Pilkada Kota Tangerang berpotensi konflik
A
A
A
Sindonews.com - Pilkada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang 2013, banyak orang baru yang mencalonkan diri. Karena masa jabatan Wali Kota sudah habis, dan tidak bisa mencalonkan lagi. Hal ini sangat berpotensi konflik. Hal itu diungkapkan Akademisi Universitan Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,M Zaki Mubarak.
"Beda kalau Wahidin baru menjabat lima tahun, kalau dia mencalonkan lagi pasti 100 persen menang, dan biasanya adem ayem saja. Dan bapak-bapak ini (para calon Wali Kota Tangerang), pasti akan berebut jadi wakil wali kota. Tapi kali ini pertarungannya beda, dan menjadi tugas KPU membuat peta-peta konflik untuk mengantisipasinya," katanya, Senin (8/4/2013).
Zaki juga menjelaskan, KPU mengestimasi tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta meningkat 70 persen. Namun, menurutnya itu tidak benar, karena berdasarkan surveinya, di pinggiran DKI Jakarta partisiapasi pemilih hanya 50 persen dan itu hanya masyarakat kalangan menengah dan kebawah.
"Kalangan menengah atas tidak tertarik ikut Pilkada, hari Sabtu dan Minggu mereka biasanya pergi. Di Kota Tangerang, kalangan menengah keatas cukup banyak, jumlahnya mungkin ratusan ribu. Mereka hanya berbisinis di Kota Tangerang, tapi pikiran mereka ke Jakarta. Orang-orang ini yang berpotensi melarikan diri waktu pencoblosan," tukasnya.
Untuk itu, kata dia, KPU Kota Tangerang harus menggarap kelas menengah keatas agar tingkat partisipasi Pilkada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang 2013 bagus.
"Beda kalau Wahidin baru menjabat lima tahun, kalau dia mencalonkan lagi pasti 100 persen menang, dan biasanya adem ayem saja. Dan bapak-bapak ini (para calon Wali Kota Tangerang), pasti akan berebut jadi wakil wali kota. Tapi kali ini pertarungannya beda, dan menjadi tugas KPU membuat peta-peta konflik untuk mengantisipasinya," katanya, Senin (8/4/2013).
Zaki juga menjelaskan, KPU mengestimasi tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta meningkat 70 persen. Namun, menurutnya itu tidak benar, karena berdasarkan surveinya, di pinggiran DKI Jakarta partisiapasi pemilih hanya 50 persen dan itu hanya masyarakat kalangan menengah dan kebawah.
"Kalangan menengah atas tidak tertarik ikut Pilkada, hari Sabtu dan Minggu mereka biasanya pergi. Di Kota Tangerang, kalangan menengah keatas cukup banyak, jumlahnya mungkin ratusan ribu. Mereka hanya berbisinis di Kota Tangerang, tapi pikiran mereka ke Jakarta. Orang-orang ini yang berpotensi melarikan diri waktu pencoblosan," tukasnya.
Untuk itu, kata dia, KPU Kota Tangerang harus menggarap kelas menengah keatas agar tingkat partisipasi Pilkada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang 2013 bagus.
(stb)