Gembiranya Sigit dan Ofi Dipandang Sebagai Manusia Normal
A
A
A
JAKARTA - Raut wajah pria bertubuh gempal itu tampak sumringah di tengah pelataran Kantor Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Sesekali merunduk mewarnai gambar yang ada didepan wajahnya, ia berbisik jika hari ini adalah hari yang paling berharga baginya.
“Saya sangat senang ada disini. Saya merasa dihargai,” kata pria yang bernama Sigit Jatmiko yang mengikuti lomba melukis dalam acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di pelataran Kantor Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat, Rabu (10/12/2014).
Pria kelahiran 1993 itu baru diketahui memiliki keterbelakangan mental ketika duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar 01 Pagi Cengkareng, Jakarta Barat.
Saat itu anak pertama dari pasangan Suami Istri Almarhum Sugeng Perwijatmiko dan Almarhumah Rosita kerap diledek oleh teman-teman sebayanya lantaran tidak naik kelas selama tiga tahun. Ia pun memutuskan untuk berhenti sekolah.
Ditengah kesedihannya, orang tua Sigit menyekolahkannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Kasih Bunda di Kawasan Tambora. Awalnya Sigit malu, namun karena ingin mengejar cita-citanya sebagai pelukis dan juru masak, pria yang kini hanya tinggal dengan neneknya di kawasan Tambora itu pun akhirnya duduk dibangku kelas III SLB yang mayoritas dihuni oleh oleh siswa-siswi penyandang disabilitas dari golongan ekonomi menengah kebawah. Setahun kemudian, ia pun mengklaim langsung bisa membaca dan menghitung.
“Di SLB ini saya tidak pernah diledek. Makannya saya sangat senang ada di sini (Pemkot Jakarta Barat) untuk menunjukan kepada teman-teman yang berkehidupan normal kalau saya itu bisa,” ujar Sigit sambil menunjukan hasil lukisan tanganya bergambar hewan Gajah di tengah hutan.
Di atas panggung yang tidak jauh dengan lokasi Sigit melukis, tampak seorang gadis belia begitu bersemangat menarikan tarian Giring Party asal daerah Papua, Irian Jaya. Lapisan rok dari anyaman tali rapia dengan baju adatnya serta hiasan muka dan rambut seolah-olah membawa penonton ke kota paling timur di Indonesia itu.
Tak berbeda dengan Sigit, gadis belia yang memiliki nama Khofifah itu juga merupakan Siswi SLB Kasih Bunda. Hanya saja, ia masih duduk di bangku kelas V SLB Dasar dan menderita penyakit Tuna Rungu.
“Saya senang sekali bisa tampil disaksikan Wali Kota Jakarta Barat dan sejumlah media,” ujar Ofi sapaan akrabnya sambil berdialog menggunakan bahasa verbal dan lisan.
Putri pertama dari Pasutri Paringadi yang hanya bekerja dibengkel dan Kasinah seorang buruh cuci itu berharap agar kegiatan seperti ini diadakan seringkali untuk mengembalikan kepercayaan diri anak-anak penyandang disabilitas lainnya.
“Kata orang tua, saya dari lahir sudah menderita penyakit ini. Tapi saya punya kemampuan yang sama dan tak kalah hebat dengan manusia normal lainnya,” tulisnya di buku tulis milik Sigit.
Dalam kegiatan yang diselenggerakan Suku Dinas Sosial Jakarta Barat itu, Ofi dan Sigit ditemani 500 siswa-siswi penyandang disabilitas dari sejumlah SLB di Jakarta Barat. Selain diberikan ruang tampil, mereka juga diberikan bantuan perlengkapan sekolah berupa alat tulis dan lain sbegainya.
"Total keseluruhan bantuan yang kami berikan dalam rangka HKSN 2014 ini sebanyak 10.000. selain berbagi untuk bersama, kegiatan ini juga sebagai pemecah dinding pembatas disabilitas dan orang normal pada umumnya,” kata Kasudin Sosial Jakarta Barat, Ika Yuli Rahayu.
Adapun rinciannya, Ika memaparkan10.000 bantuan tersebut diantaranya berupa 1.800 bantuan bagi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Usaha Produktif keluarga miskin, 100 kursi roda, 50 hairing aid bagi lansia terlantar, 50 hairing aid bagi penyandang disabilitas, 100 kruk tongkat kaki tiga, 500 paket sembako, 1.000 game atau permainan robot bagi anak berkebutuhan khusus, 300 sembako bagi anak jalanan, 1.000 perlengkapan sekolah anak yatim piatu, 500 perlengkapan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, 200 paket sembako bagi penyandang disabilitasi dan lain-lain.
“Kegiatan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin tahunan, namun karena 2013 lalu anngarannya tidak disetujui, kegiatan ini pun tidak berlangsung. Untuk kegiatan hari ini menggunakan anggaran sebesar Rp 4 Miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah DKI 2014,” jelasnya.
