Nyawa Pejalan Kaki di Depok Terancam
A
A
A
DEPOK - Minimnya trotoar di Jalan Raya Margonda, Depok membuat pejalan kaki harus berjibaku jika ingin melintas. Kondisi ini cukup membahayakan pejalan kaki, mengingat Jalan Raya Margonda cukup padat dilintasi kendaraan.
"Kondisi Jalan Margonda masih jauh dari kata layak," kata pakar Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia (UI) Lisman Manurung ketika dihubungi, Senin (26/5/2014).
Seperti diketahui, Jalan Margonda menjadi pusat aktivitas masyarakat. Perniagaan, pendidikan, dan bahkan beberapa kantor pemerintahan berpusat di kawasan tersebut.
"Tapi, hingga saat ini saya masih sepakat bahwa kondisi di sana (Margonda) masih tidak memadai, terutama soal keselamatan pejalan kaki," tukasnya.
Berdasarkan pantauan, setiap harinya para pejalan kaki terpaksa berjalan di pinggir ruas jalan.
"Pemerintah sebetulnya bisa mengatasi permasalahan tersebut jika mau berfikir lebih kreatif," kata Lisman.
Yudita, mahasiswi UI mengaku sangat menyesalkan kurangnya trotoar di kawasan tersebut. Karena, dirinya cukup khawatir ketika berjalan kaki di pinggiran jalan.
"Sering diklakson kendaraan. Tapi memang enggak ada ruang untuk pejalan kaki, jadi terpaksa jalan di pinggiran," katanya.
Diakui dia, keselamatan pejalan kaki sangat rentan ketika berjalan di pinggiran. Karena kendaraan yang melintas pun banyak yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Apalagi angkot yang mau berhenti kadang-kadang hampir nyerempet pejalan kaki," akunya.
Selain trotoar, dirinya juga menyayangkan minimnya JPO dan halte di Jalan Margonda. Sehingga banyak mahasiswa yang terpaksa menunggu mobil di pinggiran jalan atau pinggiran ruko.
Sebelumnya, mahasiswa UI juga pernah melakukan aksi protes di Balai Kota Depok guna menuntut dibangunnya JPO. Tapi hingga kini beberapa JPO yang dibangun belum selesai dikerjakan dan masih terbengkalai.
"Kondisi Jalan Margonda masih jauh dari kata layak," kata pakar Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia (UI) Lisman Manurung ketika dihubungi, Senin (26/5/2014).
Seperti diketahui, Jalan Margonda menjadi pusat aktivitas masyarakat. Perniagaan, pendidikan, dan bahkan beberapa kantor pemerintahan berpusat di kawasan tersebut.
"Tapi, hingga saat ini saya masih sepakat bahwa kondisi di sana (Margonda) masih tidak memadai, terutama soal keselamatan pejalan kaki," tukasnya.
Berdasarkan pantauan, setiap harinya para pejalan kaki terpaksa berjalan di pinggir ruas jalan.
"Pemerintah sebetulnya bisa mengatasi permasalahan tersebut jika mau berfikir lebih kreatif," kata Lisman.
Yudita, mahasiswi UI mengaku sangat menyesalkan kurangnya trotoar di kawasan tersebut. Karena, dirinya cukup khawatir ketika berjalan kaki di pinggiran jalan.
"Sering diklakson kendaraan. Tapi memang enggak ada ruang untuk pejalan kaki, jadi terpaksa jalan di pinggiran," katanya.
Diakui dia, keselamatan pejalan kaki sangat rentan ketika berjalan di pinggiran. Karena kendaraan yang melintas pun banyak yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Apalagi angkot yang mau berhenti kadang-kadang hampir nyerempet pejalan kaki," akunya.
Selain trotoar, dirinya juga menyayangkan minimnya JPO dan halte di Jalan Margonda. Sehingga banyak mahasiswa yang terpaksa menunggu mobil di pinggiran jalan atau pinggiran ruko.
Sebelumnya, mahasiswa UI juga pernah melakukan aksi protes di Balai Kota Depok guna menuntut dibangunnya JPO. Tapi hingga kini beberapa JPO yang dibangun belum selesai dikerjakan dan masih terbengkalai.
(ysw)