Ratusan Guru dan Mahasiswa Study Tour ke Monumen Pancasila Sakti
Rabu, 25 September 2024 - 16:39 WIB
JAKARTA - Ratusan guru sejarah, dosen, dan mahasiswa di Jakarta melakukan study tour ke Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/9/2024). Study tour dalam rangka Peringatan Pemberontakan G 30 S 1965/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila.
Kunjungan sivitas akademika Jakarta ke Monumen Pancasila Sakti dipandu Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) dan petugas museum.
Peserta tur sejarah itu berjumlah 150 orang terdiri dari dosen, guru sejarah, mahasiswa, dan siswa yang berasal dari Universitas Trilogi, Universitas Pancasila, Uhamka, siswa Labschool Cireundeu, dan guru-guru dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI).
Ketua YKCB Mayjen (Purn) Lukman R Boer kepada para peserta study tour mengemukakan harapannya agar kegiatan tersebut menjadi bagian dalam membangun pemahaman perjalanan sejarah kepada generasi penerus bangsa.
Indonesia telah mengalami beberapa fase pemberontakan Komunis sejak zaman penjajahan Belanda 1926, masa Perjuangan Kemerdekaan (1948, Peristiwa Madiun), dan terakhir pada era Pemerintahan Soekarno (1965).
“Pemberontakan G30S PKI 1965 telah menelan begitu banyak korban masyarakat Indonesia, sehingga sebagai warga bangsa, kita berharap peristiwa itu tidak terulang dan harus menjadi kejadian pahit terakhir yang pernah dialami Indonesia,” ujar Lukman.
Sejarah dan dinamika sosial politik Indonesia terus berubah serta PKI telah dibubarkan melalui Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) kemudian dikuatkan Ketetapan MPRS No 25/1966.
Namun, menurut para pegiat Komunisme, PKI tidak pernah mati dan tidak pernah pula dibubarkan oleh para pendirinya sebagaimana pesan DN Aidit dan Sudisman menjelang tertangkap dan ditembak mati oleh pasukan TNI yang menangkapnya.
Kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme itu, kata Lukman, semoga terus tumbuh pada generasi penerus Bangsa Indonesia. "Agar Pancasila semakin kuat dan terjaga dalam lingkungan hidup Bangsa Indonesia," ucapnya.
Letkol Caj Edy Bawono selaku Kepala Monumen Pancasila Sakti menjelaskan berbagai kekejian dan pengkhianatan PKI sejak awal kemerdekaan hingga 1968.
"PKI terus melakukan kekejian dan pengkhianatan kepada Pancasila dan Bangsa Indonesia. Monumen ini sebagai bukti sejarah," katanya.
Kunjungan sivitas akademika Jakarta ke Monumen Pancasila Sakti dipandu Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) dan petugas museum.
Peserta tur sejarah itu berjumlah 150 orang terdiri dari dosen, guru sejarah, mahasiswa, dan siswa yang berasal dari Universitas Trilogi, Universitas Pancasila, Uhamka, siswa Labschool Cireundeu, dan guru-guru dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI).
Ketua YKCB Mayjen (Purn) Lukman R Boer kepada para peserta study tour mengemukakan harapannya agar kegiatan tersebut menjadi bagian dalam membangun pemahaman perjalanan sejarah kepada generasi penerus bangsa.
Indonesia telah mengalami beberapa fase pemberontakan Komunis sejak zaman penjajahan Belanda 1926, masa Perjuangan Kemerdekaan (1948, Peristiwa Madiun), dan terakhir pada era Pemerintahan Soekarno (1965).
“Pemberontakan G30S PKI 1965 telah menelan begitu banyak korban masyarakat Indonesia, sehingga sebagai warga bangsa, kita berharap peristiwa itu tidak terulang dan harus menjadi kejadian pahit terakhir yang pernah dialami Indonesia,” ujar Lukman.
Sejarah dan dinamika sosial politik Indonesia terus berubah serta PKI telah dibubarkan melalui Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) kemudian dikuatkan Ketetapan MPRS No 25/1966.
Namun, menurut para pegiat Komunisme, PKI tidak pernah mati dan tidak pernah pula dibubarkan oleh para pendirinya sebagaimana pesan DN Aidit dan Sudisman menjelang tertangkap dan ditembak mati oleh pasukan TNI yang menangkapnya.
Kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme itu, kata Lukman, semoga terus tumbuh pada generasi penerus Bangsa Indonesia. "Agar Pancasila semakin kuat dan terjaga dalam lingkungan hidup Bangsa Indonesia," ucapnya.
Letkol Caj Edy Bawono selaku Kepala Monumen Pancasila Sakti menjelaskan berbagai kekejian dan pengkhianatan PKI sejak awal kemerdekaan hingga 1968.
"PKI terus melakukan kekejian dan pengkhianatan kepada Pancasila dan Bangsa Indonesia. Monumen ini sebagai bukti sejarah," katanya.
(jon)
tulis komentar anda