Rusunawa Angke siap diremajakan
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 512 Kepala Keluarga (KK) yang menghuni empat blok tipe 18 di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Angke, Tambora, Jakarta Barat, telah pergi mengosongkan rusun yang sudah berdiri 30 tahun itu. Pengosongan tersebut terkait adanya program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meremajakan rusun tersebut.
"Batas akhir pengosongan rusunawa ini memang hari ini, besok listrik, dan air akan dipadamkan," kata Toro Siswandi (43) penghuni rusun Blok C, RT03/11, Angke, Tambora, Jakarta Barat, Minggu (30/6/2013).
Pria yang bekerja sebagai sopir di Duta Mas Indah Teluk Gong, Jakarta Utara itu terpaksa menitipkan istri dan kedua anaknya di kampung halamannya daerah Malimping, Banten. Sedangkan dirinya untuk tetap bisa bekerja, harus mengontrak di Teluk Gong bersama seorang temannya sesama sopir dengan biaya kontrakan Rp300.000 yang dibayar secara bersama.
"Kontrakan mahal, minimal Rp500.000, mending saya titip di kampung dulu keluarga saya," ungkapnya.
Kata Toro, berdasarkan hasil sosialisasi mengenai peremajaan rusunawa yang dilakukan pada Maret 2013 lalu, para warga diberikan kesempatan untuk meninggalkan rusun selama tiga bulan terhitung sejak April 2013 lalu tanpa adanya relokasi.
Namun di tengah jalan, para warga meminta surat pernyataan untuk dapat kembali menempati rusun yang sudah diremajakan nanti.
"Seminggu lalu surat pernyataan yang berisi bahwa pemilik rusun akan dapat kembali menempati rusun yang sudah diremajakan dengan stempel Dinas Perumahan Provinsi DKI yang dibagikan masing-masing satu kepada pemilik 477 unit rusun. Untuk itu kami baru pada pindah setelah adanya surat pernyataan tersebut," jelas Toro yang sudah 15 tahun memiliki rusun tersebut.
Begitu juga dengan Tendi (40) penghuni lantai 4 Blok B Rt.02/11. Menurutnya selain menunggu surat pernyataan untuk dapat kembali menghuni rusun yang sudah diremajakan, para warga juga baru mendapatkan kontrakan yang sesuai dengan kantongnya masing-masing.
Untuk itu, pada batas terakhir pengosongan rusun tersebut, para warga, baru melakukan pindahan. Terlebih pada 1 Juli ini listrik semua dimatikan.
Pria yang bekerja sebagai driver di tempat usaha Garmen wilayah Jelambar, Jakarta Barat itu mengaku sudah sejak bulan lalu mencari kontrakan yang berada tidak jauh dari lokasi rusun, namun akhirnya dirinya mendapatkan kontrakan di Daerah Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
"Kontrakan semua naik di daerah sekitar Tambora ini. Untuk itu warga umumnya mencari tempat lain yang lebih murah dengan jarak yang tidak begitu jauh dari tempat mereka mencari nafkah," kata pria dua anak itu yang bersama para warga setuju adanyaa peremajaan.
Deden (45), Ketua RW11, Angke, Tambora, Jakarta Barat mengatakan, hampir 100 persen warga hari ini sudah mengosongkan rusunawa yang ingin diremajakan menjadi 514 unit, 16 lantai dan dibagi dalam tiga tower itu.
Menurutnya, pengosongan tersebut adalah sebagai bentuk perwujudan warga untuk mendapatkan rumah layak tinggal.
"Sekarang kalau dipikir-pikir, mereka harus mengosongkan tanpa ada relokasi, kalau bukan karena warga ingin sekali mendapatkan tempat tinggal layak apalagi alasannya," tegasnya.
Kata Deden, pihaknya sudah memfasilitasi ke 477 penghuni unit rusunawa untuk mendapatkan surat pernyataan mengenai dapat kembalinya mereka untuk mengisi rusunawa yang sudah diremajakan nantinya.
"Kami sudah bagikan satu unit satu surat pernyataan dengan stempel resmi Dinas perumahan Provinsi DKI. Begitupun dengan surat kepindahan anak sekolah. Sedikitnya ada 50 siswa-siswi yang umumnya pelajar kelas menengah pertama telah mengurus surat perindahan ke kampung, sedangkan yang sekolah di daerah Jakarta tidak mengajukan perpindahan," jelasnya.
