Mobilitas Warga Ibu Kota Pengaruhi Kualitas Udara Jakarta
Kamis, 30 April 2020 - 15:39 WIB
“Maka untuk konsentrasi partikel debu (PM 10), ada penurunan di atas 17%. Sedangkan untuk untuk konsentrasi PM 2,5 ada penurunan sekitar 10%. Artinya udara ambien Jakarta membaik dibandingkan tahun lalu pada waktu yang sama,” tuturnya.
Sementara, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Haryoto Kusnoputranto melihat cuaca udara di Jakarta selama diberlakukannya PSBB sudah cukup membaik. Indikator awam adalah langit yang kelihatan lebih biru. Haryoto menekankan penyumbang polusi udara di Jakarta paling besar oleh kendaraan bermotor yakni, ada sekitar 65-70% polusi disebabkan kendaraan bermotor.
Dia menepis, kalau pembangkit tenaga uap listrik (PLTU) dijadikan sebagai faktor penyumbang polusi udara di Jakarta. Menurut dia, PLTU tidak menyumbang polutan di ibu kota. Karena, ada dua yang menjadi sumber cuaca udara di Jakarta buruk yaitu, sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
"Sumber bergerak itu kendaraan bermotor, menyumbang sekitar 65-70 persen. Tidak bergerak itu ada industri dan sebagainya. Sumbernya hanya itu. Jadi kalau kendaraan bermotor tidak ada, saya yakin udara bersih dan sehat,” tegasnya.
Sedang untuk mengukur kualitas udara, ada istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Indikatornya adalah lima polutan utama. Dia menegaskan, perhitungan tidak lah bisa dilakukan sembarangan. “ISPU itu kita bisa mengukur apakah kondisi udara saat ini sehat (baik), sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. Ada lima polutan yang bisa dipegang jadi parameter, yaitu partikel debu (PM10), karbon monooksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan Ozon Permukaan (O3),” ucapnya.
Sementara, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Haryoto Kusnoputranto melihat cuaca udara di Jakarta selama diberlakukannya PSBB sudah cukup membaik. Indikator awam adalah langit yang kelihatan lebih biru. Haryoto menekankan penyumbang polusi udara di Jakarta paling besar oleh kendaraan bermotor yakni, ada sekitar 65-70% polusi disebabkan kendaraan bermotor.
Dia menepis, kalau pembangkit tenaga uap listrik (PLTU) dijadikan sebagai faktor penyumbang polusi udara di Jakarta. Menurut dia, PLTU tidak menyumbang polutan di ibu kota. Karena, ada dua yang menjadi sumber cuaca udara di Jakarta buruk yaitu, sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
"Sumber bergerak itu kendaraan bermotor, menyumbang sekitar 65-70 persen. Tidak bergerak itu ada industri dan sebagainya. Sumbernya hanya itu. Jadi kalau kendaraan bermotor tidak ada, saya yakin udara bersih dan sehat,” tegasnya.
Sedang untuk mengukur kualitas udara, ada istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Indikatornya adalah lima polutan utama. Dia menegaskan, perhitungan tidak lah bisa dilakukan sembarangan. “ISPU itu kita bisa mengukur apakah kondisi udara saat ini sehat (baik), sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. Ada lima polutan yang bisa dipegang jadi parameter, yaitu partikel debu (PM10), karbon monooksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan Ozon Permukaan (O3),” ucapnya.
(hab)
Lihat Juga :
tulis komentar anda