Jam Kemacetan di Jakarta Semakin Panjang
A
A
A
JAKARTA - Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor dan minimnya penambahan ruas jalan berimbas kepada semakin panjangnya jam kemacetan di Ibu Kota.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengungkapkan, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta pada 2014 lalu sebanyak 17.523.967 unit. Sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,01% per tahun.
Imbasnya terjadi kemacetan di Jakarta. Tak hanya itu jam kemacetan pun kian panjang.
Menurut Martinus, pada 2013 lalu kemacetan di Jakarta pada pagi hari dimulai pukul 07.00-09.00 WIB. Sedangkan pada sore mulai pukul 16.00-20.00 WIB.
"Pada 2014 lalu jam kemacetan semakin panjang pada pagi hari dimulai pukul 07.00-11.00 WIB. Sedangkan pada sore dimulai pukul 16.00-22.00 WIB," ungkapnya di Mapolda Metro Jaya, Senin 12 Januari kemarin.
Oleh karena itu, Martinus menuturkan, sudah seharusnya dibuat kebijakan yang bisa mengurangi volume kendaraan di Jakarta.
Salah satunya adalah dengan kebijakan ekstrem atau yang tidak populer seperti pembatasan kendaraan. Kebijakan tersebut diharapkan mampu untuk bisa mengurangi jumlah kendaraan yang lalulalang di jalan Ibu Kota.
"Pengurangannya bisa melalui ganjil genap, warna kendaraan atau ERP yang saat ini sudah diujicobakan," tuturnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengungkapkan, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta pada 2014 lalu sebanyak 17.523.967 unit. Sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,01% per tahun.
Imbasnya terjadi kemacetan di Jakarta. Tak hanya itu jam kemacetan pun kian panjang.
Menurut Martinus, pada 2013 lalu kemacetan di Jakarta pada pagi hari dimulai pukul 07.00-09.00 WIB. Sedangkan pada sore mulai pukul 16.00-20.00 WIB.
"Pada 2014 lalu jam kemacetan semakin panjang pada pagi hari dimulai pukul 07.00-11.00 WIB. Sedangkan pada sore dimulai pukul 16.00-22.00 WIB," ungkapnya di Mapolda Metro Jaya, Senin 12 Januari kemarin.
Oleh karena itu, Martinus menuturkan, sudah seharusnya dibuat kebijakan yang bisa mengurangi volume kendaraan di Jakarta.
Salah satunya adalah dengan kebijakan ekstrem atau yang tidak populer seperti pembatasan kendaraan. Kebijakan tersebut diharapkan mampu untuk bisa mengurangi jumlah kendaraan yang lalulalang di jalan Ibu Kota.
"Pengurangannya bisa melalui ganjil genap, warna kendaraan atau ERP yang saat ini sudah diujicobakan," tuturnya.
(whb)