Dokter bukan Tuhan

Rabu, 27 November 2013 - 19:43 WIB
Dokter bukan Tuhan
Dokter bukan Tuhan
A A A
Sindonews.com - Juru Bicara Aksi Solidaritas untuk dokter Dewa Ayu Sasiary, Agung Sapta Adi mengatakan, apa yang dilakukan oleh para dokter merupakan aksi untuk menuntut keadilan. Pasalnya, apa yang dilakukan Ayu sudah sesuai prosedur.

Agung mengatakan, yang ikut dalam aksi solidaritas tidak hanya dokter muda, tapi dokter yang sudah berpengalaman juga ikut turun. Karena, jika sanksi dijatuhkan kepada Ayu, tentunya akan lahir kekhawatiran terhadap para dokter lainnya untuk melakukan penanganan pada pasien.

Lebih lanjut Agung mengatakan, aksi solidaritas merupakan salah satu aksi dari beberapa aksi yang dilakukan untuk menolak kriminalisasi terhadap dokter. Di antaranya melalui jalur hukum dengan menggunakan pengacara.

Terkait aksinya yang menimbulkan kendala di beberapa rumah sakit menurut Agung, hal tersebut sudah dipikirkan secara matang. Artinya aksi solidaritas tidak dilakukan pada hari senin.

Menurutnya, hari minggu dokter spesialis banyak yang libur, dan hal tersebut tidak mengganggu pelayanan. "Pelayanan kepada masyarakat berjalan sebagai mana mestinya," katanya di Jakarta, Rabu (27/11/2013).

Sementara itu Ronny Mewengkang selaku dokter Senior dari Ayu mengatakan, apa yang dilakukan oleh anak didiknya sudah sesuai prosedur. Dirinya juga menyayangkan pihak kepolisian yang menangkap dr Ayu layaknya pelaku kriminal dengan tangan diborgol.

Menurutnya, dokter hanya melakukan upaya pengobatan, terkait hasil tentunya bukan tanggung jawab dokter. Namun yang terjadi pada Ayu adalah dirinya dipaksa untuk bertanggung jawab atas hasil apa yang telah diupayakannya. "Dokter bukan tuhan yang bisa membangunkan orang yang sudah meninggal," ucapnya.

Dirinya khawatir, jika kasus ini tidak selesai maka yang akan merasakan imbasnya adalah masyarakat. Artinya meskipun dokter menjalankan praktek, namun akan lebih condong kepada penanganan yang tidak menimbulkan resiko. Dengan demikian upaya yang dilakukan dokter terhadap pasiennya tidak akan maksimal.

"Jika paradigma dokter sudah defensive medicine, maka yang dirugikan adalam masyarakat, dimana dokter tidak berani memutuskan karena ada tekanan hukuman pidana, jika pasien yang ditanganinya meninggal," ucapnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3307 seconds (0.1#10.140)