Perlintasan Liar di Atas Rel Kereta Masih Menjamur di Jabodetabek
Sabtu, 22 Agustus 2020 - 16:07 WIB
JAKARTA - Perlintasan liar di jalur kereta api masih menjamur di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Hal ini mudah ditemukan di sepanjang jalur rel kereta api dari Tanjung Priok hingga ke kawasan Tanah Abang.
Seperti di kawasan Pademangan, Jakarta Utara dan Lintas Kampung Bandan - Duri. Sejumlah masyarakat di kawasan itu nekat membuka pagar jalur kereta. “Kalau muter jauh,” kata Munir, warga Pekojaan, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu (22/8/2020) siang.
Di Pekojaan, untuk melintasi perlintasan warga harus jalan melalui fly over di kawasan Jalan Bandengan dan Tubagus Angke. Untuk memutar kawasan itu, Munir mencatat sedikitnya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Tak ayal waktu yang cukup lama itu membuat warga menjebol pagar kereta di kawasan itu. Pemotor dan pejalan kaki melintas di kawasan itu setiap harinya. (Baca juga; Proyek Underpass Senen Extension Masuki Tahap Penggalian Terowongan Simpang Lima )
Kondisi serupa juga terjadi di kawasan Roxy, Jakarta Pusat. Meski perlintasan sebidang di kawasan itu telah di tutup, namun masyarakat sekitar kemudian membongkarnya, kendaraan yang melintas di kawasan itu dimintai uang oleh sejumlah Juru Parkir liar.
Untuk melintasi kawasan Roxy sendiri, jauh memutar untuk melewati fly over cukup jauh. Dalam kondisi normal sedikitnya memerlukan waktu satu jam bagi pengendara yang melintasi jalur kereta dari Roxy menuju Grogol.
Sebab, di jalur itu pengendara harus memutar melewati Jalan Biak, Ternate, dan kembali menuju Jalan KH Hasyim Ashari. “Makanya kita buka untuk pemotor,” kata Dimas, (25), seorang juru parkir. (Baca juga; MUI Minta Karaoke Venesia Serpong Ditutup )
Lain halnya di Pademangan, Jakarta Utara. Perlintasan liar di kawasan itu kemudian dijaga oleh warga sekitar. Palang pintu manual dibuat untuk mengantisipasi adanya kendaraan yang tersambar kereta.
Meski tak mematok biaya, warga di sana melakukan sukarela, karenanya pos pembatas dibuat untuk peringatan bagi warga. “Kalo engga, kita takut kejadian,” kata Yono, (54), penjaga perlintasan liar.
Tak hanya di lintas ringroad KRL di utara Jakarta. Sepanjangan jalur KRL dari Duri hingga Tangerang juga tercatat dipenuhi perlintasan liar yang rawan kecelakaan. Di jalur kereta sepanjang puluhan kilometer itu, perlintasan liar di kawasan Klingkit dan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat menjadi lokasi yang kerap terjadi kecelakaan.
Intensitas kereta yang cukup tinggi lantaran di lalui KRL dan KA Bandara membuat kecelakaan terjadi. “Kebanyakan mereka banyak nekat menerobos,” kata Afrizal, (37), penjaga perlintasan Klingkit, Cengkareng, Jakarta Barat.
Daop 1 PT KAI Jakarta di akhir tahun 2019 mencatat sedikitnya ada 171 perlintasan sebidang yang resmi dan 287 perlintasan sebidang yang tidak resmi. Sedangkan yang telah ditutup dan telah diganti fly over berjumlah 70 titik.
Seperti di kawasan Pademangan, Jakarta Utara dan Lintas Kampung Bandan - Duri. Sejumlah masyarakat di kawasan itu nekat membuka pagar jalur kereta. “Kalau muter jauh,” kata Munir, warga Pekojaan, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu (22/8/2020) siang.
Di Pekojaan, untuk melintasi perlintasan warga harus jalan melalui fly over di kawasan Jalan Bandengan dan Tubagus Angke. Untuk memutar kawasan itu, Munir mencatat sedikitnya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Tak ayal waktu yang cukup lama itu membuat warga menjebol pagar kereta di kawasan itu. Pemotor dan pejalan kaki melintas di kawasan itu setiap harinya. (Baca juga; Proyek Underpass Senen Extension Masuki Tahap Penggalian Terowongan Simpang Lima )
Kondisi serupa juga terjadi di kawasan Roxy, Jakarta Pusat. Meski perlintasan sebidang di kawasan itu telah di tutup, namun masyarakat sekitar kemudian membongkarnya, kendaraan yang melintas di kawasan itu dimintai uang oleh sejumlah Juru Parkir liar.
Untuk melintasi kawasan Roxy sendiri, jauh memutar untuk melewati fly over cukup jauh. Dalam kondisi normal sedikitnya memerlukan waktu satu jam bagi pengendara yang melintasi jalur kereta dari Roxy menuju Grogol.
Sebab, di jalur itu pengendara harus memutar melewati Jalan Biak, Ternate, dan kembali menuju Jalan KH Hasyim Ashari. “Makanya kita buka untuk pemotor,” kata Dimas, (25), seorang juru parkir. (Baca juga; MUI Minta Karaoke Venesia Serpong Ditutup )
Lain halnya di Pademangan, Jakarta Utara. Perlintasan liar di kawasan itu kemudian dijaga oleh warga sekitar. Palang pintu manual dibuat untuk mengantisipasi adanya kendaraan yang tersambar kereta.
Meski tak mematok biaya, warga di sana melakukan sukarela, karenanya pos pembatas dibuat untuk peringatan bagi warga. “Kalo engga, kita takut kejadian,” kata Yono, (54), penjaga perlintasan liar.
Tak hanya di lintas ringroad KRL di utara Jakarta. Sepanjangan jalur KRL dari Duri hingga Tangerang juga tercatat dipenuhi perlintasan liar yang rawan kecelakaan. Di jalur kereta sepanjang puluhan kilometer itu, perlintasan liar di kawasan Klingkit dan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat menjadi lokasi yang kerap terjadi kecelakaan.
Intensitas kereta yang cukup tinggi lantaran di lalui KRL dan KA Bandara membuat kecelakaan terjadi. “Kebanyakan mereka banyak nekat menerobos,” kata Afrizal, (37), penjaga perlintasan Klingkit, Cengkareng, Jakarta Barat.
Daop 1 PT KAI Jakarta di akhir tahun 2019 mencatat sedikitnya ada 171 perlintasan sebidang yang resmi dan 287 perlintasan sebidang yang tidak resmi. Sedangkan yang telah ditutup dan telah diganti fly over berjumlah 70 titik.
(wib)
tulis komentar anda