Ini Beda Gendam dan Hipnosis
A
A
A
JAKARTA - Tidak sedikit masyarakat yang sulit membedakan antara gendam dan hipnosis.
Bahkan tidak jarang korban gendam mengaku dihipnosis lantaran tidak mengetahui perbedaannya.
Riza Kurniati, hipnoterapis dari Awakening Center Rumah Terapi dan Konsultasi Remaja menjelaskan, antara gendam dan hipnosis sama-sama berkaitan dengan tingkat kesadaran seseorang.
"Kalau gendam itu biasanya si korban dibacakan mantra dan doa-doa tertentu oleh pelaku. Kebanyakan korbannya lupa langsung enggak sadar apa yang terjadi dengan dirinya," kata Riza saat dihubungi Sindonews, Sabtu (13/12/2014).
Dia menjelaskan, pelaku kejahatan hipnosis biasanya terlebih dahulu mengajak berbicara korbannya.
"Meskipun nantinya si korban akan terhipnosis tapi si korban akan sedikit ingat setelah kejadiannya berlalu," urainya.
Maka itu, Riza juga menilai, kasus penipuan yang dilakukan empat pelaku AR (33), LY (45), EV (31), dan OS (50) dengan omzet miliaran rupiah di mal Jakarta Selatan menggunakan modus hipnosis, bukan gendam.
"Kasus yang terjadi di Jakarta Selatan itu murni hipnotis, korbannya tersadar setelah pengaruhnya hilang. Hipnosis itu intinya memindahkan kesadaran (tingkat fokus) orang melalui obrolan," tuturnya.
Polres Jakarta Selatan masih menyelidiki kasus penipuan dengan cara hipnosis. Polisi juga masih mencari tahu apakah masih ada pelaku lain dalam kejahatan ini.
Bahkan tidak jarang korban gendam mengaku dihipnosis lantaran tidak mengetahui perbedaannya.
Riza Kurniati, hipnoterapis dari Awakening Center Rumah Terapi dan Konsultasi Remaja menjelaskan, antara gendam dan hipnosis sama-sama berkaitan dengan tingkat kesadaran seseorang.
"Kalau gendam itu biasanya si korban dibacakan mantra dan doa-doa tertentu oleh pelaku. Kebanyakan korbannya lupa langsung enggak sadar apa yang terjadi dengan dirinya," kata Riza saat dihubungi Sindonews, Sabtu (13/12/2014).
Dia menjelaskan, pelaku kejahatan hipnosis biasanya terlebih dahulu mengajak berbicara korbannya.
"Meskipun nantinya si korban akan terhipnosis tapi si korban akan sedikit ingat setelah kejadiannya berlalu," urainya.
Maka itu, Riza juga menilai, kasus penipuan yang dilakukan empat pelaku AR (33), LY (45), EV (31), dan OS (50) dengan omzet miliaran rupiah di mal Jakarta Selatan menggunakan modus hipnosis, bukan gendam.
"Kasus yang terjadi di Jakarta Selatan itu murni hipnotis, korbannya tersadar setelah pengaruhnya hilang. Hipnosis itu intinya memindahkan kesadaran (tingkat fokus) orang melalui obrolan," tuturnya.
Polres Jakarta Selatan masih menyelidiki kasus penipuan dengan cara hipnosis. Polisi juga masih mencari tahu apakah masih ada pelaku lain dalam kejahatan ini.
(mhd)