Masifkan Tes PCR, Pemprov DKI Temukan 432 Kasus Positif Covid-19
Sabtu, 01 Agustus 2020 - 08:11 WIB
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta terus memasifkan tes PCR untuk menemukan kasus baru secara cepat, agar dapat segera melakukan tindakan isolasi/perawatan secara tepat. berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dilakukan tes PCR sebanyak 6.264 spesimen .
"Dari 6.264 spesimen, 5.344 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 432 positif dan 4.912 negatif. Untuk jumlah orang dites sepekan terakhir sebanyak 43.500. Sedangkan, jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 37.663," ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Fify Mulyanikepada wartawan, Jumat 31 Juli 2020 malam.
Dia menjelaskan, WHO telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu, atau 1.521 orang per hari.
"Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah empat kali lipat standar WHO," ujarnya. (Baca: Kasus Pedagang Pasar Terpapar Covid-19 Wajib 'Tanggung Renteng')
Kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui testing. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah. Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya.
Tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
Sementara itu, penambahan kasus positif pada Jumat kemarin sebanyak 432 kasus. Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 7.157 kasus (orang yang masih dirawat/isolasi). Sedangkan, jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 21.201 kasus. Dari jumlah tersebut, 13.208 orang dinyatakan telah sembuh, sedangkan 836 orang meninggal dunia.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 6,8%, sedangkan Indonesia sebesar 14,5%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%. Namun, persentase kasus positif ini hanya bisa dianggap valid bila standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi. Bila jumlah tesnya sedikit (tidak memenuhi standar WHO), maka indikator persentase kasus positif patut diragukan.
Selama vaksin belum tersedia, maka penularan wabah harus dicegah bersama-sama dengan disiplin menegakkan pembatasan sosial dan protokol kesehatan. Perlu diingat selalu untuk memperhatikan dan menjalankan prinsip-prinsip ini dalam berkegiatan sehari-hari: Tetap tinggal di rumah dan tidak keluar bila tidak ada keperluan mendesak.
Selalu jalankan 3M: Memakai masker dengan benar, Menjaga jarak aman 1,5 - 2 meter, dan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin. Seluruh kegiatan yang diizinkan beroperasi harus dalam kapasitas maksimal 50% dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.Ingatkan sesama untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.
"Dari 6.264 spesimen, 5.344 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 432 positif dan 4.912 negatif. Untuk jumlah orang dites sepekan terakhir sebanyak 43.500. Sedangkan, jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 37.663," ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Fify Mulyanikepada wartawan, Jumat 31 Juli 2020 malam.
Dia menjelaskan, WHO telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu, atau 1.521 orang per hari.
"Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah empat kali lipat standar WHO," ujarnya. (Baca: Kasus Pedagang Pasar Terpapar Covid-19 Wajib 'Tanggung Renteng')
Kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui testing. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah. Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya.
Tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
Sementara itu, penambahan kasus positif pada Jumat kemarin sebanyak 432 kasus. Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 7.157 kasus (orang yang masih dirawat/isolasi). Sedangkan, jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 21.201 kasus. Dari jumlah tersebut, 13.208 orang dinyatakan telah sembuh, sedangkan 836 orang meninggal dunia.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 6,8%, sedangkan Indonesia sebesar 14,5%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%. Namun, persentase kasus positif ini hanya bisa dianggap valid bila standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi. Bila jumlah tesnya sedikit (tidak memenuhi standar WHO), maka indikator persentase kasus positif patut diragukan.
Selama vaksin belum tersedia, maka penularan wabah harus dicegah bersama-sama dengan disiplin menegakkan pembatasan sosial dan protokol kesehatan. Perlu diingat selalu untuk memperhatikan dan menjalankan prinsip-prinsip ini dalam berkegiatan sehari-hari: Tetap tinggal di rumah dan tidak keluar bila tidak ada keperluan mendesak.
Selalu jalankan 3M: Memakai masker dengan benar, Menjaga jarak aman 1,5 - 2 meter, dan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin. Seluruh kegiatan yang diizinkan beroperasi harus dalam kapasitas maksimal 50% dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.Ingatkan sesama untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.
(hab)
tulis komentar anda