TMC dinilai tak efektif atasi banjir
A
A
A
Sindonews.com - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dinilai tidak efektif. Karena, hal itu hanya akan menghabiskan anggaran Rp20 miliar tersebut.
Tokoh pemuda Martin Manurung mengatakan, karena proyek rekayasa cuaca itu menghabiskan anggaran cukup besar hanya untuk dua bulan. Pertanyaannya, apakah dana Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) cukup mengatasi musim hujan sampai selesai.
"Anggarannya besar sekali, itu kan pakai pesawat. Sekali terbang sudah berapa uang yang dikeluarkan, bisa tahan lama enggak. Saya pikir itu bukan solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta," kata dia di Depok, Rabu (15/1/2014).
Selain itu, dia juga mengkritiki, bangunan perumahan di Jakarta dan sekitarnya yang tidak memperhatikan drainase salah satu penyebab banjir.
Menurutnya, pertumbuhan sektor properti yang tidak bertanggung jawab merupakan salah satu penyumbang banjir terbesar di Jakarta. "Lihat saja bangunan-bangunan perumahan, mana ada yang beres saluran pembuangannya," tandasnya.
Martin berharap, masyarakat mulai sadar akan kebersihan. Menurutnya, bencana banjir bukan salah siapa-siapa, semua elemen melakukan kesalahan dan semua elemen wajib bertanggung jawab.
"No offense, banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Kalau satu buah gelas minuman kemasan dikali sepuluh juta penduduk Jakarta di kali 356 hari, sudah berapa ribu genangan yang kita buat," pungkasnya.
Baca:
Rp20 M untuk rekayasa cuaca, masih kecil
Rekayasa cuaca Jakarta, BNPB rogoh kantong sendiri
Tokoh pemuda Martin Manurung mengatakan, karena proyek rekayasa cuaca itu menghabiskan anggaran cukup besar hanya untuk dua bulan. Pertanyaannya, apakah dana Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) cukup mengatasi musim hujan sampai selesai.
"Anggarannya besar sekali, itu kan pakai pesawat. Sekali terbang sudah berapa uang yang dikeluarkan, bisa tahan lama enggak. Saya pikir itu bukan solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta," kata dia di Depok, Rabu (15/1/2014).
Selain itu, dia juga mengkritiki, bangunan perumahan di Jakarta dan sekitarnya yang tidak memperhatikan drainase salah satu penyebab banjir.
Menurutnya, pertumbuhan sektor properti yang tidak bertanggung jawab merupakan salah satu penyumbang banjir terbesar di Jakarta. "Lihat saja bangunan-bangunan perumahan, mana ada yang beres saluran pembuangannya," tandasnya.
Martin berharap, masyarakat mulai sadar akan kebersihan. Menurutnya, bencana banjir bukan salah siapa-siapa, semua elemen melakukan kesalahan dan semua elemen wajib bertanggung jawab.
"No offense, banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Kalau satu buah gelas minuman kemasan dikali sepuluh juta penduduk Jakarta di kali 356 hari, sudah berapa ribu genangan yang kita buat," pungkasnya.
Baca:
Rp20 M untuk rekayasa cuaca, masih kecil
Rekayasa cuaca Jakarta, BNPB rogoh kantong sendiri
(mhd)