Cara BNPB tangkal banjir Jakarta
A
A
A
Sindonews.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) direncanakan akan melakukan rekayasa cuaca yang disebut Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di area Jakarta dan sekitarnya.
TMC ini diharapkan bisa mengurangi intensitas hujan di DKI Jakarta mulai bulan Januari hingga Maret 2014. Seperti diketahui, intensitas hujan belakangan ini membuat kawasan Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir.
Bagaimana rekayasa cuaca yang akan dilakukan oleh BNPB? Berikut penjelasan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Selasa (14/1/2014).
Sutopo menerangkan, TMC merupakan campur tangan manusia dalam pengelolaan sumber daya air di atmosfer. Hal itu untuk menambah dan mengurangi intensitas curah hujan pada suatu daerah guna meminimalkan bencana dengan memanfaatkan parameter cuaca.
"Untuk antisipasi banjir Jakarta, ada dua strategi, yaitu mempercepat hujan dan menghambat pertumbuhan awan. Pertama, adalah mempercepat hujan dikenal dengan mekanisme proses lompatan (jumping process)," katanya.
Hal ini dilakukan, kata Sutopo, bagi awan-awan di daerah upwind sehingga dijatuhkan di luar Jakarta yang tidak rawan banjir seperti di Laut Jawa, Selat Sunda atau lainnya.
"Awan-awan berpotensi hujan di daerah di luar Jakarta disemai dengan bahan garam (NaCl) yang memiliki sifat menyerap butir-butir air di awan sehingga terjadi hujan. Untuk itu digunakan satu pesawat Hercules C-130 dari Lanud Halim dan dua pesawat Casa 212-200 dioperasikan dari Lapangan Terbang Atang Sanjaya Bogor," bebernya.
Sambung Sutopo, sekali terbang pesawat Casa membawa satu ton garam karena dalam sehari penerbangan disesuaikan dengan kondisi cuaca yang ada. Karena, kata dia, kalau sekarang ini masih menggunakan benih.
"Saat ini penaburan bahan semai di dalam pesawat dilakukan dengan peralatan mekanis seeding. Tidak menggunakan manual lagi karena untuk antisipasi korosi pesawat terbang," katanya.
Selanjutnya, masih kata Sutopo, metode kedua adalah dengan menempatkan 24 Ground Based Generator (GBG) dan Ground Particle Generator (GPG) di beberapa tempat di Jakarta. Lanjutnya, alat ini mengeluarkan gas dan partikel-partikel bahan semai berupa butiran garam yang sangat halus ke dalam awan yang baru tumbuh.
"Bahan ini akan menyerap uap air dan membentuk butir-butir halus yang berlaku sebagai pesaing bagi butir-butir awan yang ada. Metode ini akan menghambat pertumbuhan awan (competition mechanism) sehingga hujannya tidak besar intensitasnya," tuturnya.
Baca:
Atasi banjir, DKI Jakarta dibantu BNPB
TMC ini diharapkan bisa mengurangi intensitas hujan di DKI Jakarta mulai bulan Januari hingga Maret 2014. Seperti diketahui, intensitas hujan belakangan ini membuat kawasan Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir.
Bagaimana rekayasa cuaca yang akan dilakukan oleh BNPB? Berikut penjelasan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Selasa (14/1/2014).
Sutopo menerangkan, TMC merupakan campur tangan manusia dalam pengelolaan sumber daya air di atmosfer. Hal itu untuk menambah dan mengurangi intensitas curah hujan pada suatu daerah guna meminimalkan bencana dengan memanfaatkan parameter cuaca.
"Untuk antisipasi banjir Jakarta, ada dua strategi, yaitu mempercepat hujan dan menghambat pertumbuhan awan. Pertama, adalah mempercepat hujan dikenal dengan mekanisme proses lompatan (jumping process)," katanya.
Hal ini dilakukan, kata Sutopo, bagi awan-awan di daerah upwind sehingga dijatuhkan di luar Jakarta yang tidak rawan banjir seperti di Laut Jawa, Selat Sunda atau lainnya.
"Awan-awan berpotensi hujan di daerah di luar Jakarta disemai dengan bahan garam (NaCl) yang memiliki sifat menyerap butir-butir air di awan sehingga terjadi hujan. Untuk itu digunakan satu pesawat Hercules C-130 dari Lanud Halim dan dua pesawat Casa 212-200 dioperasikan dari Lapangan Terbang Atang Sanjaya Bogor," bebernya.
Sambung Sutopo, sekali terbang pesawat Casa membawa satu ton garam karena dalam sehari penerbangan disesuaikan dengan kondisi cuaca yang ada. Karena, kata dia, kalau sekarang ini masih menggunakan benih.
"Saat ini penaburan bahan semai di dalam pesawat dilakukan dengan peralatan mekanis seeding. Tidak menggunakan manual lagi karena untuk antisipasi korosi pesawat terbang," katanya.
Selanjutnya, masih kata Sutopo, metode kedua adalah dengan menempatkan 24 Ground Based Generator (GBG) dan Ground Particle Generator (GPG) di beberapa tempat di Jakarta. Lanjutnya, alat ini mengeluarkan gas dan partikel-partikel bahan semai berupa butiran garam yang sangat halus ke dalam awan yang baru tumbuh.
"Bahan ini akan menyerap uap air dan membentuk butir-butir halus yang berlaku sebagai pesaing bagi butir-butir awan yang ada. Metode ini akan menghambat pertumbuhan awan (competition mechanism) sehingga hujannya tidak besar intensitasnya," tuturnya.
Baca:
Atasi banjir, DKI Jakarta dibantu BNPB
(mhd)