8 Bocah Dibawa dari Bogor untuk Jadi Pengemis di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Delapan orang anak anak yang masih aktif bersekolah tertangkap razia PMKS di Jakarta Pusat Kedelapan bocah yang rata-rata masih berstatus pelajar SD tersebut tertangkap tangan sedang mengemis di lampu merah Taman Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satu yang terjaring ialah, DNL, bocah 8 tahun asal Desa Caringin Sentul, Bogor ini menceritakan, Rabu (23/7/2014) siang sepulang sekolah, seorang yang mengaku bernama Saiful mendatangi rumahnya. Dia diajak ke Jakarta untuk menjual koran dengan iming-iming bayaran Rp1.000 untuk setiap koran yang dijualnya dengan harga Rp4.000.
Setiap kali dirinya diberikan 15 sampai 20 eksemplar, sehingga setiap hari dirinya mendapatkan Rp20.000. Namun pada kenyataannya menjual koran hanya dijadikan sebagai kedok untuk mengemis.
Didalam mobil yang dipakai mengangkut ke Jakarta, DNL ternyata tidak sendirian. Didalam minibus itu sudah ada 7 orang anak sebayanya. Anak-anak tersebut merupakan teman main DNL dan mereka juga rencananya dibawa ke Jakarta untuk dipekerjakan sebagai penjual koran sore.
"Kerja jual koran gini sudah lama. Setiap habis magrib, dijemput lagi sama bang ipul pulang ke Sentul, besoknya abis pulang sekolah dibawa lagi ke sini," ujar bocah polos ini dari balik jeruji besi bus razia PMKS milik Dinsos.
Kepala Sudinsos Marjito mengatakan, gerak-gerik DNL sudah dipantau sejak lama oleh Sat Pol PP dan Sudinsos Jakarta Pusat. Karena itu, saat ditangkap pada Rabu (24/7/2014) malam, bocah tersebut tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam operasi tersebut, pihaknya hanya berhasil menangkap delapan orang bocah, sementara dua bocah lain dan Saiful berhasil lolos dengan mobil yang biasa digunakan. Menurut dia, iming-iming mempekerjakan anak dibawah umur dengan upah Rp5000 merupakan modus operandi Saiful atau akrab disapa bang Ipul.
"Sebetulnya mereka itu lagi dilatih sebagai pengemis. Mereka hanya diperalat dengan jual Koran," ujarnya.
Salah satu yang terjaring ialah, DNL, bocah 8 tahun asal Desa Caringin Sentul, Bogor ini menceritakan, Rabu (23/7/2014) siang sepulang sekolah, seorang yang mengaku bernama Saiful mendatangi rumahnya. Dia diajak ke Jakarta untuk menjual koran dengan iming-iming bayaran Rp1.000 untuk setiap koran yang dijualnya dengan harga Rp4.000.
Setiap kali dirinya diberikan 15 sampai 20 eksemplar, sehingga setiap hari dirinya mendapatkan Rp20.000. Namun pada kenyataannya menjual koran hanya dijadikan sebagai kedok untuk mengemis.
Didalam mobil yang dipakai mengangkut ke Jakarta, DNL ternyata tidak sendirian. Didalam minibus itu sudah ada 7 orang anak sebayanya. Anak-anak tersebut merupakan teman main DNL dan mereka juga rencananya dibawa ke Jakarta untuk dipekerjakan sebagai penjual koran sore.
"Kerja jual koran gini sudah lama. Setiap habis magrib, dijemput lagi sama bang ipul pulang ke Sentul, besoknya abis pulang sekolah dibawa lagi ke sini," ujar bocah polos ini dari balik jeruji besi bus razia PMKS milik Dinsos.
Kepala Sudinsos Marjito mengatakan, gerak-gerik DNL sudah dipantau sejak lama oleh Sat Pol PP dan Sudinsos Jakarta Pusat. Karena itu, saat ditangkap pada Rabu (24/7/2014) malam, bocah tersebut tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam operasi tersebut, pihaknya hanya berhasil menangkap delapan orang bocah, sementara dua bocah lain dan Saiful berhasil lolos dengan mobil yang biasa digunakan. Menurut dia, iming-iming mempekerjakan anak dibawah umur dengan upah Rp5000 merupakan modus operandi Saiful atau akrab disapa bang Ipul.
"Sebetulnya mereka itu lagi dilatih sebagai pengemis. Mereka hanya diperalat dengan jual Koran," ujarnya.
(whb)