Hizbut Tahrir Indonesia: Kenaikan Harga BBM Kebijakan Zalim!
A
A
A
DEPOK - Massa Hizbut Tahrir Indonesia menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Depok menolak rencana kenaikan harga BBM.
Massa yang didominasi para ibu tersebut membawa spanduk dan atribut ormas sambil menyerukan penolakan kenaikan harga BBM.
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto mengatakan kenaikan harga BBM pasti menyengsarakan rakyat sementara hasil penghematan tidak sebanding dengan penderitan rakyat.
Hasil sensus ekonomi nasional menunjukan bahwa pengguna BBM 65 persen adalaah rakyat kelas bawah dan miskin, 27 persen menengah, dan enam persen menengah atas, dan hanya dua persen orang kaya.
"Ini kebijakan zalim, dari total kendaraan 53,4 juta di tahun 2010, sebanyak 82 persen diantaranya kendaraan roda dua yang dimiliki kelas menengah bawah. Ingat penguasa yang zalim akan mendapatkan azab pedih di akhirat," tukasnya di Balai Kota Depok, Rabu (12/11/2014).
Selain itu, Ismail menegaskan kebijakan tersebut telah mengkhianati rakyat. Kebijakakan menaikan harga BBM sesungguhnya tidak lain menyukseskan liberalisasi sektor hilir setelah liberalisasi sektor hulu sempurna dilakukan.
"Liberalisasi migas adalah penguasaan yang lebih besar kepada swasta dan pengurangan peran negara," tukasnya.
Karena itu Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan tiga tuntutan. Yakni menolak kenaikan harga BBM, menaikan harga BBM bermaksud meliberalkan pengelolaan BBM bertentangan dengan syariat Islam, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan gejolak sosial.
Demo tolak kenaikan harga BBM juga dilakukaan warga Depok di Jalan Ramanda Arif Rahman Hakim, Depok. Akibatnya arus lalu lintas sedikit tersendat di Jalan Margonda wilayah Terminal Depok.
Massa yang didominasi para ibu tersebut membawa spanduk dan atribut ormas sambil menyerukan penolakan kenaikan harga BBM.
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto mengatakan kenaikan harga BBM pasti menyengsarakan rakyat sementara hasil penghematan tidak sebanding dengan penderitan rakyat.
Hasil sensus ekonomi nasional menunjukan bahwa pengguna BBM 65 persen adalaah rakyat kelas bawah dan miskin, 27 persen menengah, dan enam persen menengah atas, dan hanya dua persen orang kaya.
"Ini kebijakan zalim, dari total kendaraan 53,4 juta di tahun 2010, sebanyak 82 persen diantaranya kendaraan roda dua yang dimiliki kelas menengah bawah. Ingat penguasa yang zalim akan mendapatkan azab pedih di akhirat," tukasnya di Balai Kota Depok, Rabu (12/11/2014).
Selain itu, Ismail menegaskan kebijakan tersebut telah mengkhianati rakyat. Kebijakakan menaikan harga BBM sesungguhnya tidak lain menyukseskan liberalisasi sektor hilir setelah liberalisasi sektor hulu sempurna dilakukan.
"Liberalisasi migas adalah penguasaan yang lebih besar kepada swasta dan pengurangan peran negara," tukasnya.
Karena itu Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan tiga tuntutan. Yakni menolak kenaikan harga BBM, menaikan harga BBM bermaksud meliberalkan pengelolaan BBM bertentangan dengan syariat Islam, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan gejolak sosial.
Demo tolak kenaikan harga BBM juga dilakukaan warga Depok di Jalan Ramanda Arif Rahman Hakim, Depok. Akibatnya arus lalu lintas sedikit tersendat di Jalan Margonda wilayah Terminal Depok.
(ysw)