Sesekali merunduk mewarnai gambar yang ada didepan wajahnya, ia berbisik jika hari ini adalah hari yang paling berharga baginya.
“Saya sangat senang ada disini. Saya merasa dihargai,” kata pria yang bernama Sigit Jatmiko yang mengikuti lomba melukis dalam acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di pelataran Kantor Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat, Rabu (10/12/2014).
Pria kelahiran 1993 itu baru diketahui memiliki keterbelakangan mental ketika duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar 01 Pagi Cengkareng, Jakarta Barat.
Saat itu anak pertama dari pasangan Suami Istri Almarhum Sugeng Perwijatmiko dan Almarhumah Rosita kerap diledek oleh teman-teman sebayanya lantaran tidak naik kelas selama tiga tahun. Ia pun memutuskan untuk berhenti sekolah.
Ditengah kesedihannya, orang tua Sigit menyekolahkannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Kasih Bunda di Kawasan Tambora. Awalnya Sigit malu, namun karena ingin mengejar cita-citanya sebagai pelukis dan juru masak, pria yang kini hanya tinggal dengan neneknya di kawasan Tambora itu pun akhirnya duduk dibangku kelas III SLB yang mayoritas dihuni oleh oleh siswa-siswi penyandang disabilitas dari golongan ekonomi menengah kebawah. Setahun kemudian, ia pun mengklaim langsung bisa membaca dan menghitung.
“Di SLB ini saya tidak pernah diledek. Makannya saya sangat senang ada di sini (Pemkot Jakarta Barat) untuk menunjukan kepada teman-teman yang berkehidupan normal kalau saya itu bisa,” ujar Sigit sambil menunjukan hasil lukisan tanganya bergambar hewan Gajah di tengah hutan.
Di atas panggung yang tidak jauh dengan lokasi Sigit melukis, tampak seorang gadis belia begitu bersemangat menarikan tarian Giring Party asal daerah Papua, Irian Jaya. Lapisan rok dari anyaman tali rapia dengan baju adatnya serta hiasan muka dan rambut seolah-olah membawa penonton ke kota paling timur di Indonesia itu.
Tak berbeda dengan Sigit, gadis belia yang memiliki nama Khofifah itu juga merupakan Siswi SLB Kasih Bunda. Hanya saja, ia masih duduk di bangku kelas V SLB Dasar dan menderita penyakit Tuna Rungu.
“Saya senang sekali bisa tampil disaksikan Wali Kota Jakarta Barat dan sejumlah media,” ujar Ofi sapaan akrabnya sambil berdialog menggunakan bahasa verbal dan lisan.
Putri pertama dari Pasutri Paringadi yang hanya bekerja dibengkel dan Kasinah seorang buruh cuci itu berharap agar kegiatan seperti ini diadakan seringkali untuk mengembalikan kepercayaan diri anak-anak penyandang disabilitas lainnya.
“Kata orang tua, saya dari lahir sudah menderita penyakit ini. Tapi saya punya kemampuan yang sama dan tak kalah hebat dengan manusia normal lainnya,” tulisnya di buku tulis milik Sigit.
Dalam kegiatan yang diselenggerakan Suku Dinas Sosial Jakarta Barat itu, Ofi dan Sigit ditemani 500 siswa-siswi penyandang disabilitas dari sejumlah SLB di Jakarta Barat. Selain diberikan ruang tampil, mereka juga diberikan bantuan perlengkapan sekolah berupa alat tulis dan lain sbegainya.
"Total keseluruhan bantuan yang kami berikan dalam rangka HKSN 2014 ini sebanyak 10.000. selain berbagi untuk bersama, kegiatan ini juga sebagai pemecah dinding pembatas disabilitas dan orang normal pada umumnya,” kata Kasudin Sosial Jakarta Barat, Ika Yuli Rahayu.
Adapun rinciannya, Ika memaparkan10.000 bantuan tersebut diantaranya berupa 1.800 bantuan bagi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Usaha Produktif keluarga miskin, 100 kursi roda, 50 hairing aid bagi lansia terlantar, 50 hairing aid bagi penyandang disabilitas, 100 kruk tongkat kaki tiga, 500 paket sembako, 1.000 game atau permainan robot bagi anak berkebutuhan khusus, 300 sembako bagi anak jalanan, 1.000 perlengkapan sekolah anak yatim piatu, 500 perlengkapan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, 200 paket sembako bagi penyandang disabilitasi dan lain-lain.
“Kegiatan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin tahunan, namun karena 2013 lalu anngarannya tidak disetujui, kegiatan ini pun tidak berlangsung. Untuk kegiatan hari ini menggunakan anggaran sebesar Rp 4 Miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah DKI 2014,” jelasnya.
(ysw)