Perihal pengurusan kependudukan, lanjut Deden, pihaknya masih membuka pintu lebar-lebar bagi warga yang ingin mengurus surat-surat terkait kependudukan. Begitu pun dengan hak suara mereka dalam pesta Demokrasi 2014 mendatang. Artinya, meskipun berada dalam posisi yang tidak bersamaan dan berpencar, para warga dan pengurus Rt masih tetap dalam naunganya.
"Kami akan memfasilitasi semuanya. Para warga jangan takut kehilangan hak suara dalam Pemilu 2014 mendatang," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Teknis Dinas Perumahan Triyanto mengatakan, untuk mencapai target peremajaan rusun yang akan selesai pada akhir 2014 mendatang, pengosongan tersebut memang harus dilakukan secepatnya. Sehingga pada Senin 1 Juli rusunawa tersebut sudah dibongkar.
"Pembongkaran diperkirakan akan memakan waktu selama dua bulan, jadi September baru akan dimulai pembangunannya," ujarnya.
Triyanto menjelaskan, Rusunawa Angke yang saat ini terdiri dari 4 blok berlantai 4, berkapasitas 477 unit hunian, dengan ukuran kamar tipe 18. Nantinya akan dibangun 3 blok rusun berlantai 16, dengan jumlah hunian 549 unit, bertipe 30.
"Setiap unit nantinya akan mempunyai dua kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan balkon. Pastinya akan lebih manusiawi daripada yang ada saat ini," ujarnya.
Menurut Triyanto, pelaksaan pengerjaan peremajaan bangunan ini akan memakan waktu 17 bulan, dimulai September 2013 hingga November 2014. Saat ini, pihaknya masih menunggu persetujuan DPRD terkait anggaran pembangunan.
Sedikit gambaran, Triyanto menerangkan, peremajaan yang memakan anggaran senilai Rp236 miliar ini juga tidak hanya dilakukan pada fisik bangunan rusun, berbagai fasilitas baru juga akan dibangun di areal rusun, termasuk fasilitas lift.
"Fasilitasnya juga akan semakin baik. Kami prioritaskan pembangunan 106 unit kios usaha warga, diutamakan warga lama yang memang sudah memiliki usaha, selebihnya akan dilakukan pengundian. Lainnya, akan dibangun kantor RT/RW, sekolah Paud, TK, kios, Puskesmas, Ruang Serba Guna, tempat usaha, parkir, taman, serta perbaikan saluran air," paparnya.
Terkait penyediaan 106 unit kios, Triyanto menegaskan hak itu diperuntukkan khusus untuk penghuni rusun. Menurutnya, di rusun Tambora ini warga identik membuka usaha konfeksi dan garmen, itulah yang akan menjadi prioritas utama.
"Mengenai bentuk, kios akan berbentuk loss (kosong), menggunakan rolling door. Penempatan kios akan dilakukan pengundian. Kami prioritaskan untuk warga yang notabene sudah punya usaha dulu, jangan sampai sudah didata ada yang ngaku-ngaku. " ucapnya.
Sementara, di tengah kesibukan para warga yang mengemas barang-barangnya untuk pergi ke tempat hunian baru, rupanya membawa rezeki tersendiri bagi para pencari barang rongsokan.
"Setiap harinya saya mendapatkan keuntungan bersih Rp75.000-125.000 untuk mencari barang rongsokan di Rusunawa ini. Sedangkan di luar dari rusun ini, kami hanya mendapat keuntungan maksimal Rp50.000," kata Sutija (43) yang sudah bekerja menjadi pencari barang ronsokan selama 33 tahun itu.
Sutija yang datang bersama keenam teman seprofesinya dari Pluit, Jakarta Utara itu mengatakan, sejak seminggu lalu para pencari barang rongsokan memang sudah berada di rusunawa.
"Kami bukan saja dari Pluit, ada dari Jelambar, Cengkareng, Slipi dan sebagainya. Kami kan satu profesi saling memberi informasi jika ada sebuah proyek pembongkaran dan kebakaran, jadi kalau ada yang seperti ini, ya kami pasti berkumpul," kata Sutija yang menyebutkan sedikitnya ada 30 pencari barang rongsokan.
