Bersihkan Patung Pancoran, Jeruk Nipis Kurang Efektif
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai, langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membersihkan patung Pancoran dengan jeruk nipis tidak efektif jika tidak memperhatikan beberapa elemen bahan dasar patung tersebut.
"Patung-patung ini kan punya struktur, apalagi untuk Patung Pancoran belum pernah dibersihkan dan dirawat, dan sudah hampir 50 tahun, seharusnya ada pendekatan secara konstruksi. Pendekatan konstruksi yang saya maksud bagaimana nanti kalau dipanjat apakah kuat, apakah roboh, itu yang mesti dilihat," ujarnya saat dihubungi Sindonews, Rabu (13/8/2014).
Kemudian hal yang kedua ialah elemen-elemen yang berada di patung tersebut. Menurut Joga yang harus dilihat dari mana patung ini dibuat, memakai semen atau beton, atau catnya bagaimana?
"Apakah tekstur luar dari patung ini apa benar harus memakai jeruk nipis? Rusak atau tidak pakai jeruk nipis, Bagaimana dengan patung berbahan tembaga atau logam, siapa tau karatan malah kalau pakai jeruk nipis," tukasnya.
Kemudian yang terakhir ialah pemeliharaan patung-patung yang berada memang di Jakarta dengan tingkat polusi atau pencemaran udara yang tinggi.
"Penelitan saya saking tingginya polusi di Jakarta, asap polusi bisa nempel di batang pohon, bagaimana dengan patung-patung ini," tukasnya.
Menurut pribadi, Joga menilai pemilihan jeruk nipis kurang efektif.
"Saya nilai tidak efektif, harus ada perhitungan yang saya sebutkan tadi seharunya," tuturnya.
"Patung-patung ini kan punya struktur, apalagi untuk Patung Pancoran belum pernah dibersihkan dan dirawat, dan sudah hampir 50 tahun, seharusnya ada pendekatan secara konstruksi. Pendekatan konstruksi yang saya maksud bagaimana nanti kalau dipanjat apakah kuat, apakah roboh, itu yang mesti dilihat," ujarnya saat dihubungi Sindonews, Rabu (13/8/2014).
Kemudian hal yang kedua ialah elemen-elemen yang berada di patung tersebut. Menurut Joga yang harus dilihat dari mana patung ini dibuat, memakai semen atau beton, atau catnya bagaimana?
"Apakah tekstur luar dari patung ini apa benar harus memakai jeruk nipis? Rusak atau tidak pakai jeruk nipis, Bagaimana dengan patung berbahan tembaga atau logam, siapa tau karatan malah kalau pakai jeruk nipis," tukasnya.
Kemudian yang terakhir ialah pemeliharaan patung-patung yang berada memang di Jakarta dengan tingkat polusi atau pencemaran udara yang tinggi.
"Penelitan saya saking tingginya polusi di Jakarta, asap polusi bisa nempel di batang pohon, bagaimana dengan patung-patung ini," tukasnya.
Menurut pribadi, Joga menilai pemilihan jeruk nipis kurang efektif.
"Saya nilai tidak efektif, harus ada perhitungan yang saya sebutkan tadi seharunya," tuturnya.
(ysw)