Harapan Kita dukung karyawannya demo
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit Anak dan Ibu (RSAB) Harapan Kita, dr Didi Danu Kusumo mengakui, pelayanan poliklinik kebidanan memang tidak buka praktik. Namun mereka tetap dilayani di IGD dan Kamar Bersalin.
Dia pun mengkalim jika pelayanan pasien sama sekali tidak terganggu meski sejumlah Dokter dan karyawannya ikut dalam aksi solidaritas di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan Thamrin, Jakarta Pusat hari ini.
"Kami ikut prihatin atas kasus yang menimpa rekan kami. Namun, kami tidak mengesampingkan pelayanan pasien. Baik yang gawat darurat, bersalin, maupun sekadar periksa. Aksi solidaritas itu bentuk keprihatinan, bukan mogok secara penuh," kata Didi di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Didi menjelaskan, aksi solidaritas yang dilakukan IDI merupakan bentuk toleransi sesama profesi. Artinya, aksi tersebut bukan hanya dilakukan oleh para dokter spesialis kandungan atau obstetri dan ginekologi (SpOG), melainkan seluruh bagian dari RS, baik perawat, Dokter anak, dan seluruh tenaga medis RSAB.
Dia pun tidak melarang bagi karyawannya yang ikut dalam aksi solidaritas tersebut. Kata Didi, bentuk solidaritas tersebut juga dilakukan dengan memasang pita hitam di lengan kanan tenaga medis dan memasang sapnduk berisi setop kriminalitas terhadap dokter.
"Aksi ini adalah bentuk solidaritas, agar kedepannya tidak adalagi kriminalitas terhadap dokter. Intinya, aksi solidaritas ini tidak akan menelantarkan pasien," tegasnya.
RSAB Harapan Kita sendiri, lanjut Didi, terdapat 14 dokter spesialis, dan di antaranya ada yang tergabung dengan keorganisasian profesi. Namun dia tidak mengetahui jumlah dokter ataupun karyawan yang ikut.
Ima (35), ibu dari Nayla yang baru berusia 20 hari mengakui, jika pelayanan terhadap anaknya tetap berjalan normal meski ada aksi solidaritas di jalan.
"Ada kok dokternya. Ahli bedah juga ada. Teman-teman yang anaknya dirawat juga ada dokternya," ungkap ibu yang anaknya sudah dirawat selama satu minggu di ruang Seruni RSAB lantaran mengalami pengecilan usus.
Baca berita terkait:
Pelayanan di RSAB Harapan Kita nyaris lumpuh
Dia pun mengkalim jika pelayanan pasien sama sekali tidak terganggu meski sejumlah Dokter dan karyawannya ikut dalam aksi solidaritas di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan Thamrin, Jakarta Pusat hari ini.
"Kami ikut prihatin atas kasus yang menimpa rekan kami. Namun, kami tidak mengesampingkan pelayanan pasien. Baik yang gawat darurat, bersalin, maupun sekadar periksa. Aksi solidaritas itu bentuk keprihatinan, bukan mogok secara penuh," kata Didi di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Didi menjelaskan, aksi solidaritas yang dilakukan IDI merupakan bentuk toleransi sesama profesi. Artinya, aksi tersebut bukan hanya dilakukan oleh para dokter spesialis kandungan atau obstetri dan ginekologi (SpOG), melainkan seluruh bagian dari RS, baik perawat, Dokter anak, dan seluruh tenaga medis RSAB.
Dia pun tidak melarang bagi karyawannya yang ikut dalam aksi solidaritas tersebut. Kata Didi, bentuk solidaritas tersebut juga dilakukan dengan memasang pita hitam di lengan kanan tenaga medis dan memasang sapnduk berisi setop kriminalitas terhadap dokter.
"Aksi ini adalah bentuk solidaritas, agar kedepannya tidak adalagi kriminalitas terhadap dokter. Intinya, aksi solidaritas ini tidak akan menelantarkan pasien," tegasnya.
RSAB Harapan Kita sendiri, lanjut Didi, terdapat 14 dokter spesialis, dan di antaranya ada yang tergabung dengan keorganisasian profesi. Namun dia tidak mengetahui jumlah dokter ataupun karyawan yang ikut.
Ima (35), ibu dari Nayla yang baru berusia 20 hari mengakui, jika pelayanan terhadap anaknya tetap berjalan normal meski ada aksi solidaritas di jalan.
"Ada kok dokternya. Ahli bedah juga ada. Teman-teman yang anaknya dirawat juga ada dokternya," ungkap ibu yang anaknya sudah dirawat selama satu minggu di ruang Seruni RSAB lantaran mengalami pengecilan usus.
Baca berita terkait:
Pelayanan di RSAB Harapan Kita nyaris lumpuh
(mhd)