"Batas akhir pengosongan rusunawa ini memang hari ini, besok listrik, dan air akan dipadamkan," kata Toro Siswandi (43) penghuni rusun Blok C, RT03/11, Angke, Tambora, Jakarta Barat, Minggu (30/6/2013).
Pria yang bekerja sebagai sopir di Duta Mas Indah Teluk Gong, Jakarta Utara itu terpaksa menitipkan istri dan kedua anaknya di kampung halamannya daerah Malimping, Banten. Sedangkan dirinya untuk tetap bisa bekerja, harus mengontrak di Teluk Gong bersama seorang temannya sesama sopir dengan biaya kontrakan Rp300.000 yang dibayar secara bersama.
"Kontrakan mahal, minimal Rp500.000, mending saya titip di kampung dulu keluarga saya," ungkapnya.
Kata Toro, berdasarkan hasil sosialisasi mengenai peremajaan rusunawa yang dilakukan pada Maret 2013 lalu, para warga diberikan kesempatan untuk meninggalkan rusun selama tiga bulan terhitung sejak April 2013 lalu tanpa adanya relokasi.
Namun di tengah jalan, para warga meminta surat pernyataan untuk dapat kembali menempati rusun yang sudah diremajakan nanti.
"Seminggu lalu surat pernyataan yang berisi bahwa pemilik rusun akan dapat kembali menempati rusun yang sudah diremajakan dengan stempel Dinas Perumahan Provinsi DKI yang dibagikan masing-masing satu kepada pemilik 477 unit rusun. Untuk itu kami baru pada pindah setelah adanya surat pernyataan tersebut," jelas Toro yang sudah 15 tahun memiliki rusun tersebut.
Begitu juga dengan Tendi (40) penghuni lantai 4 Blok B Rt.02/11. Menurutnya selain menunggu surat pernyataan untuk dapat kembali menghuni rusun yang sudah diremajakan, para warga juga baru mendapatkan kontrakan yang sesuai dengan kantongnya masing-masing.
Untuk itu, pada batas terakhir pengosongan rusun tersebut, para warga, baru melakukan pindahan. Terlebih pada 1 Juli ini listrik semua dimatikan.
Pria yang bekerja sebagai driver di tempat usaha Garmen wilayah Jelambar, Jakarta Barat itu mengaku sudah sejak bulan lalu mencari kontrakan yang berada tidak jauh dari lokasi rusun, namun akhirnya dirinya mendapatkan kontrakan di Daerah Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
"Kontrakan semua naik di daerah sekitar Tambora ini. Untuk itu warga umumnya mencari tempat lain yang lebih murah dengan jarak yang tidak begitu jauh dari tempat mereka mencari nafkah," kata pria dua anak itu yang bersama para warga setuju adanyaa peremajaan.
Deden (45), Ketua RW11, Angke, Tambora, Jakarta Barat mengatakan, hampir 100 persen warga hari ini sudah mengosongkan rusunawa yang ingin diremajakan menjadi 514 unit, 16 lantai dan dibagi dalam tiga tower itu.
Menurutnya, pengosongan tersebut adalah sebagai bentuk perwujudan warga untuk mendapatkan rumah layak tinggal.
"Sekarang kalau dipikir-pikir, mereka harus mengosongkan tanpa ada relokasi, kalau bukan karena warga ingin sekali mendapatkan tempat tinggal layak apalagi alasannya," tegasnya.
Kata Deden, pihaknya sudah memfasilitasi ke 477 penghuni unit rusunawa untuk mendapatkan surat pernyataan mengenai dapat kembalinya mereka untuk mengisi rusunawa yang sudah diremajakan nantinya.
"Kami sudah bagikan satu unit satu surat pernyataan dengan stempel resmi Dinas perumahan Provinsi DKI. Begitupun dengan surat kepindahan anak sekolah. Sedikitnya ada 50 siswa-siswi yang umumnya pelajar kelas menengah pertama telah mengurus surat perindahan ke kampung, sedangkan yang sekolah di daerah Jakarta tidak mengajukan perpindahan," jelasnya.
