Akun Triomacan di Mata Pengamat TI
A
A
A
DEPOK - Siapapun bisa menggunakan akun media sosial secara anonim. Namun sayangnya, banyak akun anonim yang digunakan untuk tujuan negatif.
Pengamat Teknologi Informasi Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, tujuan negatif itu antara lain, menjelekkan orang lain, mengirim gambar porno, fitnah hingga kasus pemerasan seperti yang dilakukan akun triomacan2000.
"Bahkan ada beberapa akun yang seolah intelijen dengan memberikan informasi mengenai sesuatu hal atau orang dengan sangat meyakinkan," kata Heru di Kota Depok, Selasa (4/11/2014).
Seperti halnya, akun Triomacan2000 yang memberikan informasi tentang seseorang dan membuat publik dengan sejumlah data yang dimiliki sehingga membuat percaya segelintir orang. "Seolah data mereka A1," katanya.
Menurut dia, ada perbedaan tipis antara memang benar mengungkap untuk kebenaran atau memiliki tujuan tertentu.
"Sistematis memang. Ada maksud tertentu setelah pengungkapan," tukasnya.
Dia mengatakan, pemilik akun membangun basis massa untuk membuat orang percaya dengan informasi yang disampaikan.
Bertambahnya pengikut atau follower akun tersebut mengindikasikan informasi yang dilontarkan dipercaya dan diburu banyak orang.
"Ketika data dikemukakan maka massa percaya. Ditambah lagi dengan retweet dari follower-nya sehingga seolah membenarkan informasi itu," tukasnya.
Heru mengatakan, siapapun yang melakukan pelanggaran di dunia maya dapat dijerat Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Pengamat Teknologi Informasi Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, tujuan negatif itu antara lain, menjelekkan orang lain, mengirim gambar porno, fitnah hingga kasus pemerasan seperti yang dilakukan akun triomacan2000.
"Bahkan ada beberapa akun yang seolah intelijen dengan memberikan informasi mengenai sesuatu hal atau orang dengan sangat meyakinkan," kata Heru di Kota Depok, Selasa (4/11/2014).
Seperti halnya, akun Triomacan2000 yang memberikan informasi tentang seseorang dan membuat publik dengan sejumlah data yang dimiliki sehingga membuat percaya segelintir orang. "Seolah data mereka A1," katanya.
Menurut dia, ada perbedaan tipis antara memang benar mengungkap untuk kebenaran atau memiliki tujuan tertentu.
"Sistematis memang. Ada maksud tertentu setelah pengungkapan," tukasnya.
Dia mengatakan, pemilik akun membangun basis massa untuk membuat orang percaya dengan informasi yang disampaikan.
Bertambahnya pengikut atau follower akun tersebut mengindikasikan informasi yang dilontarkan dipercaya dan diburu banyak orang.
"Ketika data dikemukakan maka massa percaya. Ditambah lagi dengan retweet dari follower-nya sehingga seolah membenarkan informasi itu," tukasnya.
Heru mengatakan, siapapun yang melakukan pelanggaran di dunia maya dapat dijerat Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
(whb)