Ditelantarkan, penderita asma ingin di rawat jalan
A
A
A
Sindonews.com - Membludaknya pasien yang menggunakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) berimbas pada pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta pusat. Puluhan pasien kini harus menunggu di ruang IGD hingga selasar rumah sakit.
Menurut Arsana (40) warga Jalan Mangga Besar IV, Taman Sari, Jakarta Barat, ayahnya bernama Sanusi (68) sejak Minggu 3 November 2013 masih menunggu ruang inap kelas tiga di RSUD Tarakan. Namun, hingga kini Sanusi belum mendapatkan ruang rawat inap. Padahal penyakit yang dideritanya cukup parah yaitu jantung dan asma.
"Saya tidak pakai KJS, tapi pakai Gakin karena rumah saya terkena musibah kebakaran sejak malam lebaran haji kemarin. Sampai sekarang keluarga saya tinggal dan tidur di Masjid," kata Arsana saat ditemui di RSUD Tarakan, Kamis (7/11/2013).
Arsana menjelaskan bahwa dia selalu membeli obat dari apotik di luar RSUD Tarakan untuk ayahnya. Hal ini dikarenakan, obatnya begitu mahal sehingga pihak RSUD Tarakan tidak mau menanggung biaya obat.
Menurutnya selama ini hanya obat generik yang diberikan gratis oleh pihak RSUD Tarakan.
"Sudah habis sekitar Rp2 juta untuk beli obat di apotik dekat Rumah Sakit. Kalau yang generik sih ditanggung sama rumah sakit. Tapi, untungnya agak mendingan sekarang," katanya.
Karena tidak juga mendapatkan kamar rawat inap, akhirnya Arsana berniat membawa ayahnya pulang ke rumah. Dia ingin ayahnya dirawat jalan kendati tak tahu nanti akan tidur dimana. Maklum saja, rumah Arsana kini masih berupa puing sejak peristiwa kebakaran beberapa waktu lalu.
Menurut Arsana (40) warga Jalan Mangga Besar IV, Taman Sari, Jakarta Barat, ayahnya bernama Sanusi (68) sejak Minggu 3 November 2013 masih menunggu ruang inap kelas tiga di RSUD Tarakan. Namun, hingga kini Sanusi belum mendapatkan ruang rawat inap. Padahal penyakit yang dideritanya cukup parah yaitu jantung dan asma.
"Saya tidak pakai KJS, tapi pakai Gakin karena rumah saya terkena musibah kebakaran sejak malam lebaran haji kemarin. Sampai sekarang keluarga saya tinggal dan tidur di Masjid," kata Arsana saat ditemui di RSUD Tarakan, Kamis (7/11/2013).
Arsana menjelaskan bahwa dia selalu membeli obat dari apotik di luar RSUD Tarakan untuk ayahnya. Hal ini dikarenakan, obatnya begitu mahal sehingga pihak RSUD Tarakan tidak mau menanggung biaya obat.
Menurutnya selama ini hanya obat generik yang diberikan gratis oleh pihak RSUD Tarakan.
"Sudah habis sekitar Rp2 juta untuk beli obat di apotik dekat Rumah Sakit. Kalau yang generik sih ditanggung sama rumah sakit. Tapi, untungnya agak mendingan sekarang," katanya.
Karena tidak juga mendapatkan kamar rawat inap, akhirnya Arsana berniat membawa ayahnya pulang ke rumah. Dia ingin ayahnya dirawat jalan kendati tak tahu nanti akan tidur dimana. Maklum saja, rumah Arsana kini masih berupa puing sejak peristiwa kebakaran beberapa waktu lalu.
(ysw)