Perihal pengurusan kependudukan, lanjut Deden, pihaknya masih membuka pintu lebar-lebar bagi warga yang ingin mengurus surat-surat terkait kependudukan. Begitu pun dengan hak suara mereka dalam pesta Demokrasi 2014 mendatang. Artinya, meskipun berada dalam posisi yang tidak bersamaan dan berpencar, para warga dan pengurus Rt masih tetap dalam naunganya.
"Kami akan memfasilitasi semuanya. Para warga jangan takut kehilangan hak suara dalam Pemilu 2014 mendatang," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Teknis Dinas Perumahan Triyanto mengatakan, untuk mencapai target peremajaan rusun yang akan selesai pada akhir 2014 mendatang, pengosongan tersebut memang harus dilakukan secepatnya. Sehingga pada Senin 1 Juli rusunawa tersebut sudah dibongkar.
"Pembongkaran diperkirakan akan memakan waktu selama dua bulan, jadi September baru akan dimulai pembangunannya," ujarnya.
Triyanto menjelaskan, Rusunawa Angke yang saat ini terdiri dari 4 blok berlantai 4, berkapasitas 477 unit hunian, dengan ukuran kamar tipe 18. Nantinya akan dibangun 3 blok rusun berlantai 16, dengan jumlah hunian 549 unit, bertipe 30.
"Setiap unit nantinya akan mempunyai dua kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan balkon. Pastinya akan lebih manusiawi daripada yang ada saat ini," ujarnya.
Menurut Triyanto, pelaksaan pengerjaan peremajaan bangunan ini akan memakan waktu 17 bulan, dimulai September 2013 hingga November 2014. Saat ini, pihaknya masih menunggu persetujuan DPRD terkait anggaran pembangunan.
Sedikit gambaran, Triyanto menerangkan, peremajaan yang memakan anggaran senilai Rp236 miliar ini juga tidak hanya dilakukan pada fisik bangunan rusun, berbagai fasilitas baru juga akan dibangun di areal rusun, termasuk fasilitas lift.
"Fasilitasnya juga akan semakin baik. Kami prioritaskan pembangunan 106 unit kios usaha warga, diutamakan warga lama yang memang sudah memiliki usaha, selebihnya akan dilakukan pengundian. Lainnya, akan dibangun kantor RT/RW, sekolah Paud, TK, kios, Puskesmas, Ruang Serba Guna, tempat usaha, parkir, taman, serta perbaikan saluran air," paparnya.
Terkait penyediaan 106 unit kios, Triyanto menegaskan hak itu diperuntukkan khusus untuk penghuni rusun. Menurutnya, di rusun Tambora ini warga identik membuka usaha konfeksi dan garmen, itulah yang akan menjadi prioritas utama.
"Mengenai bentuk, kios akan berbentuk loss (kosong), menggunakan rolling door. Penempatan kios akan dilakukan pengundian. Kami prioritaskan untuk warga yang notabene sudah punya usaha dulu, jangan sampai sudah didata ada yang ngaku-ngaku. " ucapnya.
Sementara, di tengah kesibukan para warga yang mengemas barang-barangnya untuk pergi ke tempat hunian baru, rupanya membawa rezeki tersendiri bagi para pencari barang rongsokan.
"Setiap harinya saya mendapatkan keuntungan bersih Rp75.000-125.000 untuk mencari barang rongsokan di Rusunawa ini. Sedangkan di luar dari rusun ini, kami hanya mendapat keuntungan maksimal Rp50.000," kata Sutija (43) yang sudah bekerja menjadi pencari barang ronsokan selama 33 tahun itu.
Sutija yang datang bersama keenam teman seprofesinya dari Pluit, Jakarta Utara itu mengatakan, sejak seminggu lalu para pencari barang rongsokan memang sudah berada di rusunawa.
"Kami bukan saja dari Pluit, ada dari Jelambar, Cengkareng, Slipi dan sebagainya. Kami kan satu profesi saling memberi informasi jika ada sebuah proyek pembongkaran dan kebakaran, jadi kalau ada yang seperti ini, ya kami pasti berkumpul," kata Sutija yang menyebutkan sedikitnya ada 30 pencari barang rongsokan.
(hyk)