIB Pasar Minggu sebagai bagian dari aktivitas Pengabdian Masyarakat SKSG UI, Sabtu (16/11/2024). Turut berpartisipasi dalam seminar ini jemaat gereja dan masyarakat umum Kelurahan Pasar Minggu.
Acara ini menghadirkan dua narasumber. Cecilia Nonifili Yuanita dari Resilience Development Initiative memaparkan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi . “Kita tidak perlu takut gempa, tetapi harus siap,” katanya.
Yuanita juga menggarisbawahi peran gereja dalam dua aspek penting. Pertama sebagai bangunan yang dapat difungsikan sebagai tempat evakuasi darurat. Kedua sebagai komunitas yang memobilisasi dukungan psikososial dan pelatihan kebencanaan.
Narasumber kedua, Shofwan Poernomo dari BPBD DKI Jakarta menjelaskan potensi gempa di kawasan Jakarta dan strategi mitigasi yang telah dilakukan pemerintah. “Gempa adalah satu-satunya bencana yang tidak dapat diprediksi, sehingga kesiapan adalah kunci,” ujarnya.
BPBD DKI Jakarta juga telah memperkuat regulasi dan sosialisasi kesiapsiagaan melalui simulasi, literasi edukasi kebencanaan, serta penilaian struktur bangunan tahan gempa. Sekretaris Lurah Pasar Minggu menambahkan informasi mengenai kesiapan titik evakuasi di RPTRA Pasar Minggu sebagai bagian dari rencana kontinjensi lokal.
Moderator dari SKSG Universitas Indonesia Irene Sondang Fitrinitia menyoroti bahwa hanya 8% masyarakat perkotaan yang benar-benar siap menghadapi bencana gempa. Oleh karena itu, acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pembelajaran praktis. ”Seperti teknik mitigasi struktural, simulasi drop, cover, and hold on," jelasnya.
Perwakilan Komisi Litbang GPIB Pasar Minggu Yulius Antokida menekankan pentingnya gereja sebagai bagian inklusif dari masyarakat kota. “Gereja bukan sesuatu yang eksklusif, tetapi inklusif sebagai bagian dari kehidupan kota,” ujarnya.
Melalui kolaborasi antara gereja, pemerintah, dan masyarakat, seminar ini diharapkan mampu menjadi langkah strategis untuk membangun ketangguhan masyarakat kota dalam menghadapi ancaman gempa megathrust.
(poe)
tulis komentar anda