BBM naik, mahasiswa ngadu ke Bung Hatta
A
A
A
Sindonews.com - Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pada pertengahan Juni 2013, ditanggapi sinis oleh sejumlah kelompok mahasiswa dari Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), Jakarta, dengan menggelar aksi demonstrasi.
Namun, berbeda dengan aksi mahasiswa sebelumnya yang banyak memilih untuk memblokir jalan, membakar ban, dan terlibat bentrok dengan petugas kepolisian. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAM) USNI, ini memilih untuk mengadu kepada Bung Hatta, di makamnya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
"Kepada siapa lagi kami mengadu? Kepada anggota DPR/MPR, kami tidak percaya. Kepada pihak istana, kami juga tidak percaya. Hanya kepada Bung Hatta lah kami mengadu. Jika dia masih hidup, kami yakin dia juga akan menolak kenaikan harga BBM," ujar Susi Wisni Safitri, kepada Sindonews, Kamis (13/6/2013).
Ditambahkan dia, sejak dinyatakan merdeka, pada 1945, masyarakat Indonesia tetap miskin. Kaum buruh dan tani, tetap dijajah secara ekonomi. Pembangunan daerah tetap tertinggal. Perbudakan manusia terhadap manusia masih terjadi.
"Langkah pemerintah menaikkan harga BBM, dan memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sangat tidak tepat, dan bermuatan politis. Karena tidak dibarengi dengan kenaikan upah pekerja, sehingga akan berdampak pada terganggunya keseimbangan ekonomi masyarakat," terangnya.
Dia lanjutkan, selain menggelar aksi tolak kenaikan harga BBM, mahasiswa juga mendoakan almarhum Bung Hatta, dan melakukan tabur bunga. Kemudian, mereka membagikan selebaran aksi kepada pengguna jalan di depan makam, lalu membubarkan diri dengan tertib.
Namun, berbeda dengan aksi mahasiswa sebelumnya yang banyak memilih untuk memblokir jalan, membakar ban, dan terlibat bentrok dengan petugas kepolisian. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAM) USNI, ini memilih untuk mengadu kepada Bung Hatta, di makamnya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
"Kepada siapa lagi kami mengadu? Kepada anggota DPR/MPR, kami tidak percaya. Kepada pihak istana, kami juga tidak percaya. Hanya kepada Bung Hatta lah kami mengadu. Jika dia masih hidup, kami yakin dia juga akan menolak kenaikan harga BBM," ujar Susi Wisni Safitri, kepada Sindonews, Kamis (13/6/2013).
Ditambahkan dia, sejak dinyatakan merdeka, pada 1945, masyarakat Indonesia tetap miskin. Kaum buruh dan tani, tetap dijajah secara ekonomi. Pembangunan daerah tetap tertinggal. Perbudakan manusia terhadap manusia masih terjadi.
"Langkah pemerintah menaikkan harga BBM, dan memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sangat tidak tepat, dan bermuatan politis. Karena tidak dibarengi dengan kenaikan upah pekerja, sehingga akan berdampak pada terganggunya keseimbangan ekonomi masyarakat," terangnya.
Dia lanjutkan, selain menggelar aksi tolak kenaikan harga BBM, mahasiswa juga mendoakan almarhum Bung Hatta, dan melakukan tabur bunga. Kemudian, mereka membagikan selebaran aksi kepada pengguna jalan di depan makam, lalu membubarkan diri dengan tertib.
(san)